PESANGGRAHAN Ramayana di jantung Kota Solo itu berkesan sederhana: hanya punya sepuluh kamar -- semuanya disejukkan dengan AC. Tapi baru-baru ini pesanggrahan yang berdiri sejak 1966 itu mendapat penghargaan dari Business Initiative Direction yang berpusat di Amerika. Cuma, award itu harus diambil sendiri di Madrid, Spanyol. Penghargaan setaraf itu sebenarnya tak perlu jauh-jauh dijemput ke Spanyol. Dua minggu lalu, Kamar Dagang dan Industri DKI Jaya (Kadin Jaya) memprakarsai pemberian aard atau tropi, bergelar International Award for the Commercial Expansion Asia '87. Menurut Erwin Pohe ketua panitianya, "perebutan" gelar itu diikuti juga oleh berbagai perusahaan luar negeri, seperti dari Iran, Taiwan, Singapura, India, Bangladesh, PNG. Untuk memilih perusahaan yang layak diberi gelar, yang upacara penyerahannya dilaksanakan di Hotel Hyatt Arya Duta, Jakarta, penyelenggara rupanya masih harus mengandalkan pengalaman sebuah lembaga semacam Kadin dari Madrid. Tak ada yang mempertanyakan apa kriteria yang dipakai untuk menilai. Yang penting buat pengusaha di sini memang gelarnya itu saja -- yang biasanya harus diperoleh di luar negeri. Pemilik Pesanggrahan Ramayana, Soepardi Boedjonagoro, menyatakan bahwa banyak lembaga di luar negeri yang bisnisnya memang membagi-bagikan berbagai gelar dan penghargaan kepada bermacam-macam perusahaan dan produknya. Sampai Duta Besar RI di Spanyol, Haryono Nimpuno, perlu memperingatkan -- seperti dikutip koran Suara Pembaruan bulan silam -- bahwa banyak lembaga swasta di sana yang komersial sifatnya dalam memberikan berbagai penghargaan internasional kepada perusahaan-perusahaan di seluruh dunia. Itulah sebabnya, pengusaha seperti Soepardi dari Solo itu tak mau gampang-gampang diundang untuk menerima suatu gelar. Akan diceknya dulu lembaga macam apa yang mengeluarkan gelar. Konyol memang kalau hanya diundang sekadar untuk membeli tropi dan selembar sertifikat dengan harga mahal. Soepardi memang pernah menolak hadiah dari sebuah lembaga yang kelihatan meyakinkan, Editorial Office, di Spanyol. Akan halnya award keluaran Kadin, tentunya diharapkan tidak sembarangan dan cukup berwibawa. Yang punya ide, konon, justru orang Spanyol. Diteruskan ke Kadin Jaya oleh PT Gate and Trade dan CV Sarana Karya Indah. Disetujui. Yang minta dinilai ternyata banyak: tak kurang dari 500 perusahaan. Lantas diseleksi, diwawancarai, dan diharuskan . . . memasang iklan di majalah Kontak Bisnis. Muncul 10 perusahaan yang dianggap pantas, seperti PT Altron, Grup Matahari, Martina Berto, Air Mancur, Gudang Garam, untuk dinilai di tingkat Madrid. Eh, ternyata, sepuluh-sepuluhnya dinilai layak menerima award. "Mereka menang di bidang masing-masing," tutur Erwin. Dan para pemenang, tanpa pandang bidang, masing-masing ditarik biaya 2.200 dolar. Buat PT Gudang Garam, itu bukan penghargaan pertama. Sebelumnya, tahun ini juga, sudah dua penghargaan diperolehnya dari Spanyol dan sebuah dari Belgia. Tahun lalu Gudang Garam juga memperoleh tiga penghargaan dari Belgia -- antara lain Gudang Garam International Filter Silver Medal dan Gudang Garam Surya Filter 18 Medal. Gudang Garam menyatakan tak dipungut sepeser pun ketika menjemput medalinya. Tapi Ramayana menyatakan dipungut 2.000 dolar oleh panitia di Spanyol. Tapi itu jelas disebutkan untuk biaya menginap dua malam di hotel, makan malam, dan transportasi dari hotel ke tempat upacara -- tidak termasuk tiket pesawat yang juga sekitar 2.000 dolar. PT Multi Bintang, yang sejak 1981 selalu mendapat medali dari suatu lembaga di Belgia, menurut direktur utamanya, Tanri Abeng, dipungut 500-1.000 dolar oleh panitia. Katanya, untuk biaya pengujian kualitas dan medali. Tahun lalu, Bir Bintang meraih penghargaan tertinggi dari Monde Selection di Belgia, berupa A Gold Medal with Palm Leaves untuk Bir Bintang Baru Pilsner (kaleng). Meski lembaga yang memberinya enam medali emas dikatakan berwibawa, Tanri Abeng belum bisa mengatakan bahwa jumlah konsumen bir di sini otomatis terkatrol karenanya. "Berpengaruh, sih, berpengaruh. Tapi sulit menentukan berapa besar," katanya. Yang jelas, katanya, sangat membantu menempatkan posisi produk Bir Bintang di dunia internasional. Tapi, menurut A.V. Budhianto dari Gudang Garam, medali-medali yang diperolehnya dari berbagai lembaga membawa rezeki. "Ekspor kami meningkat," ujarnya. Terbesar ke Singapura, lalu Malaysia, Arab Saudi, Jepang, Swiss. Ke negeri pemberi medali? Tak sebatang pun. Buat negeri penyelenggara, pengusaha dari berbagai negara yang diundang untuk menerima medali tentunya merupakan rombongan turis yang secara langsung ikut andil dalam pengumpulan devisa. Pengalaman Tun Yulianto, yang berusaha di bidang fotografi di Yogyakarta, setidaknya mendukung kenyataan itu. Tiba-tiba saja Yulianto diundang oleh sebuah lembaga di Spanyol untuk menerima award. Entah dari mana lembaga itu tahu tentang Yulianto. Yang jelas, yang bersangkutan, katanya, tidak pernah mendaftarkan diri untuk dinilai. Yulianto adalah satu di antara lima orang Indonesia yang datang bersama 35 penerima award dari negara-negara lain. Untuk menjemput tanda penghargaan internasional itu, Juni lalu, Yulianto menghabiskan uang sekitar Rp 6 juta -- hitung-hitung plesir ke Spanyol. Jadi, jelaslah bahwa ada hubungan erat antara penyelenggaraan award dan upaya mendatangkan turis: sambil plesir para pengusaha memperoleh bahan untuk promosi dan negara penyelenggara mendapat dolar. International Award for the Commercial Expansion Asia '87 milik Kadin Jaya kemarin itu juga kelihatan didukung Direktorat Jenderal Pariwisata. Tentunya, tidak tertutup kemungkinan bagi lembaga lain untuk menyelenggarakan kegiatan semacam itu. Upacaranya bisa sepanjang tahun di pusat-pusat pariwisata, seperti di Bali, Danau Toba, atau Tanah Toraja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini