Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Boks seukuran kotak sepatu berwarna oranye tersusun rapi di antara deretan barang-barang di tempat penyimpanan lokapasar Kick Avenue. Isinya tas Hermès model Kelly ukuran 25 berwarna gold. Harganya setara dengan mobil sport utility vehicle (SUV) atau Rp 350 juta. Tas itu rencananya dikirim ke pembeli pada Kamis, 26 Januari 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam katalog barang yang dijual di lokapasar Kick Avenue, rata-rata produk yang dijual untuk kategori luxury atau barang mewah seharga puluhan juta rupiah. Produk-produk yang dijual di antaranya dari jenama Dior, Louis Vuitton, Gucci, Tory Burch, hingga Coach. Benda termurah yang dijual dalam katalog luxury Kick Avenue seharga sekitar Rp 1,5 juta untuk semacam kalung tempat tanda pengenal merek Coach.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak 2020, Kick Avenue mulai merambah barang-barang mewah setelah sebelumnya hanya berfokus pada sneaker. “Targetnya untuk menambah pasar wanita karena selama ini konsumen Kick Avenue didominasi pria kolektor sneaker,” kata Public Relations Manager Kick Avenue, Danielle Takakura. Hingga saat ini, porsi produk luxury yang dijual di Kick Avenue sekitar 10 persen. Tahun ini diharapkan porsinya terus bertambah.
Awal Berdiri Kick Avenue
Kick Avenue didirikan pada 2017 oleh Christopher Eko, Alwin Sasmita, dan Reinaldo Gunawan. Mereka menggandeng Jeffry Jouw—salah satu pendiri perusahaan konten multimedia yang berfokus di bidang fashion, culture, dan lifestyle: USS Network—sebagai penasihat bisnis. Awalnya, empat serangkai tersebut merasa miris melihat jumlah korban pembelian sneaker palsu yang terus meningkat. Selain itu, ada masalah harga sneaker di pasar sekunder (reseller market) yang kurang transparan.
Pengecekan terhadap sepatu yang baru masuk di Kick Avenue, Jakarta, 26 Januari 2023. Tempo/Tony Hartawan
Dari dua persoalan tersebut, Eko dkk sepakat membangun Kick Avenue. Marketplace khusus sneaker ini menjadi pihak tengah dalam menjamin keaslian produk serta transparansi harga ribuan reseller. Semuanya disatukan dalam sistem online yang digunakan calon pembeli yang mayoritas merupakan penggemar sneaker.
Nama Avenue diambil dengan filosofi sebagai sebuah jalan utama yang menghubungkan masyarakat dalam aktivitas keseharian. Eko berharap Kick Avenue dapat menciptakan sebuah ekosistem yang bisa mengapresiasi autentisitas produk. Selain bertransaksi jual-beli, lokapasar tersebut diharapkan bisa menjadi wadah interaksi para penggemar sneaker mengenai produk-produk yang disukai.
Seiring dengan waktu, Kick Avenue mulai merambah ke produk-produk lain, seperti fashion, semacam apparels, dan aksesori hingga barang luxury. Adapun produk kategori luxury diluncurkan setelah Kick Avenue mendapat suntikan dana dari Insignia Ventures Partners pada akhir 2019.
Pendanaan terbaru didapat Kick Avenue pada 20 Januari lalu. Di tengah pendanaan perusahaan teknologi rintisan atau startup digital yang terus turun dan musim dingin startup, Kick Avenue mendapat suntikan pendanaan Seri A senilai US$ 2,9 juta dari KREAM yang berbasis di Korea Selatan dan SneakersLAH dari Malaysia.
Suntikan uang dari dua marketplace luar negeri ke Kick Avenue terjadi di tengah melorotnya tren pendanaan startup digital. Data Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mencatat, hingga pertengahan November 2022, pendanaan untuk startup digital hanya sekitar Rp 53,58 triliun. Nilai tersebut turun lebih dari 50 persen dibanding pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp 144 triliun.
Pekerja memotret produk sepatu untuk dipasarkan secara daring di Kick Avenue, Jakarta, 26 Januari 2023. Tempo/Tony Hartawan
Dana segar tersebut akan dipakai Kick Avenue untuk membangun showroom atau offline space yang diberi nama Hypequarters dan mengkurasi jenama-jenama lokal. “Dengan adanya kedua strategi ini, kami menargetkan tiga kali jumlah pengguna aktif bulanan dari 200 ribu menjadi 600 ribu atau lebih. Jumlah transaksi dari 5.000 ke 12 ribu lebih per bulannya,” kata Eko, yang juga Chief Executive Officer Kick Avenue.
Menurut pria berusia 33 tahun ini, Kick Avenue tetap dilirik investor karena mempunyai segmentasi pasar konsumen produk premium yang cenderung loyal dan mempunyai daya beli tinggi. Karena itu, tingkat penjualan lokapasar barang-barang kekinian tersebut tetap tinggi. Selain itu, Kick Avenue berupaya menjaga kestabilan keuangan dan tetap berfokus pada pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
Pengembangan bisnis yang dilakukan Kick Avenue juga seiring dengan pertumbuhan sumber daya manusia. Dari hanya lima pegawai pada 2017, Kick Avenue saat ini telah mempekerjakan lebih dari 60 orang, yang mencakup manajerial hingga operasional. Pertumbuhan juga terlihat dari sisi pengunjung. Jumlahnya terus melonjak hingga mencapai lebih dari 100 juta pada 2022.
Kendati terus tumbuh, Kick Avenue sempat mengalami masa-masa sulit. Tiga bulan setelah meluncurkan produk kategori luxury, seperti tas-tas berjenama kelas wahid dunia pada 2019, pandemi Covid-19 menghantam Indonesia. Walhasil, target pertumbuhan penjualan perusahaan pada 2020 tak tercapai, meski tetap naik 30 persen. Lamat-lamat perusahaan pun makin berkembang melewati masa sulit pandemi.
Tahun ini, Kick Avenue berencana membuka showroom yang menyatu dengan kantor yang diberi nama Hypequarters. Showroom tersebut diharapkan bisa menambah pengalaman pembeli yang selama ini hanya bertransaksi secara online. Menurut Danielle Takakura, showroom Kick Avenue ditargetkan buka pada pertengahan April 2023.
Perusahaan hanya merencanakan pembukaan satu showroom di bilangan Jakarta Barat. Sebab, konsumen diarahkan untuk tetap menggunakan fasilitas online yang menjadi tonggak bisnis Kick Avenue sebagai marketplace.
KODRAT
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo