Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemegang saham Astra International mesti bersiap-siap sahamnya berkurang (terdilusi). Selasa pekan lalu, perusahaan otomotif terbesar di Indonesia itu mengeluarkan prospektus rencana penerbitan saham baru (right issue) sebanyak 3 miliar lembar dengan nilai nominal Rp 500 per lembar. Disebutkan bahwa harga penawaran saham baru itu akan berkisar Rp 500-Rp 2.000 per lembar. Dari sini Astra International berharap bisa menjala dana US$ 100 juta sampai US$ 150 juta.
Pemegang saham terbesar Astra International, Cycle & Carriage, akan bertindak sebagai pembeli siaga jika pemegang saham yang ada tidak membeli saham baru ini. Perusahaan distributor mobil Singapura ini menyediakan dana sekitar US$ 75 juta untuk mengambil saham yang tersisa.
Penerbitan saham baru menjadi bagian dari rencana Astra International menyelesaikan masalah utangnya. Sekitar 60 persen dari hasil right issue ini akan dipakai untuk membayar utang. Setelah sukses merestrukturisasi utang pada 1999 lalu, pemegang merek Toyota di Indonesia itu kembali gagal membayar utangnya menurut jadwal. Tahun ini, pembayaran utang Astra seharusnya US$ 133 juta dan Rp 165 miliar, tapi Astra hanya sanggup membayar US$ 75 juta.
Saat ini Astra masih harus membayar utangnya US$ 726 juta plus Rp 881 miliar sampai akhir tahun 2006. "Kita akan mengusulkan perpanjangan masa pembayaran utang (reschedulling) sampai akhir tahun 2009," kata John Slack, Direktur Keuangan Astra, seusai rapat umum pemegang obligasi Astra pada Rabu pekan lalu. Nasib Astra akan ditentukan pada Selasa pekan ini dalam rapat para kreditor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo