KORAN Mandala (Bandung), hampir celaka karena tak memahaminya.
Koran itu, ketika ada keterangan off-the-record Kopkamtib,
menyajikan penyerbuan (11 Maret) markas polisi di Cicendo,
Bandung, dengan mewawancarai berbagai sumber. Maka Deppen
langsung memberikan peringatan keras terakhir. Deppen menganggap
Mandala melanggar kepacayaan yang telah diberikan sumber berita
(Kopkamtib). Sedang koran Bandung itu mendapat bahan berita dari
sumber lain.
Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika, Sukarno SH, menyebut bahwa
penjelasan Kopkamtib mengenai peristiwa Cicendo adalah
off-the-record. "Dan bila yang memberikan penjelasan
off-the-record instansi keamanan (Kopkamtib), itu berarti
peristiwa tadi tak boleh disiarkan," katanya.
Pengertian seperti itu suka ditafsirkan lain oleh para redaktur.
Kamal Hamzah, Penanggungjawab Merdeka, meminta agar dalam
menghadapi kasus seperti peristiwa pembajakan pemerintah tidak
menggunakan istilah off-the-record untuk melarang pemberitaan.
Ia menyarankan pemerintah hendaknya memberikan patokan aturan
main. "Beberkan saja selengkapnya kepada pers. Tunjukkan mana
yang background dan mana pula yang boleh disiarkan," lanjutnya.
Jadi bagaimana sesungguhnya arti off-the-record? Menurut Drs.
D.H. Assegaff, Sekjen PWI Pusat, itu berarti sumber berita
sebaiknya tidak disebut, sementara fakta suatu peristiwa bisa
diberitakan. Dalam hubungan dengan pembajakan pesawat Garuda,
misalnya, sekalipun sumber pemerintah tak mau dikutip, wartawan
tentu masih diperbolehkan mencari sumber berita lain.
Tak semua wartawan sepakat dengan Assegaff. Ada yang menganggap
off-the-record berarti tak boleh disiarkan sama sekali --
kecuali bila wartawan dapat sumber berita lain, yang tidak minta
off-the-record.
Sebab masih ada istilah not-for-atribution (boleh disiarkan,
asal tak disebut sumbernya), ada lagi istilah embargo (tak boleh
disiarkan, sampai waktu tertentu).
Kalangan penguasa juga menafsirkan lain suatu penjelasan
background. Mereka menyangka, setelah diberikan keterangan
semacam itu, wartawan tidak diperkenankan mencari sumber berita
lain. "Sesungguhnya penjelasan background dipakai suatu sumber
berita untuk mengemukakan kaitan dan latar belakang terjadinya
suatu peristiwa," ungkap Assegaff. "Bukan untuk mengikat
wartawan."
Ketidaksepakatan terjadi dalam menafsirkan press briefing. Hal
itu sering ditafsirkan sebagai suatu pengetahuan untuk anda
(pers) saja. Boleh juga sesungguhnya ia berarti suatu kesempatan
menguraikan latar belakang suatu kasus atau semacam tip buat
wartawan menggali informasi lebih lebar. Ia diberikan untuk
mencegah salah pengertian atau mempengaruhi wartawan.
Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan AS, misalnya,
memanfaatkan lembaga press briefing tersebut ketika menghadapi
krisis Cienfuegos. Pada tahun 1970 itu hubungan Amerika dan Uni
Soviet tegang -- setelah Washington mengetahui Moskow diam-diam
membangun fasilitas pangkalan kapal selam nuklir di pelabuhan
Cienfuegos, Kuba. Proyek pangkalan itu jelas akan mengancam
kepentingan AS di Lautan Atlantik dan Karibia. Berusaha
memojokkan Uni Soviet di mata dunia, pers AS (bertolak dari
materi press briefing) tak henti-hentinya membesarkan berita
pembangunan pangkalan itu. Karena merasa sikap agresifnya
terungkap, Uni Soviet akhirnya membatalkan proyek itu.
Peristiwa Cienfuegos jelas menunjukkan interaksi positif antara
pers dan pemerintah AS. Tapi cienfuegos bukan Cicendo. Di sini
kesalahpahaman sering terjadi, antara lain karena belum ada
persamaan istilah. Mungkin PWI perlu bikin kamus?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini