Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Batam Ekspor Perdana Kepiting Bakau ke Cina

Batam melakukan ekspor perdana kepiting bakau ke Shanghai, Cina.

1 Februari 2024 | 06.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang warga mencari kepiting di kawasan mangrove Desa Simandulang, Kecamatan Kualuh Leidong, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, Kamis 14 Desember 2023. Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) bersama Kelompok Tani Hutan (KTH) Bahagia Giat Bersama melakukan pelestarian mangrove seluas 25 hektare untuk mempertahankan fungsi ekosistem mangrove Indonesia diakui dunia sebagai upaya mitigasi perubahan iklim, perlindungan kawasan pesisir, pencegahan abrasi dan tempat hidup biota laut serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat .ANTARA FOTO/Yudi/wpa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Batam - Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Kepulauan Riau (Kepri) bersama Kepala BP Batam Muhammad Rudi melepas ekspor perdana kepiting bakau hidup (scylla serrata) ke Shanghai, Cina, Rabu 31 Januari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Batam (SKIPM) Batam M Darwin Syah Putra mengatakan, total nilai ekspor sebesar Rp 17 juta dengan berat 120 kilogram. Kepiting bakau hidup akan di ekspor ke Shanghai China menggunakan pesawat Garuda Indonesia. "Kepiting ini milik pengusaha kepiting Bakau Pak Abun, binaan kita, kita sudah lama bekerjasama," kata Darwin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Darwin mengatakan, kepiting Bakau yang ditampung pengusaha tidak berasal dari nelayan di Kepri, tetapi berasal dari luar daerah Kepri. Seperti Tungkal, Jambi dan lainnya. "Hari ini ekspor kepiting yang berasal luar Batam, tetapi atas nama Batam," katanya.

Darwin mengatakan, Kepiting menjadi komoditas ekspor terbesar nomor 3 di dunia. Sehingga potensi budidaya di Batam sangat besar. "Kita perlu kembangkan budidaya di Kepri ini, dengan teknik tertentu," katanya. 

Darwin berharap, ekspor ini terus berlanjut kedepannya. "Ini kita juga ada ekspor nemo, ikan kakap, dan kerapu, juga ada ekspor Rengkam," katanya. 

Kepala Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Kepulauan Riau (Kepri) Herwintarti mengatakan, ekspor perdana kepiting bakau ini menambah semangat mitra bisnis dalam perdagangan perikanan dan peternakan.

"Sekarang dari Kepri kita sudah ada produk unggulan, seperti kita kembangkan durian musang king yang dikirim terus ke Jakarta, sedangkan hewan unggulan yang kita ekspor adalah unggas hidup dari Pulau Bintan, ini salah satu wujud kolaborasi sangat baik dari kami," katanya.

Kepala BP Batam Muhammad Rudi mendukung ekspor kepiting bakau hidup dengan cara akan menyediakan lahan yang diperlukan pengusaha. "Kalau mau tambah (lokasi penangkaran atau budidaya) silahkan di pulau, kita ada 340 pulau, di wilayah Pemko Batam, jika diawal ini ekspor Rp17 juta, besok Rp 17 miliar, Rp 17 triliun, saya support sepenuhnya," kata Rudi. 

Pengusaha Kepiting Bakau Abun mengatakan, satu kilo kepiting bakau dijual seharga Rp100 ribu, sedangkan ketika ekspor ke China nilainya mencapai Rp 300 ribu satu kilogram.

Ia mengatakan, kepiting bakau di Kepri atau Batam sudah tidak ada lagi. Pasalnya, saat kepiting bakau berumur kecil sudah ditangkap oleh masyarakat. "Kalau tahun 90 an masih banyak, satu bulan bisa 5 ton, sekarang tidak ada lagi," katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus