Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Tangerang - Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) menggandeng Cina National Furniture Asosiation (CNFA) dalam membangun industri furnitur yang berkelanjutan dari hulu sampai hilir. Ketua Umum DPP Asmindo Dedy Rochimat mengatakan kerjasama itu tertuang dalam Memori of Undastanding (MoU) yang telah diteken antara Asmindo dan CNFA. Kerjasama tersebut mengenai inisiasi bambu dan rotan menjadi pengganti furnitur plastik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ada beberapa hal yang disepakati dalam kerjasam yang diteken hari ini," ujar Dedy usai penandatangan kerjasama di Hotel Vivere, Gading Serpong, Kabupaten Tangerang, Selasa 27 Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Proses penandatangan MoU ini disaksikan langsung oleh Menteri Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki. Menurut Dedy, poin kerjasama yang disekapati diantaranya tukar informasi bidang industri furnitur, branding, pelatihan dan green produk, hingga suplai chain.
"Nantinya ini akan ditindaklanjuti segera dengan pemerintah," kata Dedy.
Dedy berharap kerjasama ini akan mendatangkan investasi luar negeri, terbangunnya pusat riset bahan baku yang berkelanjutan, terjadinya transfer pengetahuan dan teknologi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia hingga pertukaran informasi pasar. Sehingga dapat mendorong pertumbuhan industri furnitur dan ekonomi Indonesia berkelanjutan.
Menurut Dedy, Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk menjadi pusat pengembangan dan produksi furnitur dunia. Pasalnya, kekayaan alam yang berlimpah berupa bahan baku furnitur tersebar di 17 ribu pulau, hingga keunikan desain furnitur berbasis kearifan lokal. Sebagai negara penghasil rotan dan terbaik dunia serta menjadi penghasil bambu terbesar ke tiga dunia, kata Dedy, Indonesia perlu menyusun target dan kerja nyata demi mencapai 1 persen dari pasar dunia untuk ekspor furnitur dan kerajinan.
"Potensi ini perlu dikembangkan, bersinergi semua dengan pemangku kepentingan di dalam dan luar negeri, dan berkolaborasi internasional yang saling menguntungkan," ujarnya.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengatakan kerjasama ini tidak hanya menjadi panggung bagi perkembangan industri perabot dan kerajinan di Indoensia, tapi juga sebuah platform untuk membahas inisiatif dan kontribusi nyata terhadap keberlanjutan lingkungan.
"Komitmen ini merupakan inisiatif yang luar biasa," kata Teten.
Dia menambahkan, langkah ini tidak hanya memperkuat posisi Indonesia dalam industri perabot tapi memberikan konstribusi nyata terhadap upaya global untuk mengurangi penggunaan plastik.
"Bambu di Indonesia 4 kali lebih produktif dari pada bambu di daerah subtropik," ucapnya.
Teten menyebutkan peluang Indonesia dalam industri furnitur dunia masih sangat besar. Menurutnya, pendapatan Indonesia dalam pasar furnitur pada 2021-2023 mencapai US$ 2,8 miliar.
"68 hektar hutan produksi milik Indonesia, 85 persen pemasok rotan dunia, 805 ribu tenaga kerja langsung terserap di industri furnitur," kata Teten.
UMKM di sektor furnitur, ujar Teten mengalami tantangan yang harus dihadapi bersama dari sisi bahan baku hingga biaya logistik yang sangat tinggi.
JONIANSYAH HARDJONO