Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Waspada Melemah Setelah Kuartal Ketiga

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2022 diperkirakan tidak sebesar pada kuartal III. Pasalnya, inflasi tinggi dan melemahnya ekspor bakal terjadi pada trimester IV.

8 November 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 14 April 2022. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTAPertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2022 diperkirakan tidak sebesar pada kuartal III. Pasalnya, inflasi tinggi dan melemahnya ekspor bakal terjadi pada trimester IV 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Ancaman inflasi dan perlambatan ekspor akibat perlambatan ekonomi mitra dagang ada pada triwulan IV,” ujar ekonom dari Indonesia Development and Islamic Studies (Ideas), Askar Muhammad, kepada Tempo, kemarin, 7 November.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Askar, dengan ancaman inflasi tinggi 6 persen dan melemahnya ekspor, pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2022 diperkirakan sebesar 5,1-5,3 persen, dengan proyeksi keseluruhan tahun sebesar 5,2-5,4 persen.

Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia menembus angka 5,72 persen atau lebih tinggi dari ekspektasi pemerintah sebesar 5,5 persen. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga menjadi penyumbang pertumbuhan terbesar produk domestik bruto (PDB) dengan tumbuh 5,39 persen secara tahunan. Namun inflasi tinggi yang diperkirakan terjadi pada triwulan IV dikhawatirkan melemahkan daya beli masyarakat.

Produksi alas kaki di Tangerang Selatan, Banten, 13 September 2022. TEMPO/Tony Hartawan

Dampak Kenaikan Harga BBM

Askar menjelaskan, dampak ronde kedua penyesuaian harga bahan bakar minyak pada September masih belum terlihat pada Oktober lalu. Tapi hal itu perlu diwaspadai, mengingat intervensi sisi permintaan sudah dilakukan Bank Indonesia dengan meningkatkan suku bunga guna meredam ekspektasi liar terhadap tingkat inflasi. “Bola panas kini ada di pemerintah untuk melancarkan intervensi kebijakan dari sisi penawaran dengan memastikan pasokan dalam negeri aman,” ucapnya.

Pada triwulan III, inflasi dari sisi produsen masih cukup tinggi, yaitu 10,69 persen. Sedangkan tingkat inflasi dari sisi konsumen menyentuh 5,95 persen. “Jika kita lihat runtut waktu selama empat kuartal ke belakang, selisih inflasi sisi produsen dan konsumen sudah mulai menyempit pada triwulan III ini dan menunjukkan bahwa produsen sudah akan mem-pass through harga keekonomiannya ke konsumen,” kata Askar. Hal itu, di sisi lain, dapat mendorong inflasi di atas 6 persen pada triwulan IV mendatang.

Selain inflasi, tren perlambatan ekonomi pada beberapa mitra dagang utama mulai tampak pada triwulan III. Sejumlah industri pengekspor, seperti industri alas kaki, mulai merasakan dampaknya karena penurunan realisasi pesanan yang diterima. “Hal ini akan ikut serta memainkan peran dalam meredam laju pertumbuhan pada triwulan IV. Apalagi boom komoditas juga akan melemah,” ujar Askar.

Inflasi Masih Tinggi

Selanjutnya, penguatan dolar Amerika Serikat juga akan berperan mengerek naik ongkos produksi. Sebab, bahan baku industri dalam negeri cukup bertumpu pada impor.

Hal senada diungkapkan Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad. Menurut dia, capaian pada triwulan III tidak serta-merta membuat Indonesia teruji dari dampak resesi. “Kalau resesi, potensinya adalah penurunan pertumbuhan ekonomi dua triwulan berturut-turut. Sekarang posisinya sedang memuncak. Jadi, jika melihat siklus dan konsumsi yang terjadi, ada kemungkinan akan menurun pada triwulan IV,” ucapnya.

Tauhid pun mewanti-wanti kinerja ekspor dan impor pada triwulan IV yang berpotensi terpukul akibat kondisi produksi yang menurun karena ketidakpastian ekonomi global melemahkan permintaan. “Produk akhir tahun akan cenderung menipis karena untuk unggulan komoditas permintaannya akan mengalami sehingga surplus berkurang,” katanya.

Adapun sektor-sektor ekonomi yang diprediksi masih memiliki peluang pada triwulan akhir tahun ini adalah transportasi dan pergudangan, telekomunikasi, perdagangan, dan industri.

Pengunjung berfoto di obyek wisata Danau Laguna Fitu Puncak Ternate, Maluku Utara, 16 Oktober 2022. ANTARA/Andri Saputra

Tantangan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kadin

Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Shinta Kamdani, berujar tantangan terbesar pertumbuhan ekonomi pada tahun ini adalah upaya pengendalian inflasi yang terlampau tinggi. “Hal ini dikarenakan lebih dari 50 persen pertumbuhan ekonomi nasional didukung oleh konsumsi domestik atau rumah tangga, sehingga penciptaan stabilitas daya beli sangat krusial untuk menjaga momentum pertumbuhan hingga akhir tahun,” ujarnya.

Shinta menambahkan, sektor ekonomi yang perlu dijaga momentum pertumbuhannya adalah sektor manufaktur yang menyumbang seperempat hingga sepertiga PDB tiap triwulan. Namun, BPS mencatat, industri tekstil kehilangan 50 ribu pekerja. Berdasarkan survei pada Agustus 2022, jumlah pekerja di industri tekstil turun dari 1,13 juta menjadi 1,08 juta orang.

Selain sektor manufaktur, Shinta menyebutkan bidang jasa, khususnya perdagangan, pariwisata, dan perjalanan, perlu diperhatikan. “Biasanya sektor tersebut mengalami booming produktivitas pada triwulan IV, yang menjadikannya sebagai sektor terbesar kedua secara kumulatif sebagai penyumbang PDB,” kata dia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, untuk menopang pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan terakhir 2022, pemerintah akan mengarahkan belanja negara sebesar Rp 1.192 triliun untuk mendorong sisi permintaan. Sebab, gejolak perekonomian global akan mulai terasa ke perekonomian domestik pada triwulan IV, yang ditandai dengan perlambatan ekspor nasional.

“Belanja negara akan dioptimalkan. Banyak sekali kebijakan fiskal dan belanja untuk menggerakkan ekonomi. Kami berharap bisa mendukung permintaan dalam negeri saat permintaan global melemah,” ujarnya.

Adapun pertumbuhan ekonomi triwulan pada IV diharapkan dapat berada di kisaran 5,2 persen dan pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun sebesar 5,2-5,3 persen. Sri Mulyani memastikan akan menyelesaikan pengerjaan sejumlah proyek strategis hingga akhir tahun sebagaimana yang direncanakan. “Namun bukan berarti belanja pemerintah dipastikan cair, ya. Pada prinsipnya, kami tetap melihat efisiensi dan belanja yang berkualitas,” katanya.

ANNISA (MAGANG) | GHOIDA RAHMAH
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ghoida Rahmah

Ghoida Rahmah

Bergabung dengan Tempo sejak Agustus 2015, lulusan Geografi Universitas Indonesia ini merupakan penerima fellowship Banking Journalist Academy batch IV tahun 2016 dan Banking Editor Masterclass batch I tahun 2019. Pernah menjadi juara Harapan 1 Lomba Karya Jurnalistik BPJS Kesehatan di 2016 dan juara 1 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Media Cetak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2021. Menjadi Staf Redaksi di Koran Tempo sejak 2020.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus