Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Malang - Presiden Joko Widodo atau Jokowi hari ini meresmikan penggunaan Jalan Tol Pandaan - Malang Seksi I-III. Meski begitu, pemerintah belum memutuskan besar tarif tol yang harus dibayar pengguna ruas tol tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Mochamad Basuki Hadimuljono menyatakan ruas tol ini digratiskan bagi seluruh penggunanya selama masa arus mudik dan arus balik Lebaran. "Semoga nanti arus lalu lintas selama masa Lebaran berjalan lancar,” katanya, di Malang. Ahad, 12 Mei 2019.
Dalam catatan Tempo, Jalan Tol Pandaan - Malang sepanjang 38,48 kilometer merupakan bagian dari proyek nasional Jalan Tol Trans - Jawa. Beroperasinya Jalan Tol Pandaan -Malang diharapkan mampu mengurai simpul kemacetan di jalan eksisting Surabaya - Malang maupun Malang - Surabaya.
Jalan Tol Pandaan-Malang dibangun sejak 2017 dengan total pembiayaan Rp 9,1 triliun. Total pembiayaan itu terdiri atas Rp 5,97 triliun untuk pembangunan konstruksi dan Rp 3,2 triliun untuk pembebasan lahan.
Pembangunan konstruksinya dilakukan oleh badan usaha jalan tol (BUJT) PT Jasamarga Pandaan Malang (JPM). Saham JPM dimiliki PT Jasa Marga sebesar 60 persen, PT Pembangunan Perumahan sebesar 35 persen, dan PT Sarana Multi Infrastruktur sebesar 5 persen. Ketiga investor ini berhak atas masa konsesi selama 35 tahun terhitung sejak tanggal penerbitan surat perintah mulai kerja atau SPMK.
Pembangunannya dibagi dalam lima seksi. Seksi I (15,5 kilometer) memanjang dari Pandaan sampai Purwodadi di Kabupaten Pasuruan. Seksi II (8 kilometer) membentang dari Purwodadi sampai Lawang di Kabupaten Malang, disambung Seksi III (7,1 kilometer) dari Lawang sampai Singosari. Seksi IV (4,8 kilometer) menghubungkan Singosari sampai Pakis, serta Seksi V (3,1 kilometer) menghubungkan Pakis dan Sawojajar.
Konstruksi Seksi I-III sudah rampung pengerjaannya dengan dilengkapi lampu-lampu dan rambu-rambu. Pengerjaan Seksi I-III dimulai dari Kecamatan Pandaan di Kabupaten Pasuruan hingga Desa Karanglo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
Saat ini PT JPM berfokus mengerjakan Seksi IV-V sepanjang 7,9 kilometer yang menghubungkan Singosari dengan Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
Adapun kemajuan pengerjaan Seksi IV mencapai 87 persen. Pengerjaan konstruksi Seksi V sempat tertunda karena penemuan situs sejarah Sekaran sehingga harus dilakukan pergeseran trase sejauh 17 meter dari trase awal.
Ditargetkan, Seksi IV-V selesai dikerjakan pada November tahun ini atau lebih cepat. Menteri Basoeki menyatakan penggunaan tol Seksi IV-V tak perlu lagi diresmikan oleh Presiden Joko Widodo jika sudah selesai dikerjakan.
Menurut Direktur Jenderal Bina Marga Sugiyartanto, Tol Pandaan-Malang Seksi IV dapat dibuka dibuka fungsional untuk melancarkan arus mudik. Namun, gerbang keluarnya di Pakis tidak terlalu besar sehingga akan diatur sebagian kendaraan bisa keluar di Pakis dan sebagian kendaraan lagi keluar di Singosari.
Pada pintu keluar Singosari tengah dikerjakan pembangunan underpass Karanglo, yang sepaket dengan pengerjaan Seksi III. Underpass ini berfungsi memecah arus lalu lintas dari Malang ke Surabaya atau sebaliknya dengan kendaraan yang keluar Singosari menuju Batu sehingga tidak menimbulkan kepadatan maupun kemacetan kendaraan seperti biasa terjadi sehari-hari.
Underpass Karanglo dilengkapi drainase untuk mencegah terjadinya genangan. Drainase ini mengalirkan air secara gravitasi ke Sungai Bodo yang elevasinya lebih rendah melalui dua pipa plastik HDPE berukuran 60 sentimeter. Konstruksi drainase juga dilengkapi dengan pompa submersible untuk mengalirkan air hujan ke Sungai Bodo.
Beroperasinya Jalan Tol Pandaan-Malang diyakini bakal memangkas waktu tempuh dan mengurangi biaya mobilisasi orang serta barang antara Surabaya dan Malang, dua kota terbesar di Provinsi Jawa Timur.
Sebelum terjadi bencana lumpur panas Lapindo pada akhir Mei 2006, waktu tempuh Surabaya-Malang dan sebaliknya rata-rata 2,5 jam. Para pengendara dari arah Malang masih menggunakan Jalan Tol Porong-Gempol.
Kejadian semburan lumpur panas Lapindo Brantas mengakibatkan terputusnya Jalan Tol Gempol-Porong. Selama hampir dua tahun pasca-bencana, arus lalu lintas di sekitar lokasi semburan lumpur sangat kacau. Sering terjadi kemacetan sehingga waktu tempuh Malang-Surabaya kian tak menentu, bisa mencapai lima bahkan 6 jam.
Waktu tempuh Malang-Surabaya makin pendek dalam kisaran 2 jam saat jalan tol Kejapanan-Gempol-Pandaan dioperasikan. Selama Jalan Tol Pandaan-Malang dikerjakan, jalan tol dari arah Surabaya hanya berujung di gerbang tol Pandaan, Kabupaten Pasuruan, dengan waktu tempuh sekitar 1 jam.
Sisanya, pengendara dari Surabaya harus keluar dulu dari gerbang tol Pandaan dan kemudian menyusuri jalan nasional Surabaya-Malang selama 1 jam. Sekarang, setelah Pandaan-Malang terkoneksi lewat tol, diperkirakan waktu tempuh Pandaan-Malang hanya 30 menit sehingga rute Surabaya-Malang bisa ditempuh selama antara 1,5 jam sampai 2 jam saja.
Baca: Jokowi: 5 Tahun ke Depan Saya Sudah Tidak Ada Beban
Selain itu, Jalan Tol Pandaan-Malang dirancang untuk meningkatkan koneksivitas tiga daerah, yaitu Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, dan Kota Malang. Ruas tol itu diharapkan memperlancar dan mempercepat transportasi industri dari Pandaan ke Malang yang tersambung langsung ke Surabaya, dan begitu juga sebaliknya.
Simak berita lainnya terkait Jokowi di Tempo.co.