Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MERASA ditipu, begitu ungkapan sebagian besar investor reksadana BNI Securities. Hurrial Ilyas, pensiunan Pertamina, mengaku tak mendapat informasi jelas ketika menanamkan Rp 230 juta pesangonnya, dua tahun lalu. Semula, dia hanya ingin mendepositokan duit itu. ”Kenapa kami tidak diberi tahu ketika nilai aktiva bersih (NAB) mulai turun. Apa Bapak siap menanggung jika kami kena stroke?” katanya uring-uringan.
Saat itu bunga deposito turun. Pegawai BNI yang juga agen penjual reksadana BNI Securities menawarinya beralih ke reksadana. Dari beberapa reksadana yang ditawarkan, Ilyas memilih pendapatan tetap. ”Katanya bunganya besar, uang aman, dan tidak terkena pajak,” dokter gigi 52 tahun itu bercerita.
Ketika nilai investasi mulai merosot besar, 1 September lalu, Ilyas memutuskan menjual reksadana miliknya. Dia sangat kecewa pada manajer investasi yang menurut dia membohongi nasabah. ”Seharusnya kami diberi penjelasan detail mengenai reksadana dan risikonya,” katanya.
Presiden Direktur BNI Securities, Sudirman, mengakui pemahaman sangat kurang. Banyak investor latah, ikut berinvestasi di reksadana hanya mendengar informasi dari mulut ke mulut. Mereka tidak membaca prospektus, hanya menandatangani. Mereka mengira investasi di pendapatan tetap berarti baik pokok maupun bunganya tetap. ”Padahal bunganya saja yang tetap, harga pokoknya bisa turun-naik,” katanya.
Dirut Mandiri Manajemen Investasi, Abiprayadi, juga mengakui edukasi yang sangat kurang. Karena itu, ketika pasar sedang seret seperti sekarang, mereka akan fokus memberi penjelasan kepada investor.
Reksadana adalah jenis investasi yang masih muda di Indonesia. Mereka yang ingin berinvestasi di pasar modal tapi tak punya waktu, atau tak mengerti pergerakan harga saham dan obligasi, bisa memanfaatkan instrumen ini. Tinggal menitipkan sejumlah uang kepada pengelola reksadana atau sering disebut manajer investasi. Dia akan mengelola sejumlah besar dana nasabah, kemudian menginvestasikannya sesuai dengan portofolio yang sudah disepakati bersama dengan investor. Ada beberapa jenis reksadana, yaitu reksadana pendapatan tetap dengan minimal 80 persen dana nasabah ditanam di obligasi atau surat utang. Sebaliknya, reksadana saham adalah jika minimal 80 persen dana diinvestasikan di saham.
Lalu, ada reksadana campuran yang perbandingan investasi saham dan pendapatan tetapnya di luar reksadana pendapatan tetap dan saham. Jenis lainnya adalah reksadana pasar uang. Investasinya pada obligasi yang jatuh temponya kurang dari setahun.
Nilai investasi bisa naik dan turun, bergantung pada harga obligasi dan saham, serta jenis reksadana. Jika harga obligasi dan saham naik, nilai aktiva bersih akan ikut melambung. Setiap hari manajer investasi menghitung nilai aktiva bersih. Koran-koran biasanya memuat daftar nilai investasi itu, sehingga investor pemegang reksadana bisa mengetahui posisi duitnya.
LT, SH
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo