Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ayunan Langkah Siswono

Wawancara tempo dengan menteri negara perumahan rakyat siswono yudo husodo tentang kebijaksanaan dalam pembangunan perumahan. kapling siap bangun (ksb) mulai diuji coba. suku bunga kpr btn makin tinggi.

10 September 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA Ir. Siswono Judo Husodo diangkat menjadi Menteri Negara Perumahan Rakyat hatinya ketar-ketir. Betapa tidak. Saat itu baru 210.000 unit rumah sederhana yang selesai dibangun -- masih jauh dari target Pelita IV yang 300.000 unit. Mau tak mau Siswono harus turun. Menteri mengungkapkan bahwa Perumnas mengalami lesu darah, karena Rp 200 milyar hartanya dikategorikan beku. Buru-buru ia menggedor pintu Perumnas, meminta penurunan harga jual rumah susun. Sebab, hampir tiga ribu rumah susun Perumnas di Palembang, Medan, dan Surabaya tak laku dijual. Di pihak lain, BTN juga mengecewakan. Banyak developer mengeluhkan pelayanan bank ini, sementra BTN juga tidak lugas dalam hal tunggakan cicilan KPR. Ada Rp 84,4 milyar uang BTN vang tertahan di tangan debitur. Baru sesudah dikomandani oleh Dirut M. Djakile, developer boleh membangun tanpa mengurus C/L lebih dulu. Dengan ini, jika tak ada aral melintang, diperkirakan pada April ] 989 target 300.000 unit pada Pclita IV bisa dilampaui 12.000 unit. Dan pada Pelita V mendatang Menpera dibebani pembangunan 450.000 unit rumah yang menyedot dana Rp 2,3 trilyun. Berikut ini hasil wawancara Bachtiar Abdullah dari TEMPO dengan Siswono Sabtu pekan lalu. Petikannya: Dari langkah-langkah yang Anda ayunkan selama ini, sebenarnya apa yang ingin Anda capai? Semua langkah saya ini kelihatannya lepas, satu-satu. Suatu ketika saya melangkah ke soal pergantian direksi BTN, direksi Perumnas, soal penunggak-penunggak KPR BTN, lalu soal developer yang belum memenuhi kewajibannya, kemudian soal sertifikat tanah dan serah terima prasarana. Tapi semuanya adalah demi ketertiban dari semua unsur yang terkait dalam pembangunan perumahan. Saya ingin menciptakan kerangka landasan yang baik, dan segala sesuatunya sudah tertib pada akhir Maret 1989, sebelum Pelita V dimulai. Baru setelah itu saya bisa bekerja dengan tenang. Belakangan ini Anda memperkenalkan Kapling Siap Bangun (KSB). Bagaimana idenya? Ide KSB ini seperti pembangunan perumahan di jaman Belanda. Lihat saja di Menteng, Jakarta. Ada rumah-rumah mewah, tapi tetap ada perkampungan seperti di Kalipasir. KSB mirip dengan itu. KSB terletak di belakang rumah-rumah tipe 27 meter atau lebih kecil, yang punya jalan masuk selebar dua meter. KSB akan diuji coba di Bekasi, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Medan. Di setiap kota itu disediakan 100 unit KSB dari Perumnas, 50 unit dari developer swasta. Harga satu unit KSB ukuran 54 m2, di Bekasi, kurang lebih Rp 1,4 juta. Dengan uang muka Rp 130.000 dan bisa dicicil Rp 10.000 Per bulan. selama 20 tahun. Kenapa bunga KPR BTN mesti dinaikkan pada awal Pelita V? Bukankah harga rumah semakin tak terjangkau oleh rakyat? Terus terang saja, sejak harga minyak jatuh beberapa tahun belakangan ini, kemampuan pemerintah memberikan subsidi bunga KPR BTN juga semakin menurun. Kalau harga minyak masih baik, mungkin subsidi bunga KPR BTN itu bisa tetap besar dan bunganya rendah. Sekarang ini 55,1% dana BTN diperoleh dari masyarakat melalui deposito, Tabanas, Tabungan Uang Muka, dan dana dan cicilan yang tertunggak debitur. BTN juga merencanakan menerbitkan obligasi. Semua ini adalah "uang mahal". Karena itu, bunga KPR naik, dari 9%, 12%, dan 15% menjadi 15%, 18%, dan 20%o. Kenaikan bunga itu sengaja kita umumkan sekarang, supaya orang tak kaget. Tapi 'kan Bank Dunia akan memberikan bantuan pinjaman cukup besar? Bank Dunia hanya memberikan bunga murah pada proyek-proyek bernilai sosial. Karena perumahan dianggap memiliki nilai komersial, maka tak lagi bisa diberi bunga rendah. Memang ada indikasi Bank Dunia akan memberi bantuan yang jauh lebih besar, tapi bunganya tidak rendah. Kita masih negosiasi soal ini. Bachtiar Abdullah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus