Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Dharma Simorangkir: Kehadiran AI Menciptakan Peluang Baru

Sebagai perusahaan teknologi, Microsoft terbukti mampu melewati berbagai perubahan era. Lalu, bagaimana strategi Microsoft menghadapi zaman kecerdasan buatan alias AI?

11 Desember 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Presiden Direktur Microsoft Indonesia Dharma Simorangkir di kantor Microsoft Indonesia, Jakarta, 7 Desember 2023. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Microsoft Indonesia terus melebarkan peluang bisnis dengan menggandeng mitra dari berbagai segmen.

  • Presiden Direktur Microsoft Indonesia Dharma Simorangkir optimistis kehadiran AI bakal mempercepat digitalisasi di Tanah Air.

  • Microsoft mengembangkan teknologi AI generatif yang berperan sebagai asisten bagi manusia.

PESATNYA digitalisasi di berbagai sektor di Indonesia mengukuhkan posisi Microsoft sebagai salah satu pemimpin pasar bisnis teknologi. Selama 28 tahun berbisnis di Tanah Air, perusahaan besutan Bill Gates dan Pau Allen ini memperkenalkan berbagai produk, baik untuk konsumen individu maupun korporasi.

Hingga tahun ini, Microsoft Indonesia mengklaim telah bermitra dengan 2.300 klien lokal. Mitra-mitra perusahaan dengan berbagai level bisnis banyak memanfaatkan solusi bisnis Microsoft, seperti layanan komputasi awan (cloud), produk pengelolaan mahadata (big data), serta urusan keamanan siber. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Presiden Direktur Microsoft Indonesia Dharma Simorangkir mengatakan perusahaan juga mulai masuk ke ranah kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI). Dharma yakin, teknologi ini, terutama kecerdasan buatan generatif, bakal membantu digitalisasi di Tanah Air kian melaju kencang. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski industri teknologi global dan domestik sempat diterpa kelesuan, atau tech winter, Dharma optimistis potensi ekonomi digital Indonesia masih besar, yang nilainya diperkirakan menembus US$ 130 miliar dolar, atau setara dengan Rp 2.000 triliun, pada 2025. “Kami ingin menjadi bagian dari pertumbuhan ekosistem digital (di Indonesia),” kata Dharma saat ditemui Yohanes Paskalis dari Tempo, Kamis, 7 Desember lalu. Berikut ini petikan wawancaranya.

Bagaimana perkembangan layanan Microsoft di Indonesia?  

Microsoft telah melalui sejumlah perubahan era di bidang teknologi. Misalnya, era mobile-first, ketika penggunaan telepon seluler berkembang. Kemudian muncul era cloud-first, yang membuat kita bisa menggunggah banyak konten ke perangkat digital. Lalu kini muncul era AI generatif. Berbagai perubahan era itu membuat banyak pihak membutuhkan infrastruktur pendukung. Di Indonesia, kami selalu berupaya menyediakan kebutuhan itu, baik untuk konsumen individu maupun korporasi. 

Layanan teknologi apa yang paling dicari belakangan ini? 

Jangkauan dan solusi kami semakin berkembang. Microsoft selalu mendengarkan kebutuhan konsumen dan mitra. Saya rasa sekarang setiap sektor industri berpotensi memakai teknologi digital. Yang membedakan hanya bentuk kebutuhannya. Makanya, mau pakai layanan yang mana, itu tergantung urgensi bisnis masing-masing. 

Beberapa konsumen, misalnya, ingin bertansformasi ke digital. Berarti yang dibutuhkan adalah membuat aplikasi yang andal untuk penyedia layanan ataupun user. Kami bisa menyediakan alat bagi pengembang aplikasi untuk mengembangkan coding. Lalu, ada juga konsumen yang hanya ingin meluaskan jangkauan atau membuat produk baru, kebutuhannya beda lagi. Kemitraan kami selalu dimulai dari pembahasan soal tujuan bisnis mereka. 

Presiden Direktur Microsoft Indonesia Dharma Simorangkir dalam sesi wawancara dengan Tempo di kantor Microsoft Indonesia, Jakarta, 7 Desember 2023. TEMPO/M Taufan Rengganis

Dari sisi produk, apa yang paling menonjol dalam pemasaran? 

Beragam, tergantung kebutuhan. Cloud, sebagai contoh, mendatangkan banyak keuntungan dari sisi biaya, keamanan, dan inovasi bisnis sehingga banyak dipakai perusahaan. Hal itu terlihat dari banyaknya proyek pengembangan pusat data. Bing—mesin pencari buatan Microsoft—juga sudah tidak bisa disebut mesin pencari, melainkan mesin penjawab, karena bukan lagi menyediakan indeks dari pencarian. 

Kebutuhan manajemen data juga besar karena kapasitas manusia untuk membaca data terbatas. Makanya kami punya produk PowerBI dan Dynamics 365 yang banyak dimanfaatkan organisasi. Ada lagi Microsoft Defender, Purview, dan Sentinel yang menjadi produk penting di tengah tantangan keamanan digital. 

Belakangan ini dunia teknologi sedang intensif membahas kehadiran AI. Bagaimana Microsoft menangkap peluang dari inovasi ini?

Kecerdasan buatan bukanlah hal baru karena penerapannya sudah ada sejak 1956. Jauh sebelum muncul Chat Generative Pre-Training (chatGPT), sudah banyak contoh penerapan AI. Hal paling sederhana adalah ketika komputer memperkirakan apa yang kita ketik dalam suatu kalimat. Word sugesstion itu kan artificial intelligence. Jalur terbaik yang dipilih oleh teknologi maps juga diatur AI.

Di era AI generatif, instruksi yang kita berikan kepada komputer terus berkembang. Cara berkomunikasi dengan AI sudah bukan melalui bahasa pemograman, melainkan bisa melalui bahasa manusia sehari-hari. Generasi baru AI juga bisa menghasilkan sesuatu yang baru, seperti teks, gambar, atau lines baru dalam coding. Artinya AI lebih humanis. Yang sekarang kami kembangkan adalah AI sebagai asisten atau kopilot, membantu manusia sebagai pilotnya. Menurut World Economic Forum, AI akan menciptakan 2,6 juta lapangan pekerjaan baru pada 2027. Bahkan dengan banyaknya peluang baru, banyak startup yang mengubah layanannya dengan memanfaatkan AI. 

Apakah ini artinya pelaku usaha akan lebih mudah mengakses dan memanfaatkan AI bagi kebutuhan bisnis mereka?

Dulu akses teknologi ke generatif AI masih terbatas karena startup harus membangun komputer super sendiri. Makanya, sekarang Microsoft mendemokratisasi AI sehingga lebih terjangkau. Sekarang, jika mereka ingin memakai AI generatif, bisa dibayar seperti sedang berlangganan layanan komputasi awan. AI sudah bukan barang eksklusif. 

Kami aktif membangun AI-powered copilots dalam produk-produk Microsoft. Sebagai contoh, membuat coding lebih efisien dengan GitHub. Lalu, lewat produk Microsoft 365, kami juga membantu meningkatkan produktivitas kerja. Konsumen bisa mendefinisikan ulang konsep pencarian dengan Bing dan Edge. Produk yang lebih teknis juga ada, misalnya pemakaian pertahanan siber dengan kecepatan AI melalui Microsoft Security Copilot. Untuk pemberdayaan data yang banyak, kami bisa menjadi kopilot melalui Microsoft Fabric dan PowerBI. Hal ini positif untuk Indonesia yang memiliki populasi besar. Kita harus bisa memaksimalkan momentum kehadiran teknologi AI. 

Bagaimana Anda melihat batasan perkembangan AI? Banyak orang menganggap kehadiran AI juga bakal berdampak buruk...

Perkembangan teknologi tentu diikuti dampak. Contoh penyalahgunaan AI tidak perlu disebutkan, bisa dilihat sendiri. Di Microsoft, kami mengembangkan AI secara bertanggung jawab, ada pilar-pilar pertanggungjawaban yang kami ikuti. Bagaimanapun AI adalah kopilot. Sedangkan manusia sebagai pilotlah yang mengambil keputusan. Sebuah inovasi muncul jika seorang “pilot” memiliki waktu dan data yang cukup. 

Dalam pengembangannya, kami pastikan AI generatif tidak akan menciptakan rekomendasi yang harmful atau berbahaya bagi manusia. Kecerdasan buatan harus diatur agak tidak bias ke negara atau golongan tertentu. Kami tentu bekerja sama dan memberi masukan kepada pemerintah, akademikus, sektor pendidikan, di semua negara operasional Microsoft. Para pengguna teknologi juga punya tanggung jawab untuk mengecek ulang informasi serta kesadaran untuk menjaga privasi. 

Presiden Direktur Microsoft Indonesia Dharma Simorangkir dalam sesi wawancara dengan Tempo di kantor Microsoft Indonesia, Jakarta, 7 Desember 2023. TEMPO/M Taufan Rengganis

Bagaimana perkiraan valuasi ekonomi dari penggunaan AI generatif? 

Dalam mengeksplor potensi maksimal AI generatif, kami menyusun laporan bertajuk "Dampak Ekonomi AI Generatif: Masa Depan Pekerjaan di Indonesia" bersama sejumlah mitra. Di situ disebutkan teknologi ini bisa mendongkrak kapasitas produksi hingga US$ 243,5 miliar di seluruh sektor perekonomian Indonesia. Jumlah yang setara dengan 18 persen produk domestik nasional (PDB) nasional 2022.

Nilai itu kami lihat dari beberapa nilai tambah AI. Pertama, AI bisa mencetuskan kreativitas, misalnya untuk usaha kecil-menengah yang ingin membuat iklan promosi dan mencari inspirasi. Fungsi kedua adalah mengakselerasi penemuan baru, contohnya obat dalam industri kesehatan. Artinya, inovasi produk bisa menjadi lebih banyak. Nilai ketiga adalah efisiensi AI. Teknologi ini memberikan peluang simulasi sehingga kita tidak perlu menciptakan suatu produk secara fisik, cukup melakukan modelling dengan AI.

Fokus pekerjaan juga berubah. Seorang operator telepon tidak perlu lagi memindahkan saluran dari penelepon kepada tujuan telepon secara manual. Operator bisa difokuskan untuk menawarkan produk baru, misalnya, itu akan memberi nilai tambah. 

Tapi literasi digital Indonesia masih rendah...

Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementerian Komunikasi dan Informatika, dari skala 1-5 di Indeks Literasi Digital Indonesia, tingkat literasi digital kita meningkat 0,05 poin dari 3,49 pada 2021 menjadi 3,54 pada 2022. Ini menunjukkan adanya peningkatan. Guna menjaga momentum positif ersebut, kita harus meningkatkan skala, terutama untuk memastikan bahwa ada kesetaraan di berbagai daerah di Indonesia. Untuk mempercepat transformasi digital, kita butuh 9 juta talenta digital hingga 2030, atau setara dengan 600 ribu talenta setiap tahunnya. 

Omong-omong, setelah Anda menjabat presiden direktur, apa perubahan yang Anda lakukan di Microsoft Indonesia?—Dharma Simorangkir menjabat Presiden Direktur Microsoft Indonesia sejak 2022.

Setiap perusahaan punya filosofi dan kultur yang semuanya baik. Sekarang soal bagaimana kita belajar mengambil yang baik saja. Di Microsoft, ada semangat growth mindset. Artinya, kami berubah dari organisasi yang awalnya serba tahu, atau know it all, menjadi mempelajari semuanya, atau learn it all. Sebab, kalau sudah merasa serba tahu, kita akan susah belajar. Setiap perusahaan harus bisa menambah kapasitas. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Yohanes Paskalis

Yohanes Paskalis

Mulai ditempa di Tempo sebagai calon reporter sejak Agustus 2015. Berpengalaman menulis isu ekonomi, nasional, dan metropolitan di Tempo.co, sebelum bertugas di desk Ekonomi dan Bisnis Koran Tempo sejak Desember 2017. Selain artikel reguler, turut mengisi rubrik cerita bisnis rintisan atau startup yang terbit pada edisi akhir pekan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus