IR. Oestara Wiradinata, 49 tahun, Ketua Umum Gabungan Pengusaha
Karet Indonesia (GAPKINDO) dan Direktur Pelaksana PTP XI.
Sebagai orang pertama Gapkindo ia punya pandangan:
BAYANGAN resesi ekonomi yang diramalkan melanda
negara-negara maju dalam tahun ini tidak mengkhawatirkan para
pengusaha karet. "Sebagai komoditi strategis harga karet alam di
pasaran dunia akan baik." Saya optimis harga pada 1980 ini akan
berada di atas $3 per kg. Itu berarti tingkat harga tersebut di
atas harga tertinggi (ceiling price) yang ditetapkan dalam
konperensi Wina tahun lalu.
Sedikitnya sampai 5 tahun mendatang harga karet alam akan bagus.
Minimal sepanjang negara-negara industri belum mendapatkan bahan
pengganti karet yang lebih murah dari karet alam maupun karet
sintetis. Untuk itu kita harus waspada. Antara lain perlu
mengadakan diversifikasi pemasaran ke negara Blok Timur. Negara
Blok Timur seperti Jerman Timur, Soviet dan Polandia misalnya
sesuai dengan tingkat industrinya banyak membutuhkan karet
konvensional seperti RSS I dan RSS II. Maka untuk memenuhi
pasaran Blok Timur ini kita harus fleksibel. Tidak hanya
memproduksi karet jenis Crumb Rubber (CR) tapi juga jenis sheet.
Selain ongkos pengolahan sheet itu lebih murah juga tidak
menggunakan BBM yang disubsidi pemerintah. Sedang harga jualnya
cukup tinggi.
Optimisme itu didasarkan atas fakta adanya kenaikan harga minyak
bumi dan ketegangan dunia yang sampai kini tetap berlangsung.
Andaikata pun menjadi resesi, produksi ban mobil tak akan
terhenti, terutama untuk kendaraan niaga. Kondisi yang baik ini
harus diambil manfaatnya. Misalnya mata rantai tata niaga
perdagangan karet yang dibeli dari petani harus diperpendek.
Hanya dengan memperpendek jarak pembelian nasib petani karet
rakyat bisa berubah.
Tahun lalu volume ekspor karet berjumlah sekitar 950 ribu ton,
naik 120.000 ton dibanding 1978. Sekitar 70% dari jumlah itu
berasal dari petani karet. Namun penghasilannya tidaklah seperti
yang diharapkan. Di Malaysia pendapatan petani karet 50% dari
harga f.o.b. Sedang di sini hanya sekitar 25 - 30% dari harga
f.o.b. Untuk pemerataan pendapatan petani ini harus dinaikkan.
Sebab jangan lupa, sekitar 10 juta jiwa rakyat Indonesia
hidupnya trlibat dalam usaha karet ini.
Soedarpo Sastrosatomo (59 tahun), pimpinan Samudera Group.
Bergerak di bidang pelayaran samudera, pelayaran Nusantara,
angkutan barang dan alat-alat komputer. Juga komisaris PT Bank
Niaga, sebuah bank devisa swasta pribumi yang tergolong kuat.
Memasuki 1980 ia berpendapat:
CERAH ataukah suram tergantung dari cara mengatur dan sikap kita
bekerja. Yang terang tahun 1980 merupakan tahun penuh tantangan.
Tantangan itu antara lain kesediaan aparat pemerintah untuk
menghilangkan birokrasi yang berlarut-larut, merubah tata niaga
dan tata kerja pelayaran di dalam negeri.
Sampai kini distribusi semen dan pupuk belum bisa ditanggulangi
karena kapal kurang. Kalaupun ada kapal Regulair Liner Service
(RLS) paling tinggi hanya berukuran 3.000 DWT. Lagi pula
barang-barang seperti semen dan pupuk itu tak cocok lagi
digolongkan dalam muatan umum (general cargo) tapi seharusnya
termasuk golongan baran muatan khusus atau bulk.
Kini, seolah-olah semen dan pupuk itu merupakan muatan umum
sehingga yang berhak mengangkutnya adalah RLS. Semen dan pupuk
seharusnya masuk golongan barang muatan khusus. Tapi kalau
diangkut dengan kapal khusus pihak RLS protes. Saat ini ada
kecenderungan bahwa kalau diangkut oleh RLS uang tambangnya
(freight) lebih mahal. Sedang jumlah yang diangkut tak cocok
dengan kebutuhan daerah. Lalu timbul pertanyaan: apakah kita
harus mengabdi kepada konsep RLS atau pada kebutuhan masyarakat?
Masalahnya memang tidak mudah. Memerlukan pengkajian yang
mendalam. Namun saat ini pemecahan sudah sangat mendesak dan
komposisi muatan pun sudah berlainan. Apalagi 1981 produksi
semen dan pupuk dalam negeri bakal melimpah dan memerlukan
armada angkutan laut yang besar dan khusus itu. Maka sudah tiba
saatnya sekarang ini untuk melembagakan angkutan khusus ini
seperti halnya angkutan kayu bulat. Tantangan ini semakin terasa
untuk wilayah Indonesia Timur seperti NTT dan Maluku.
Maka sejalan dengan itu, tata niaga di bidang perdagangan pun
harus pula diubah. Soal perizinan di tingkat kecamatan,
kabupaten maupun di provinsi yang menghambat lancarnya arus
barang harus disederhanakan.
Dalam pelayaran samudera tantangan itu pun tak kurang. Sistem
pengangkutan di luar negeri kini pun sudah berubah dari
konvensional ke armada peti kemas. Sedang kapal-kapal kita yang
berlayar ke Eropa dan Amerika masih yang dulu-dulu juga. Dengan
kapal peti kemas freight menjadi lebih murah sekitar 30%. Ini
disebabkan efisiensi dari kapal peti kemas itu sendiri. Misalnya
kalau untuk trayek Eropa-Priok menggunakan kapal konvensional
diperlukan waktu 120 hari pulang pergi, dengan peti kemas cukup
60 hari.
Saya sendiri punya rencana untuk membeli kapal peti kemas
berukuran 18.000 DWT, harganya sekitar $45 juta. Tapi
pelaksanaannya terbentur pada masalah dalam negeri sendiri.
Bukan karena orang luar negeri tak percaya. Tapi dalam RAPBN
sekarang ini tak ada kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong
tumbuhnya armada peti kemas nasional. Saat ini pelabuhan yang
punya fasilitas peti kemas baru Tanjung Priok. Pelabuhan Tanjung
Perak di Surabaya dan Belawan tahun kapan wallalam.
IR. Ciputra, 49 tahun, Direktur Utama PT Pembangunan Jaya, Wakil
Ketua Bidang Konstruksi Kadin Indonesia. Mengenai prospek dunia
konstruksi 1980 ia berkata:
SAYA optimis akan cerah. Kenaikan RAPBN 1980/1981 sebesar 52,2%
sangat menggembirakan kami. Sebab sejak krisis Pertamina sampai
sekarang dunia bisnis konstruksi sangat lemah. Kehidupannya amat
prihatin dan betul-betul berada paling dasar dibandingkan dengan
usaha lainnya. Ibarat musim, bagi kami dunia konstruksi sekarang
ini masih berada dalam musim kemarau. Tapi dengan anggaran
pembangunan sekarang cuaca mulai mendung dan diharapkan hujan
bisa turun segera sehingga dunia konstruksi bisa tumbuh kembali.
Dengan asumsi kenaikan itu sama dengan kenaikan RAPBN
diperkirakan akan dapat menaikkan omzet bisnis konstruksi
sekitar 50%. Pembayaran akan diperlancar pemerintah. Tingkat
inflasi ditaksir akan berada di bawah 20%. Dan yang penting
adalah kredit bank akan dibuka kembali.
Sejak Desember lalu, kredit untuk bisnis konstruksi ini sudah
ditutup pemerintah. Sehingga cash-flow, arus keluar masuknya
uang menjadi terganggu. Kini segala sesuatu tergantung kepada
pemerintah. Akibat Kenop-15, praktis hidup kontraktor tergantung
pada proyek pemerintah. Pembayarannya bukan hanya seret bahkan
banyak tagihan yang belum diba.yar. Kredit yang pada mulanya
disetujui kemudian ditarik kembali karena bank-bank pemerintah
telah mendapat plafon.
Kalau tahun lalu anggaran itu baru turun Agustus kini diharapkan
bisa mulai Mei atau paling lambat Juni. Dan ini akan membantu
golongan pribumi yang telah menguasai sektor konstruksi sekitar
80-90%. Di bidang usaha tanah dan bangunan (real-estate)
perbandingan antara pri dan non pri itu 50% 50%. Sedang di
sektor konsultan perbandingannya sekitar 90% dan 10%. Maka
sebelum sumber minyak untuk ekspor habis, sebaiknya bantuan
proyek dari luar negeri itu (Rp 1,5 trilyun) sebagian dikerjakan
oleh kontraktor nasional.
Tahun lalu dari bantuan proyek yang berjumlah sekitar Rp 1,4
trilyun yang jatuh ke tangan kontraktor nasional minim sekali.
Maka mulai saat ini secara bertahap hendaknya ditargetkan
sehingga pada akhir Pelita III sudah bisa mencapai 50%.
IR. Aburizal Bakrie, 33 tahun, Direktur PT Bakrie & Brothers.
Bergerak di bidang industri pipa dan eksportir hasil humi. Di
Kadin Indonesia Pusat ia salah seorang ketua. Ketika menerima
TMPO ia didampini oleh Nirwan D., General Managernya yang
mengelola ekspor kopi. Aburizal berkata:
TAHUN 1980 cerah. Tapi cerahnya itu dengan beberapa catatan.
Antara lain jika pemerintah memang sungguh-sungguh mau membell
hasil produksi industri dalam negeri. Dan semua departemen dan
lembaga keuangan membantu dunia industri, baik berupa pembinaan
maupun informasi.
Peningkatan anggaran pendapatan dan belanja harus dapat
dinikmati kalangan industri. Sebab tanpa pembinaan, industri
ekspor tak berjalan baik. Bagi saya tak soal tinkat inflasi
berapa, 5% pun masih wajar. Dan kita jangan melihat hanya dari
moneter, tapi juga harus memperhatikan juga kemajuan proyek
pembangunan. Kalau penekanan tetap pada moneter. maka SIAP
(sisa Anggaran Pembangunan) akan menbengkak lagi.
Dunia bisnis sekarang ini banyak dipengaruhi oleh faktor luar
negeri. Akibat naiknya harga minyak bumi bahan baku yang kita
impor juga akan naik harganya. Misalnya, dalam kwartal II 1980
ini Jepang telah merencanakan menaikkan harga bajanya sebesar
10%. Maka selain kita optimis dilihat segi anggaran yang
bertambah, di lain pihak kita juga khawatir. Sebab dunia masih
diliputi ketidak pastian. Gejolak harga akan terjadi.
Saya setuju Bank Indonesia melaksanakan pengetatan kredit secara
selektif. Tapi jangan ketat terhadap barang modal dan bahan baku
industri yang kita perlukan.
Mengenai kopi diharapkan akan ada perbaikan harga. Sampai kini
Indonesia menduduki nomor 2 sebagai penghasil kopi jenis robusta
dan merupakan sumber devisa nomor 3 dari kelompok non minyak
sesudah kayu dan karet. Saham kopi kita di pasaran dunia pun
sudah menjadi 7% dari total ekspor kopi dunia.
Tahun 1981 ICO (International Coffee Organisation) akan
bersidang membicarakan penjatahan ekspor kopi para anggotanya.
Dan Indonesia harus berjuang untuk mendapatkan jatah ekspor itu
sebanyak mungkin. Diperkirakan konsumsi dunia akan bertambah.
Sebah kalau dulu RRC hanya minum teh, belum lama ini Brasilia
sudah mulai menekspor kopi ke Cina.
NY. Rukmini Abidin, 56 tahun, Direktris beberapa perusahaan
farmasi antara lain PT Tunggal dan PT Reckitt & Collman
Indonesia sejak kecil sudah berkenalan dengan bau obat. Ny.
Rukmini ini punya pandangan sebagai berikut:
UMUMNYA akan ada perkembangan ekonomi yang cukup baik.
Cadangan devisa yang lebih $ 4 milyar itu sangat positif bagi
kita. Dengan begitu pemerintah akan terus mengusahakan
pemerataan bagi yang berpenghasilan rendah. Berarti daya beli
masyarakat akan bertambah. Naiknya daya beli ini akan
menimbulkan permintaan yang lebih besar terhadap barang
konsumsi, sektor industri kecil dan menengah akan berkembang.
Kapasitas produksi yang tadinya kosong akan terisi.
Tidak hanya itu. Pemerintah mau mengadakan mini estate. Adanya
fasilitas itu nantinya merupakan kesempatan bagi pengusaha kecil
dan menengah untuk berkembang.
Kami harapkan kelompok usaha kami akan berkembang dari kapasitas
rata-rata tahun lalu 65% menjadi 70% tahun ini. Namun masih ada
beberapa kesulitan yang dihadapi pengusaha farmasi. Saat ini
misalnya sukar sekali mencari tenaga yang cakap untuk mengisi
jabatan pimpinan dan staf. Tenaga penasehat ahli juga susah
didapat.
Untuk mengatasi inflasi, penting pemerintah mempertahankan tight
money policy. Namun sektor industri swasta masih harus dibantu
dan dibimbing untuk mendapatkan dana yang cukup. Pembatasan merk
obat hendaknya hanya berdasarkan kualitas yang tertinggi.
Filsafah pasaran bebas harus dipertahankan. Sebab hanya dengan
kondisi demikian pilihan secara sehat akan terjadi. Tapi
perlindungan dari pemerintah masih diperlukan.
Untuk beberapa produk kami telah memakai hahan baku lokal dan
menghasilkan sendiri bahan baku Novalin Quinine. Kami juga akan
mendirikan pabrik untuk memproduksi bahan baku antibiotika
Ampicillin bulan depan. Sahamnya 80% dari Beecham International
dan 20% lagi dari kami, berupa tanah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini