Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Aral melintang di proyek tembaga

Megaproyek peleburan tembaga di gresik akan tertunda. metallgessellschaft, investor terbesar dari jerman, kabarnya merugi US$ 2 Miliar.

29 Januari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMBANGUNAN megaproyek swasta ternyata boleh jalan terus. Hal ini ditegaskan kembali oleh Presiden Soeharto pekan lalu. Tapi syaratnya, haruslah dalam bentuk PMA 100%, dan sedapat mungkin tidak terlalu banyak menggunakan pinjaman komersial luar negeri. Dalam daftar megaproyek pemerintah tahun 1991, tercatat antara lain proyek pembangunan industri pengecoran tembaga milik PT Freeport Indonesia Inc. (FII) di Gresik, Jawa Timur. Proyek yang akan menelan investasi sekitar US$ 700 juta ini ternyata tidak akan dikerjakan oleh FII. Maklum, dalam perusahaan ini ada saham pemerintah Indonesia (sekitar 12%) dan saham Bakrie Brothers (10%). Megaproyek Freeport itu akan dibangun oleh tiga perusahaan swasta asing yang memegang saham 100%. Mereka adalah Freeport- McMoran Copper & Gold dari AS (sahamnya 20%), Nippon Mining dari Jepang (25%), dan Metallgesellschaft dari Jerman (55%). "Rencana kami, pabrik ini sudah mulai dibangun pada kuartal pertama (Januari-Maret) 1994, sehingga mulai berproduksi tahun 1997," kata Louis A. Clinton, President dan CEO dari Freeport- McMoran Pacific yang juga menjabat Wakil Direktur Utama PT Freeport Indonesia Inc. Tampaknya, rencana itu akan tertunda. Soalnya, Metallgesellschaft (MG) yang akan menjadi tulang punggung proyek tersebut sedang dilanda kesulitan keuangan yang sangat serius. Perusahaan ini disebut-sebut oleh media massa internasional sedang merugi sekitar US$ 2 miliar, dan kini sedang menggedor pintu bank-bank Jerman untuk minta suntikan pinjaman. Clinton mengaku sudah membaca masalah yang dihadapi mitranya dari Jerman itu. "Pekan ini kami sudah meminta konfirmasi kepada MG, apakah akan melanjutkan proyek ini atau tidak," tutur CEO Freeport itu kepada wartawan TEMPO Dwi S. Irawanto Jumat lalu. "Kami belum mendapat jawaban dan masih harus menunggu," katanya. Dan, menurut Clinton, pihak Freeport tak bisa memaksa. MG adalah perusahaan raksasa Eropa yang mempunyai pengalaman, serta pabrik kapasitas peleburan tembaga di Jerman. Proyek smelter di Gresik itu penting bagi Metallgesellschaft karena perusahaan ini akan memegang rekayasa dan manajemen proyek kalau sudah jalan. Kendati Freeport cuma pemegang saham terkecil, proyek ini juga penting baginya. Pabrik smelter ini akan merupakan pabrik peleburan tembaga terbesar yang dimiliki Freeport, yang tentu akan mengangkat gengsi perusahaan yang tercatat di bursa saham New York (Wall Street) itu. Dewasa ini, kata Clinton, pabrik peleburan tembaga milik Freeport yang terbesar berada di Spanyol. Tapi kapasitas pengolahan pabrik itu baru 150.000 ton tembaga per tahun. Sedangkan pabrik yang hendak dibangun di Gresik direncanakan berkapasitas 180.000 ton tembaga. Sepertiga hasil produksi ini akan dipasarkan di Indonesia, sedangkan yang 120.000 ton akan diekspor ke kawasan Pasifik. Jika MG mundur, proyek ini akan kehilangan penyertaan modal US$ 150 juta, berikut paket kredit bank-bank Jerman sebesar US$ 450 juta. Kredit sindikat ini kabarnya tinggal menunggu kepastian dari International Financial Corporation (IFC), anak perusahaan Bank Dunia, apakah mau ikut serta atau tidak. Namun, kata Clinton, seandainya MG mundur, pihak Freeport akan meneruskan proyek ini dengan mencari mitra baru. Itu diakuinya tidak mudah. Soalnya, pasaran tembaga belakangan ini lesu dan harganya melorot dari US$ 2 menjadi US$ 1,6 per kg. "Karena itu, secara ekonomis nilai proyek ini menurun," kata Clinton. Tapi, ia yakin proyek ini secara jangka panjang tetap akan menguntungkan. Alasannya, konsentrat tembaga dari Irian adalah yang paling murni, sedangkan biaya produksinya paling murah di dunia. Sejauh ini, kata CEO dari Freeport tadi, untuk proyek ini sudah dikeluarkan biaya tak kurang dari US$ 17 juta. Itu hanya untuk studi awal, studi kelaikan, dan rekayasa pendahuluan. Tapi, pejabat BKPMD (Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah) Jawa Timur serta pejabat dari Jabtor Departemen Perindustrian Gresik, yang dikontak Biro TEMPO Surabaya, menyatakan belum melihat adanya tanda-tanda pembangunan pabrik smelter itu. Menurut sumber TEMPO di BKPMD Jawa Timur, proyek ini memang sudah terdengar tiga tahun silam. Kalau tertunda, tentu ada sanksi. "Jika alasannya masuk akal, investor boleh minta perpanjangan satu tahun dari jadwal yang diusulkan." Kalau tertunda lagi, masih bisa mohon perpanjangan izin lagi. "Tapi, kalau ternyata tidak feasible, izin prinsipnya dicabut," kata pejabat tersebut. Kalau proyek ini gagal, jelas yang akan kecewa bukan cuma Freeport dan Nippon Mining, tapi juga pemerintah Indonesia. Sebab, pemerintah sudah lama menginginkan peleburan tembaga ini dilakukan di sini. Freeport, yang menambang tembaga di Irian Jaya sejak 30 tahun silam, selama ini langsung mengekspor bijih agar diolah di Jepang dan Eropa untuk mendapatkan tembaga serta hasil ikutannya berupa emas dan perak. Tiap ton bijih yang ditambang Freeport di Irian Jaya mengandung 35% tembaga serta 60 gram perak dan 20 gram emas. Belum lagi hasil ikutan lainnya, seperti sulfur. Kalau bijih itu diolah di Indonesia, jelas Indonesia akan mendapatkan banyak nilai tambah, seperti kesempatan kerja, kesempatan usaha jasa (misalnya kapal), pajak pertambahan nilai dan penghasilan, dan nilai ekspor hasil olahan yang tentu saja lebih besar. Ini tentu akan menghemat devisa impor tembaga untuk bahan baku industri mobil, kawat, dan pipa. Jelas, nilai ekonomis proyek ini akan sangat besar.Max Wangkar, Dwi S. Irawanto (Jakarta), dan Biro Surabaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum