MISI dagang ke Vietnam yang dipimpin Wakil Kepala Bulog Sukriya Atmaja, baru-baru ini, antara lain mencarikan besi tua buat PT Krakatau Steel. Tank dan panser bekas di sana rupanya menarik perhatian perusahaan besi raksasa kita itu. "Vietnam mengekspor banyak besi tua ke Jepang. Jadi, apa salahnya kalau kita beli juga dari sana. Karena Krakatau Steel selama ini mengimpor sekitar 30 ton besi tua setiap bulan," kata Sukriya Atmaja kepada TEMPO, Jumat pekan lalu. Menurut Waka Bulog itu, pejabat di Vietnam telah menjanjikan, tetapi sampai pekan lalu belum jelas apakah mereka bersedia memasok besi bekas tank dan kapal. Agaknya, sulit juga belanja di negeri yang baru mulai membangun setelah perang panjang itu. Sebab, ekonomi negara itu memang lagi runyam: banyak kebutuhan tapi kesulitan membayar. Kabarnya, devisa mereka, untuk mencicil utang-utangnya kepada Uni Soviet, sekitar satu juta dolar per hari. Sementara itu, seperti dikatakan Waka Bulog, dagangan yang mereka jajakan juga banyak. Bahkan palawija pun, seperti jagung, ternyata mereka tak punya. Masih untung ada pengusaha dari sini yang bisa teken kontrak pembelian sekitar 800 ton kacang tanah. Pihak Vietnam, tak disangka-sangka, malah mengajukan permintaan meminjam beras lagi 50.000 ton. Gelagapan juga misi dagang kita. Untuk menjawabnya, Sukriya perlu mengontak Jakarta dulu, dan baru pekan lalu Kepala Bulog Bustanil Arifin mengungkapkan bahwa permintaan Vietnam ituhanya bisa dikabulkan sebanyak 20.000 ton. "Bukan karena kuatir Vietnam tidak bisa bayar, tetapi karena Bulog perlu mengamankan stok beras akibat kemarau panjang baru-baru ini," tutur Sukriya. Dengan tambahan pinjaman 20.000 ton tersebut, utang Vietnam pada Bulog kini mencapai 270.000 ton. Nilai pinjaman itu dikenai bunga 6% per tahun. "Kami juga 'kan harus membayar bunga pinjaman kepada Bank Rakyat Indonesia," ujar Sukriya. Pinjaman tersebut berjangka waktu dua tahun. Mampukah Vietnam membayarnya? Dibayar besi tua bekas tank dan panser pun jadilah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini