RIWAYAT Komodo Marine (KM) yang ternyata milik orang Indonesia
nampaknya bisa diurut dari cerita salah seorang tokohnya, George
Hendra -- pria gagah asal Ternate yang tinggal di kompleks mewah
Pondok Indah, Jakarta.
Berbeda dengan cerita tokoh lainnya, Lie, bahwa kantor pusat KM
di Panama City, Hendra dengan tegas mengatakan: "Cabang kami ada
di Singapura dan Manila, sedang kantor pusat di Hongkong."
Hendra mengaku jabatannya adalah Kepala Perwakilan KM di Jakarta
sejak 1977, sedang Lie Kian Liong adalah boss-nya di Hongkong.
Menurut Hendra, tatkala proses integrasi Timor Timur terjadi, ia
mendengar pihak Hankam memerlukan kapal pendarat. Dengan cepat
ia mengontak kantor pusatnya di Hongkong untuk mencari kapal di
pasaran Singapura. Dari sana timbul gagasan untuk memakai nama
"Komodo Marine". Menurut dia, beberapa buah tanker milik TNI-AL
dibeli lewat perantaraannya.
Namun menurut cerita Lie, KM semula berasal dari "Komodo
Division". perusahaan yang dimilikinya. Tahun 1979 ia
mengubahnya menjadi "Komodo Marine" dan berkantor pusat di
Panama. "Tetapi karena kegiatan bisnis kami banyak aktif di
Hongkong, kami merasa perlu pula membuka kantor operasional di
Hongkong," ujar Lie.
Cerita Lie mengenai riwayat lahirnya KM: Tahun 1978, PT Bumi
Tirta yang dipimpinnya maju pesat dalam mengekspor ternak ke
Hongkong. Dalam perebutan angkutan laut, yang memang kurang
waktu itu, berkat pengalamannya, perusahaannya bisa unggul.
Antara lain karena hubungannya yang baik dengan perusahaan
perkapalan -- dalam negeri maupun luar negeri.
Tatkala pada 1979 pemerintah melarang ekspor ternak ke Hongkong,
perusahaannya terpukul juga. Tapi tak lama. Ia mendapat teman
berusaha di bidang perkapalan. Pengusaha asal Waingapu (Sumba)
yang pernah jadi pengusaha batik di Karet Tengsin, Jakarta ini
mendirikan Komodo Division dengan kantor pusat di Hongkong.
Namun karena ada ketidakcocokan, perusahaan itu diganti dengan
Komodo Marine di tahun 1979 -- dan sejak itu pula George Hendra
masuk.
Kantor perwakilan KM di Jakarta beralamat sama dengan PT Bumi
Tirta, di Jalan Pejagalan, Jakarta Utara yang kini dikendalikan
Erick Sumarli, anak Lie. Kantor bertingkat tiga ini tampak tidak
terlalu ramai.
Menurut Lie dan Hendra, KM saat ini memiliki tiga kapal barang.
Masing-masing New Haysan (9.000 dwt), New Hero (6.000 dwt) dan
New Hyde (6.000 dwt). Semua berlayar dengan lin
Tokyo-Yokohama-Taiwan-Hongkong-Manila p.p.
Sebagai pengusaha kapal Hendra mengaku mempunyai banyak koneksi
di lingkungan Pelni. "Namun dengan Pak Fanny Habibie saya baru
kenal waktu negosiasi," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini