Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berita Tempo Plus

Cuan Terbit dari Hak Penerbit

Pers berpotensi meraup pemasukan baru lewat hak penerbit yang diatur dalam peraturan presiden. Google masih mempelajarinya.

22 Februari 2024 | 00.00 WIB

Warga membaca berita di media online di Bogor, 21 Februari 2024. TEMPO/Bintari Rahmanita
Perbesar
Warga membaca berita di media online di Bogor, 21 Februari 2024. TEMPO/Bintari Rahmanita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Perusahaan pers berpotensi memperoleh sumber pemasukan baru lewat hak penerbit atau publisher rights.

  • Perusahaan pers dan platform digital bisa membuat perjanjian berupa lisensi berbayar, bagi hasil, berbagi data agregat pengguna berita, atau bentuk lain yang disepakati.

  • Google menyatakan masih mempelajari detail dari aturan baru soal hak penerbit tersebut.

JAKARTA - Angin segar berembus ke arah industri media. Melalui intervensi pemerintah, perusahaan pers berpotensi memperoleh sumber pemasukan baru lewat hak penerbit atau publisher rights

Pemerintah membantu dengan cara meminta perusahaan platform digital menghargai karya jurnalistik yang mereka sajikan buat pengguna. Selama ini, sejumlah penyelenggara sistem elektronik memanfaatkan berita dari perusahaan pers untuk tujuan komersial. Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu menyatakan tak ada imbal hasil buat produsen konten dari kegiatan tersebut.  

"Ketika berita disebarkan platform digital, di situ ada ikutan iklan yang pendapatannya hanya diperoleh platform sebesar algoritma yang berputar, tanpa teman-teman yang memiliki berita mendapat pembagian keuntungan," ujarnya kepada Tempo, kemarin, 21 Februari 2024. Produsen berita juga tak pernah mengetahui besaran penerimaan tersebut.

Di Indonesia, data Statista menyebutkan belanja iklan digital pada 2022 mencapai US$ 2,28 miliar atau sekitar Rp 34,5 triliun. Adapun tahun lalu nilainya diperkirakan meningkat menjadi US$ 2,55 miliar atau sekitar Rp 38,6 triliun.

Ninik menekankan pentingnya apresiasi terhadap karya jurnalistik secara adil dan transparan. Industri media sedang menghadapi tantangan dari berkembangnya teknologi digital. Bisnis mulai beralih mengandalkan impresi atau capaian traffic.

Kondisi ini berkontribusi memicu konten clickbait yang dirancang untuk menarik perhatian pembaca, tapi kurang akurat, kurang lengkap faktanya, atau tidak sesuai dengan aturan jurnalistik. Makin clickbait, makin laku algoritmanya. Ninik yakin aliran pendapatan yang baru bisa mendorong peningkatan kualitas jurnalisme. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Vindry Florentin

Lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran tahun 2015 dan bergabung dengan Tempo di tahun yang sama. Kini meliput isu seputar ekonomi dan bisnis. Salah satu host siniar Jelasin Dong! di YouTube Tempodotco

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus