Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Apakah Ini Akal Politik?

Skandal ekspor minyak atsiri oleh pt farmaport, jakarta, dibicarakan dengan para importir dari new york dan london. importir as berusaha menekan. farmaport merasa tertipu suppliernya, fa wijaya. (eb)

9 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SKANDAL ekspor minyak atsiri yang berisi air oleh CV Farmaport di Jakarta, ternyata menimbulkan reaksi yang tak sebentar di kalangan importir AS dan Inggeris. Setelah Wallace C. Dempsey, Ketua Komite Asosiasi Importir Minyak Atsiri di New York mengirim surat protes yang bernada keras ke alamat Dubes RI di Washington 23 Agustus lalu (lihat TEMPO 18 September) beberapa importir dari New York dan London langsung terbang ke Jakarta. Ernest Lawson, direktur Fuerst Day Lawson Ltd di London, bahkan sejak 13 Agustus lalu tinggal di Hotel Borobudur Jakarta. Selama lebih satu setengah bulan di sini, Lawson bersama dua rekannya dari London menghubungi Departemen Perdagangan, Citibank (FNCB), Balai Penelitian Kimia di Bogor, fihak Bea-Cukai dan Kedubes lnggeris serta melakukan penelitian di pelabuhan Tanjung Priok. Dia juga beberapa kali berunding dengan direktur Farmaport Nico Waworuntu, yang telah menunjuk Albert Hasibuan SH sebagai pengacaranya. Berbeda dengan importir AS yang bersuara keras, Lawson importir terbesar di Eropa dan relasi Farmaport sejak 1964 -- setuju untuk memberi keringanan sebanyak 50% dari seluruh klaim perusahaannya terhadap Farmaport. Dalam suratnya 3 September lalu, Ernest Lawson mengatakan jumlah klaim itu mencapai $AS 500 ribu lebih, belum termasuk biaya ekstra. Tapi flhak Farmaport yang dihubungi TEMPO, beranggapan bahwa klaim Lawson sebenarnya berjumlah $AS 450 ribu. Kena Tipu Mana yang benar, entahlah. Direktur Fuerst Day Lawson -- yang menurut harian New York Times 23 September lalu adalah pembeli yang paling dirugikan itu -- dalam suratnya kepada direktur Farmaport juga menyatakan "sudah mengirim seorang utusan dari London untuk membujuk para pembeli di Amerika agar menempuh cara kami". Tapi David Cookson, wakil presiden dari kelompok ICB di New York, menurut harian terkemuka itu, mengancam "akan mengalihkan ekspor minyak atsiri dari Indonesia itu ke RRT dan Madagaskar". Malah Cookson yang naik pitam itu juga berkata: "Berurusan dengan RRT, anda berurusan dengan para pedagang yang 100% bisa dipercaya, yang tak akan menimbulkan macam kepusingan seperti itu". Adapun 14 ton minyak atsiri paisu yang berisi air dan lumpur itu telah membawa kerugian $AS 650 ribu terhadap 10 importir di New York dan $AS 700 ribu bagi sejumlah importir Eropa, terutama London. Fihak Farmaport sendiri, yang mengaku kena tipu seorang pensuplainya bernama Wijaya, sudah pula diperingati Departemen Perdagangan agar segera bertanggungjawab terhadap skandal yang oleh berbagai fihak dipandang-terbesar dalam sejarah ekspor minyak atsiri. Peringatan yang akan mencapai batas waktu 8 Oktober ini, menurut Dirjen Perdagangan LN Dr. Suhadi Mangkusuwondo kepada TEMPO, mendesak Farmaport agar bisa mencari penyelesaian secara bersahabat. "Kalau ini tak mungkin, maka terpaksa akan ditempuh cara pengadilan mengingat sistim arbitrase belum berlaku di Indonesia" kata Suhadi Tapi agaknya Suhadi optimis bahwa jalan keluar sebagaimana ditempuh Farmaport dengan perusahaan Lawson itu akan diikuti oleh para importir di AS. "Sebab kalau masuk pengadilan soalnya akan jadi panjang, selain klaim para pembeli itu bisa tak terbayar", katanya. Tampaknya cara Lawson-lah yang menjadi pegangan Farmaport untuk memeruhi kewajiban kepada sejumlah pembelinya yang kena tipu itu. Selain diberi korting hingga separoh, importir minyak atsiri terbesar di Eropa itu juga membolehkan Farmaport mencicil, yang akan dipotong dari sebagian hasil ekspornya di kemudian hari. Adakah sikap dingin perusahaan Lawson akan diikuti para importir lainya, terutama dari New York, itu tergantung dari berhasil tidaknya utusan Lavvson mencapai "moratorium" dengan para rekannya di AS. Tapi menurut fihak Farmaport -- yang ditopang Dr Zainul Yasni, kepala pusat Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian BPEN dan drs Rudy Lengkong, sekretaris BPEN -- banyak dari klaim yang diajukan itu tak disertai dengan laporan survei yang menunjukkan analisa secara terperinci tentang kiriman barang yang mereka terima. Maka itu dr Rosita M Noor, eksportir minyak atsiri di Jakarta, menduga adanya usaha fihak importir di AS menggunakan skandal tersebut untuk menekan para eksportir di Indonesia. "Ini merupakan akal politik" kata Rosita. Dan Yasni menambahkan beberapa hari lalu datang tilgram dari perusahaan Adriana SA Di Marseille, Perancis, yang mengajukan klaim yang tak lengkap itu. Sekalipun begitu, seorang pejabat Departemen Perdagangan masih bertanya-tanya apa sebabnya "Nico bisa begitu mudah dikibuli Wijaya?" Adapun Wijaya yang kini jadi buronan itu dikenal sebagai pengumpul dan pensuplai minyak atsiri untuk Farmaport. Terakhir ia berhasil menggunakan Angka Pengenal Ekspor (APE) Farmaport seizin Waworuntu. Malah dengan begitu kabarnya Wijaya yang terakhir beralamat di jalan Sukasari no.3, Bogor itu berhasil menggunakan rekening bank Farmaport di Citibank. Menurut sumber TEMPO, ada perjanjian antara Farmaport dengan firma Wijaya bahwa "soal kwantitas dan kwalitas ekspor menjadi tanggungjawab Wijaya" luga segel yang dipakai ketika mengirim ribuan drum minyak atsiri itu adalah segel Fa. Wijaya. "Cara penipuan itu berjalan rapi sekali", kata sebuah sumber di Departemen Perdagangan. "Barang-barang contoh yang diperlihatkan Wijaya cocok sekali dengan yang dikeluarkan BPK di Bogor". Dan ekspor minyak Palsu itu terjadi ketika sang direktur Farmaport sedang berada di luar negeri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus