Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia mengatakan tenaga kerja lokal Indonesia saat ini belum bisa diandalkan untuk bekerja di perusahaan berstandar internasional atau yang memiliki modal asing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ini otokritik untuk kita juga, bapak ibu anggota DPR RI semua, kita bersama-sama tidak saling menyalahkan tapi kita harus mampu mensosialisasikan tentang etos kerja kita," kata Bahlil saat Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Senin 6 Februari 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bahlil menyebut, etos dan kualitas kerja tenaga kerja lokal Indonesia saat ini masih belum dapat bersaing dan diandalkan untuk disiplin mengejar produktivitas sebuah perusahaan.
"Mohon maaf saya ini kan mantan pengusaha, kita ini rata-rata tidak semuanya ya, sebagian wilayah jam istirahat sholat 30 menit, makan tambah 15 menit, 40 menit katakanlah, tapi kita waktu ngerokok, waktu cerita, habis dua jam itu baru kerja," kata Bahlil.
"Ini otokritik untuk kita, saya tidak bermaksud menyalahkan siapa-siapa, tapi ini pekerjaan rumah untuk kita semua. Supaya kita menuntut iya, tapi kita tau juga kewajiban kita," tambahnya.
Sementara di lapangan, kata Bahlil, sekarang banyak perusahaan yang menginvestasikan uangnya untuk menggunakan teknologi tinggi, sehingga tak sedikit perusahaan yang tidak terlalu banyak menyerap tenaga kerja.
"Di satu sisi, perusahaan membutuhkan kreativitas, di sisi lain kita membutuhkan tenaga kerja dalam negeri yang banyak, kalau produktivitasnya tidak dipacu bagaimana mungkin sampai," katanya.
"Ini kondisi yang harus kita rapikan, dan ini duit orang dari bank, bagi dia melakukan investasi, begitu macet, maka bisa selesai bagi dia," tambahnya.
Sebelumnya Bahlil menyebut, tingginya nilai investasi yang masuk ke Indonesia tidak serta merta membuka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya bagi tenaga kerja lokal.
Menurut Bahlil, alasannya karena tantangan saat ini sangatlah besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, salah satunya adalah tak sedikit pemodal yang menginvestasikan dananya untuk membiayai teknologi. Pertumbuhan lapangan pekerjaan juga tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan investasi yang masuk ke Indonesia.
"Harus saya akui, pertumbuhan investasi yang mencapai 30 persen lebih, tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan," kata Bahlil.
Baca juga: Sentil OJK Soal Banyak Masalah di Asuransi, Jokowi Sebut Asabri, Jiwasraya, Wanaartha hingga ...
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.