Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SUPLEMEN Letter of Intent (LoI) kembali ditandatangani, Rabu minggu lalu. Adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, bersama Menteri Keuangan Boediono dan Gubernur Bank Indonesia Syahril Sabirin yang menandatangani surat yang telah diterima dari Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Horst Kohler itu.
Surat itu berisi penjelasan tentang perkembangan terakhir pelaksanaan program pemulihan ekonomi dan reformasi di berbagai bidang. Hal ini merupakan tindak lanjut dari program pada tahun 2002 yang dicanangkan dalam Memorandum of Economic and Financial Policies (MEFP) akhir tahun lalu dan dan suplemen LoI Juni lalu.
Isi suplemen, menurut Dorodjatun, amat menggembirakan. Indonesia dianggap mampu melaksanakan berbagai item program yang telah dijanjikan sebagai syarat penerimaan pinjaman. Defisit fiskal, misalnya, sampai akhir September mencapai Rp 7,8 triliun—jauh di bawah batas Rp 27,9 triliun yang ditetapkan. Pertumbuhan uang beredar juga sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. Sukses ini dibarengi penurunan laju inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah. Akibatnya, BI dapat menurunkan tingkat suku bunga.
Selain itu, perjanjian jual beli Bank Niaga telah ditandatangani awal November. Pemerintah juga melaporkan tengah mempersiapkan divestasi Bank Mandiri, yang sedang memperbaiki transparansi laporan keuangan dan rencana bisnisnya.
Menurut staf ahli Menteri Keuangan, Anggito Abimanyu, suplemen ini akan dibahas pada pertemuan Dewan Eksekutif IMF, awal Desember, untuk memperoleh persetujuan. Jika disetujui Dewan Eksekutif, pencairan pinjaman IMF selanjutnya sebesar 270 juta SDR (sekitar US$ 340 juta) dapat dilakukan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo