Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Anda Cerah Saya Suram

Wawancara dengan beberapa pengusaha, bagaimana pendapat mereka mengenai prospek bisnis '80. a.l dengan: aburizal bakrie, dastara wiradinata, soedarpo sastrosatomo, rukmini abidin dan ciputra.

19 Januari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IR. Oestara Wiradinata, 49 tahun, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (GAPKINDO) dan Direktur Pelaksana PTP XI. Sebagai orang pertama Gapkindo ia punya pandangan: BAYANGAN resesi ekonomi yang diramalkan melanda negara-negara maju dalam tahun ini tidak mengkhawatirkan para pengusaha karet. "Sebagai komoditi strategis harga karet alam di pasaran dunia akan baik." Saya optimis harga pada 1980 ini akan berada di atas $3 per kg. Itu berarti tingkat harga tersebut di atas harga tertinggi (ceiling price) yang ditetapkan dalam konperensi Wina tahun lalu. Sedikitnya sampai 5 tahun mendatang harga karet alam akan bagus. Minimal sepanjang negara-negara industri belum mendapatkan bahan pengganti karet yang lebih murah dari karet alam maupun karet sintetis. Untuk itu kita harus waspada. Antara lain perlu mengadakan diversifikasi pemasaran ke negara Blok Timur. Negara Blok Timur seperti Jerman Timur, Soviet dan Polandia misalnya sesuai dengan tingkat industrinya banyak membutuhkan karet konvensional seperti RSS I dan RSS II. Maka untuk memenuhi pasaran Blok Timur ini kita harus fleksibel. Tidak hanya memproduksi karet jenis Crumb Rubber (CR) tapi juga jenis sheet. Selain ongkos pengolahan sheet itu lebih murah juga tidak menggunakan BBM yang disubsidi pemerintah. Sedang harga jualnya cukup tinggi. Optimisme itu didasarkan atas fakta adanya kenaikan harga minyak bumi dan ketegangan dunia yang sampai kini tetap berlangsung. Andaikata pun menjadi resesi, produksi ban mobil tak akan terhenti, terutama untuk kendaraan niaga. Kondisi yang baik ini harus diambil manfaatnya. Misalnya mata rantai tata niaga perdagangan karet yang dibeli dari petani harus diperpendek. Hanya dengan memperpendek jarak pembelian nasib petani karet rakyat bisa berubah. Tahun lalu volume ekspor karet berjumlah sekitar 950 ribu ton, naik 120.000 ton dibanding 1978. Sekitar 70% dari jumlah itu berasal dari petani karet. Namun penghasilannya tidaklah seperti yang diharapkan. Di Malaysia pendapatan petani karet 50% dari harga f.o.b. Sedang di sini hanya sekitar 25 - 30% dari harga f.o.b. Untuk pemerataan pendapatan petani ini harus dinaikkan. Sebab jangan lupa, sekitar 10 juta jiwa rakyat Indonesia hidupnya trlibat dalam usaha karet ini. Soedarpo Sastrosatomo (59 tahun), pimpinan Samudera Group. Bergerak di bidang pelayaran samudera, pelayaran Nusantara, angkutan barang dan alat-alat komputer. Juga komisaris PT Bank Niaga, sebuah bank devisa swasta pribumi yang tergolong kuat. Memasuki 1980 ia berpendapat: CERAH ataukah suram tergantung dari cara mengatur dan sikap kita bekerja. Yang terang tahun 1980 merupakan tahun penuh tantangan. Tantangan itu antara lain kesediaan aparat pemerintah untuk menghilangkan birokrasi yang berlarut-larut, merubah tata niaga dan tata kerja pelayaran di dalam negeri. Sampai kini distribusi semen dan pupuk belum bisa ditanggulangi karena kapal kurang. Kalaupun ada kapal Regulair Liner Service (RLS) paling tinggi hanya berukuran 3.000 DWT. Lagi pula barang-barang seperti semen dan pupuk itu tak cocok lagi digolongkan dalam muatan umum (general cargo) tapi seharusnya termasuk golongan baran muatan khusus atau bulk. Kini, seolah-olah semen dan pupuk itu merupakan muatan umum sehingga yang berhak mengangkutnya adalah RLS. Semen dan pupuk seharusnya masuk golongan barang muatan khusus. Tapi kalau diangkut dengan kapal khusus pihak RLS protes. Saat ini ada kecenderungan bahwa kalau diangkut oleh RLS uang tambangnya (freight) lebih mahal. Sedang jumlah yang diangkut tak cocok dengan kebutuhan daerah. Lalu timbul pertanyaan: apakah kita harus mengabdi kepada konsep RLS atau pada kebutuhan masyarakat? Masalahnya memang tidak mudah. Memerlukan pengkajian yang mendalam. Namun saat ini pemecahan sudah sangat mendesak dan komposisi muatan pun sudah berlainan. Apalagi 1981 produksi semen dan pupuk dalam negeri bakal melimpah dan memerlukan armada angkutan laut yang besar dan khusus itu. Maka sudah tiba saatnya sekarang ini untuk melembagakan angkutan khusus ini seperti halnya angkutan kayu bulat. Tantangan ini semakin terasa untuk wilayah Indonesia Timur seperti NTT dan Maluku. Maka sejalan dengan itu, tata niaga di bidang perdagangan pun harus pula diubah. Soal perizinan di tingkat kecamatan, kabupaten maupun di provinsi yang menghambat lancarnya arus barang harus disederhanakan. Dalam pelayaran samudera tantangan itu pun tak kurang. Sistem pengangkutan di luar negeri kini pun sudah berubah dari konvensional ke armada peti kemas. Sedang kapal-kapal kita yang berlayar ke Eropa dan Amerika masih yang dulu-dulu juga. Dengan kapal peti kemas freight menjadi lebih murah sekitar 30%. Ini disebabkan efisiensi dari kapal peti kemas itu sendiri. Misalnya kalau untuk trayek Eropa-Priok menggunakan kapal konvensional diperlukan waktu 120 hari pulang pergi, dengan peti kemas cukup 60 hari. Saya sendiri punya rencana untuk membeli kapal peti kemas berukuran 18.000 DWT, harganya sekitar $45 juta. Tapi pelaksanaannya terbentur pada masalah dalam negeri sendiri. Bukan karena orang luar negeri tak percaya. Tapi dalam RAPBN sekarang ini tak ada kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong tumbuhnya armada peti kemas nasional. Saat ini pelabuhan yang punya fasilitas peti kemas baru Tanjung Priok. Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya dan Belawan tahun kapan wallalam. IR. Ciputra, 49 tahun, Direktur Utama PT Pembangunan Jaya, Wakil Ketua Bidang Konstruksi Kadin Indonesia. Mengenai prospek dunia konstruksi 1980 ia berkata: SAYA optimis akan cerah. Kenaikan RAPBN 1980/1981 sebesar 52,2% sangat menggembirakan kami. Sebab sejak krisis Pertamina sampai sekarang dunia bisnis konstruksi sangat lemah. Kehidupannya amat prihatin dan betul-betul berada paling dasar dibandingkan dengan usaha lainnya. Ibarat musim, bagi kami dunia konstruksi sekarang ini masih berada dalam musim kemarau. Tapi dengan anggaran pembangunan sekarang cuaca mulai mendung dan diharapkan hujan bisa turun segera sehingga dunia konstruksi bisa tumbuh kembali. Dengan asumsi kenaikan itu sama dengan kenaikan RAPBN diperkirakan akan dapat menaikkan omzet bisnis konstruksi sekitar 50%. Pembayaran akan diperlancar pemerintah. Tingkat inflasi ditaksir akan berada di bawah 20%. Dan yang penting adalah kredit bank akan dibuka kembali. Sejak Desember lalu, kredit untuk bisnis konstruksi ini sudah ditutup pemerintah. Sehingga cash-flow, arus keluar masuknya uang menjadi terganggu. Kini segala sesuatu tergantung kepada pemerintah. Akibat Kenop-15, praktis hidup kontraktor tergantung pada proyek pemerintah. Pembayarannya bukan hanya seret bahkan banyak tagihan yang belum diba.yar. Kredit yang pada mulanya disetujui kemudian ditarik kembali karena bank-bank pemerintah telah mendapat plafon. Kalau tahun lalu anggaran itu baru turun Agustus kini diharapkan bisa mulai Mei atau paling lambat Juni. Dan ini akan membantu golongan pribumi yang telah menguasai sektor konstruksi sekitar 80-90%. Di bidang usaha tanah dan bangunan (real-estate) perbandingan antara pri dan non pri itu 50% 50%. Sedang di sektor konsultan perbandingannya sekitar 90% dan 10%. Maka sebelum sumber minyak untuk ekspor habis, sebaiknya bantuan proyek dari luar negeri itu (Rp 1,5 trilyun) sebagian dikerjakan oleh kontraktor nasional. Tahun lalu dari bantuan proyek yang berjumlah sekitar Rp 1,4 trilyun yang jatuh ke tangan kontraktor nasional minim sekali. Maka mulai saat ini secara bertahap hendaknya ditargetkan sehingga pada akhir Pelita III sudah bisa mencapai 50%. IR. Aburizal Bakrie, 33 tahun, Direktur PT Bakrie & Brothers. Bergerak di bidang industri pipa dan eksportir hasil humi. Di Kadin Indonesia Pusat ia salah seorang ketua. Ketika menerima TMPO ia didampini oleh Nirwan D., General Managernya yang mengelola ekspor kopi. Aburizal berkata: TAHUN 1980 cerah. Tapi cerahnya itu dengan beberapa catatan. Antara lain jika pemerintah memang sungguh-sungguh mau membell hasil produksi industri dalam negeri. Dan semua departemen dan lembaga keuangan membantu dunia industri, baik berupa pembinaan maupun informasi. Peningkatan anggaran pendapatan dan belanja harus dapat dinikmati kalangan industri. Sebab tanpa pembinaan, industri ekspor tak berjalan baik. Bagi saya tak soal tinkat inflasi berapa, 5% pun masih wajar. Dan kita jangan melihat hanya dari moneter, tapi juga harus memperhatikan juga kemajuan proyek pembangunan. Kalau penekanan tetap pada moneter. maka SIAP (sisa Anggaran Pembangunan) akan menbengkak lagi. Dunia bisnis sekarang ini banyak dipengaruhi oleh faktor luar negeri. Akibat naiknya harga minyak bumi bahan baku yang kita impor juga akan naik harganya. Misalnya, dalam kwartal II 1980 ini Jepang telah merencanakan menaikkan harga bajanya sebesar 10%. Maka selain kita optimis dilihat segi anggaran yang bertambah, di lain pihak kita juga khawatir. Sebab dunia masih diliputi ketidak pastian. Gejolak harga akan terjadi. Saya setuju Bank Indonesia melaksanakan pengetatan kredit secara selektif. Tapi jangan ketat terhadap barang modal dan bahan baku industri yang kita perlukan. Mengenai kopi diharapkan akan ada perbaikan harga. Sampai kini Indonesia menduduki nomor 2 sebagai penghasil kopi jenis robusta dan merupakan sumber devisa nomor 3 dari kelompok non minyak sesudah kayu dan karet. Saham kopi kita di pasaran dunia pun sudah menjadi 7% dari total ekspor kopi dunia. Tahun 1981 ICO (International Coffee Organisation) akan bersidang membicarakan penjatahan ekspor kopi para anggotanya. Dan Indonesia harus berjuang untuk mendapatkan jatah ekspor itu sebanyak mungkin. Diperkirakan konsumsi dunia akan bertambah. Sebah kalau dulu RRC hanya minum teh, belum lama ini Brasilia sudah mulai menekspor kopi ke Cina. NY. Rukmini Abidin, 56 tahun, Direktris beberapa perusahaan farmasi antara lain PT Tunggal dan PT Reckitt & Collman Indonesia sejak kecil sudah berkenalan dengan bau obat. Ny. Rukmini ini punya pandangan sebagai berikut: UMUMNYA akan ada perkembangan ekonomi yang cukup baik. Cadangan devisa yang lebih $ 4 milyar itu sangat positif bagi kita. Dengan begitu pemerintah akan terus mengusahakan pemerataan bagi yang berpenghasilan rendah. Berarti daya beli masyarakat akan bertambah. Naiknya daya beli ini akan menimbulkan permintaan yang lebih besar terhadap barang konsumsi, sektor industri kecil dan menengah akan berkembang. Kapasitas produksi yang tadinya kosong akan terisi. Tidak hanya itu. Pemerintah mau mengadakan mini estate. Adanya fasilitas itu nantinya merupakan kesempatan bagi pengusaha kecil dan menengah untuk berkembang. Kami harapkan kelompok usaha kami akan berkembang dari kapasitas rata-rata tahun lalu 65% menjadi 70% tahun ini. Namun masih ada beberapa kesulitan yang dihadapi pengusaha farmasi. Saat ini misalnya sukar sekali mencari tenaga yang cakap untuk mengisi jabatan pimpinan dan staf. Tenaga penasehat ahli juga susah didapat. Untuk mengatasi inflasi, penting pemerintah mempertahankan tight money policy. Namun sektor industri swasta masih harus dibantu dan dibimbing untuk mendapatkan dana yang cukup. Pembatasan merk obat hendaknya hanya berdasarkan kualitas yang tertinggi. Filsafah pasaran bebas harus dipertahankan. Sebab hanya dengan kondisi demikian pilihan secara sehat akan terjadi. Tapi perlindungan dari pemerintah masih diperlukan. Untuk beberapa produk kami telah memakai hahan baku lokal dan menghasilkan sendiri bahan baku Novalin Quinine. Kami juga akan mendirikan pabrik untuk memproduksi bahan baku antibiotika Ampicillin bulan depan. Sahamnya 80% dari Beecham International dan 20% lagi dari kami, berupa tanah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus