Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto akan meluncurkan Badan Pengelola (BP) Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) pada Kamis, 7 November 2024. Presiden pun telah bertemu dengan Kepala BP Investasi Danantara, Muliaman Darmansyah Hadad di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, 5 November kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tanggal 7 (November),” kata Muliaman di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, 5 November 2024, seperti dikutip dari Antara. Lantas, apa itu Danantara?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Profil Danantara
Sebelumnya, Muliaman mengatakan, pembentukan Danantara dilakukan dengan merevisi Undang-Undang tentang Badan Usaha Milik Negara (UU BUMN). “Iya betul. Nanti ada persiapan UU untuk Danantara,” ucapnya di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 28 Oktober 2024.
Pada kesempatan berbeda, Muliaman menjelaskan bahwa Danantara mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda dari Kementerian BUMN. Badan baru tersebut bertugas untuk mengelola investasi di luar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Nantinya ditugaskan mengelola investasi di luar APBN. Jadi, semua aset-aset pemerintah yang dipisahkan nanti dikelola badan ini, tetapi tentu saja secara bertahap,” ujar Muliaman di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, 22 Oktober 2024.
Dia menyebut Danantara seperti sovereign wealth fund Indonesia Investment Authority (INA). Namun, lembaga yang dipimpinnya tersebut mempunyai cakupan yang lebih luas, karena juga bertugas mengelola investasi negara di luar APBN.
Menurut dia, pembentukan Danantara merupakan wujud komitmen Prabowo dalam mengoptimalkan pengelolaan investasi negara. Dia menyebut Presiden menginginkan pengelolaan investasi yang bisa lebih terpadu dan tidak lagi berjalan sendiri-sendiri. “Ya, misalnya ada aset-aset pemerintah yang dikelola oleh kementerian, lalu digabung menjadi satu, di-leverage, dikelola. Lalu, kebijakan investasi nasional seperti apa,” kata Muliaman.
Disebut Bakal Kelola Dana yang Saingi Negara Maju
Di sisi lain, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Anggito Abimanyu meyakini nilai dana kelolaan atau asset under management (AUM) BP Investasi Danantara yang berasal dari dana investasi nasional, termasuk di BUMN akan menyaingi negara-negara maju. Dia menuturkan, Presiden Prabowo akan mengumumkan besaran dana kelolaannya.
“Nanti akan diumumkan oleh Presiden, berapa dana yang dikumpulkan dari saham kita, capital (modal) kita di Pertamina, PLN, BUMN-BUMN, dana pensiun, dan sebagainya,” ucap Anggito di Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin, 28 Oktober 2024.
Dia mengungkapkan bahwa hampir semua negara yang menyelenggarakan konsolidasi seluruh aset keuangan maupun investasi pemerintah mampu meningkatkan keuangan negara menjadi lebih besar. “Hampir semua negara-negara yang mengonsolidasikan keuangannya mampu untuk me-leverage, artinya bisa menggunakan untuk menambah dana,” ujar Anggito.
Dia menyebut Norwegia sebagai negara yang paling berhasil mengonsolidasikan aset keuangannya. Melalui Norges Bank Investment Management (NBIM), negara di kawasan Eropa tersebut mampu menghimpun dana kelolaan mencapai US$ 1.700 miliar.
Selanjutnya, ada China Development Bank yang mempunyai dana kelolaan sebesar US$ 1.240 miliar, Abu Dhabi Investment Authority sebesar US$ 993 miliar, dan Public Investment Fund (PIF) Arab Saudi sebesar US$ 847 miliar.
Kemudian, Qatar Investment Authority dengan dana kelolaan US$ 765 miliar, National Wealth Fund (NWF) Rusia sebesar US$ 510 miliar, Temasek Holdings milik Singapura sebesar US$ 332 miliar, Kuwait Fund for Arabic Economic Development sebesar US$ 302 miliar, dan Khazanah milik Malaysia sebesar US$ 30 miliar. “Nah, Indonesia di antara, di tengah-tengah,” kata Anggito.
Dia menuturkan bahwa dana kelolaan BP Investasi Danantara bukan untuk dibelanjakan lantaran bersifat non-tunai. Namun, dapat menambah dana dan mampu menarik minat investasi dari luar dengan jumlah yang cukup besar. “Jadi ini dana yang tidak likuid, tetapi kalau kita kumpulkan, kita menjadi super holding yang solvent ya, yang dapat menarik dana dari yang lain. Jadi, ini yang nanti bakal membiayai proyek-proyek strategis,” ucap Anggito.