SOSOK depan gedung kedutaan besar Arab Saudi di Jakarta kini dirombak. Selain dilengkapi pintu elektronik, di beberapa bagian bangunan dua lantai berhalaman sempit di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, itu akan dilapis kaca antipeluru. Jenisnya, Lexgard MP 750, buatan pabrik General Electric dari Amerika Serikat. Kaca sejenis, Kamis pekan lalu, diuji di lapangan tembak Senayan. Mula-mula dicoba dengan berbagai jenis pistol -- seperti FN-45 dan Magnum 357. Tak mempan. Lalu dijajal dengan senapan M-16 yang beken itu. Juga dengan senjata laras panjang standar NATO yang lebih ampuh: FN FAL kaliber 7,62. Juga tak apa-apa. Peluru yang dilepaskan beruntun dari kedua jenis senapan dari jarak 15 meter itu cuma menempel di bidang kaca seperti tahi burung. Pemakaian kaca kebal peluru belakangan ini seakan jadi mode. Selain Arab Saudi, beberapa kantor perwakilan negara asing lain malah sudah mendahului: Amerika Serikat, Rusia, Swedia, irlandia, dan Prancis. Hampir bersamaan, secara diam-diam, banyak bank juga jadi konsumen kaca penangkal pelor itu. Misalnya, Bank Rakyat Indonesia, BNI 1946, Bank Pembangunan Daerah DKI, Bank Exim, Bank Central Asia, Bank Buana, dan Bank Duta Ekonomi. Semua di Jakarta. Memang, kaca itu cuma dipakai di tempat tertentu, seperti ruang kasir atau komputer. Maklum, harganya tak murah. Berkisar Rp 1 juta sampai Rp 2 juta per meter persegi -- tergantung pada ketebalan kaca: Yang tipis, 0,5 inci, dan yang paling tebal 1,25 inci. Tentu, kian tebal kaca itu, makin handal. Cuma, Bank Bumi Daya tampaknya yang tak mau tahu dengan harga kaca itu. Sekeliling kantornya, yang menyita lantai dasar gedung Bumi Daya Plaza bertingkat 32 di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, dibikin dari dinding tembus pandang kebal peluru. Untuk ini dihabiskan 400 meter persegi kristal kebal itu, yang disuplai PT Aneka Spring, agen pabrik General Electric di sini. APAKAH Jakarta sudah tak aman? "Bukan begitu, cuma sekadar berjaga-jaga," jawab Ir. Masnir, Direktur Bumi Daya Plaza. Ardian Edward Kristanto, Direktur Aneka Spring, berpendapat lain, "Pemasaran kami tak tergantung pada keadaan ekonomi, melainkan pada perasaan tak aman para bankir, duta besar, dan pengusaha kuat." Sebagai contoh, disebutnya El Salvador, negeri tak makmur dan paling rusuh di Amerika Latin. "Ternyata, penjualan kaca tahan peluru paling laris di sana," kata Ardian. Hal itu diketahui Ardian dari data penjualan General Electric, perusahaan plastik dan kaca yang berpusat di Massachussetts. Kalau saja Ardian betul, Anda boleh sedikit lega. Paling tidak, untuk kawasan Asia, peringkat penjualan kaca General Electric terbesar adalah Jepang, disusul Hong Kong, Filipina, Singapura, baru Indonesia. Padahal, setelah ditunjuk sebagai agen tunggal di sini, 1982, Aneka Spring tak jemu-jemunya mempromosikan produk itu. Mereka pernah mengundang para bankir, kalangan kedutaan, dan pengusaha ke Hotel Horison. Para tamu dicekoki cerita khasiat kaca tebal itu oleh salesman General Electric yang datang dari Amerika Serikat. Dan uji coba di lapangan tembak baru-baru ini adalah promosi mereka juga. Berkat kampanye itu, kini kaca itu mulai populer. Bahkan beberapa rumah pribadi milik orang berduit di Jakarta mulai memakainya. Ardian keberatan menyebutkan siapa mereka. "Kan soal sekuriti, tak boleh dibongkar, dong," katanya. Biasanya, untuk memasang kaca pengaman itu, pemilik rumah terima beres. Aneka Spring menyediakan lima petugas. Lain halnya pihak kedutaan, karena alasan keamanan, "mereka biasa pasang sendiri." Contohnya, kedutaan besar Arab Saudi tadi, dan kedutaan besar Swiss yang sekarang sedang membangun gedungnya di Jakarta. Yang disebut terakhir, baru membeli belasan lembar Lexgard.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini