Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - PT Angkasa Pura II (Persero) menyiapkan dana masing-masing sekitar Rp 300-500 miliar untuk mengembangkan Bandar Udara Radin Inten II, Lampung, dan Bandar Udara Fatmawati Soekarno, Bengkulu. Bujet disiapkan perseroan setelah menerima pengalihan pengelolaan kedua bandara dari Kementerian Perhubungan. "Dana akan dipakai untuk menambah supply atau fasilitas bandara," kata Direktur Utama AP II, Muhammad Awaluddin, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengelolaan Bandara Radin Inten II dan Bandara Fatmawati Soekarno secara resmi dialihkan kemarin lewat penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian Perhubungan dan AP II. Bandara Radin Inten II kini melayani lebih dari dua juta penumpang setiap tahun. Adapun Bandara Fatmawati Soekarno baru separuhnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Awaluddin mengatakan total kebutuhan untuk mengembangkan dua bandara tersebut diperkirakan mencapai Rp 3,4 triliun. Namun, sebagai tahap awal, pengembangan hanya membutuhkan dana Rp 300-500 miliar untuk tiap bandara. Strategi pengembangan bertahap serupa, kata dia, juga dilakukan perseroan ketika menerima pengelolaan Bandara Banyuwangi, Jawa Timur, tahun lalu.
Menurut Awaluddin, banyak yang harus dikembangkan di Bandara Radin Inten II dan Bandara Fatmawati Soekarno. Perseroan, kata dia, akan memprioritaskan penambahan terminal, panjang landasan pacu, sarana dan prasarana navigasi, serta lampu penerangan (airfield lighting). "Kami harus tambah karena kelasnya harus meningkat," kata dia.
Dia berharap perbaikan pelayanan dan fasilitas akan menarik maskapai untuk memperbanyak rute penerbangan dari dan menuju kedua bandara. Selama ini, Awaluddin mengatakan, antara permintaan pasar dan ketersediaan sarana bak telur dan ayam dalam mengembangkan bandara. "Kalau yang terjadi (di kedua bandara) banyak permintaan, tapi kadang-kadang maskapai melihat kondisi ketersediaan sarana dan prasarana," kata dia. "Ketersediaan dulu kami benahi."
Bukan tak mungkin AP II akan melengkapi Bandara Radin Inten II dan Bandara Fatmawati Soekarno dengan terminal untuk penerbangan berbiaya murah (low cost carrier). "Nanti kami kaji dulu mana yang layak karena ini (kedua bandara) single terminal," kata Awaluddin.
Pelaksana tugas Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Pramintohadi, mengatakan Kementerian Perhubungan juga berencana mengalihkan pengelolaan Bandara Nias dan Bandara Sibolga kepada AP II. Adapun Bandara Sentani, Jayapura, diserahkan kepada PT Angkasa Pura I.
Menurut dia, kerja sama pengelolaan ini juga bertujuan untuk menghemat anggaran Kementerian Perhubungan. Ke depan, alokasi bujet belanja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara akan mengutamakan bandara-bandara di daerah terluar, terdepan, dan terpencil (3T).
Adapun Direktur Kebandarudaraan Kementerian Perhubungan, Polana, mengatakan pengalihan pengelolaan bandara ini juga meliputi status aparatur sipil negara (ASN) kementerian. "Nanti AP II menilai kemampuan kompetensi di dalam karyawan kami untuk bisa menjadi operator. Akan ada transisi dan sudah ada beberapa contoh juga standarnya," kata Polana. SUHAIMAH | ANTARA | AGOENG WIJAYA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo