Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LOKASINYA jauh di sebelah barat daya Tripoli, ibu kota Libya. Posisinya lebih dekat ke perbatasan Tunisia dan Aljazair. Itulah Ghadames, kota yang menjadi magnet bagi banyak perusahaan minyak dunia. Belasan perusahaan dari berbagai negara-termasuk Medco Energi Internasional-menyandarkan tumpuan di sana. Di cekungan Ghadames yang kaya akan potensi minyak dan gas, puluhan rig tiap hari mengeduk sumur minyak di sana.
"Cadangan minyak di sana besar," kata Arifin Panigoro, pendiri Medco Energi, saat ditemui di Plaza Bapindo, Jakarta, Rabu pekan lalu. Di wilayah kerja Medco saja sudah terbukti ada lebih dari 300 juta barel. Itu sebabnya jauh-jauh hari Medco mendeklarasikan, pengembangan minyak di negeri Muammar Qadhafi itu menjadi salah satu proyek andalan.
Tak aneh bila proyek ini menjadi salah satu "jualan" keluarga Panigoro, baik ke lantai bursa maupun ketika melepas saham Encore Energy Pte. Ltd. ke PT Pertamina (Persero). Apalagi niat menggandeng Pertamina ke Libya sudah dirintis sejak dua tahun lalu. Tujuannya, kata Arifin, agar perusahaan minyak pelat merah itu punya pengalaman melakukan eksplorasi dan produksi di mancanegara. Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan mengakui aset Medco di Libya menarik. "Sudah eksis, tinggal menyusun rencana pengembangan, dan diproduksi," katanya Jumat pekan lalu.
Lima tahun lalu, bersama mitranya dari Kanada, Verenex Energy Incorporated, Medco International Ventures Limited-anak usaha Medco-memperoleh porsi 50 persen buat mengembangkan Area 47, di cekungan Ghadames, selama 30 tahun. Luas area eksplorasinya 6.182 kilometer persegi, sepuluh kali luas Jakarta. Verenex ditunjuk menjadi operator di sana.
Adapun pengujian seismik tiga dimensi seluas 1.700 kilometer persegi dan seismik dua dimensi 4.000 kilometer persegi dilakukan oleh De Golyer & MacNaughton, konsultan audit independen asal Dallas, Amerika Serikat, sejak 2005. Hasilnya? Dalam sertifikasi yang diterbitkan September 2008, konsultan audit itu menyatakan Area 47 mengandung cadangan 307 juta barel dan 269 miliar kaki kubik gas. Potensi cadangannya 2,15 miliar barel. Jika dikurangi dengan risiko geologi, potensi di blok ini setara dengan 1,18 miliar barel.
Sejak September 2006, Medco melakukan pengeboran di 22 sumur. Dana yang dikucurkan, kata Direktur Operasi Medco Lukman Mahfoedz, sekitar US$ 180 juta. Dari 18 sumur eksplorasi, ditemukan cadangan minyak di 15 sumur. Cadangan terbaru ditemukan pada Agustus lalu. Di sumur ke-15 itu ditemukan minyak dengan laju aliran 3.000 barel per hari dan semburan gas 2,56 juta standar kaki kubik per hari.
Penemuan tadi merupakan yang ketiga kalinya dalam kurun waktu empat bulan sejak Medco ditunjuk menjadi operator di Area 47, pada April lalu, menggantikan Verenex. Otoritas Investasi Libya (LIA) mengakuisisi porsi saham Verenex di Area 47 senilai US$ 314,8 juta pada Desember tahun lalu. Medco diberi tambahan satu tahun buat merampungkan eksplorasi yang sempat tertunda akibat akuisisi Verenex.
Tahun depan, Medco dan Otoritas Investasi Libya membuka tender buat proyek rekayasa, pengadaan, dan konstruksi. Investasinya US$ 800 juta. Medco dan Otoritas Investasi Libya memiliki porsi penyertaan modal 25 persen. Sisanya disokong pemerintah Libya, yang diwakili oleh National Oil Corporation. Pengembangan fasilitas produksi diprediksi rampung dalam tiga tahun.
Menurut Arifin, pembiayaan proyek Libya tidak menemukan kendala karena cadangannya sudah pasti. "Bank sudah antre," kata pria penggemar sepak bola itu. Cadangan minyak yang sudah terbukti, kata Komisaris Utama Medco Energi Hilmi Panigoro, bisa diagunkan ke bank. Tiga bank asing-di antaranya Credit Suisse First Boston, BNP Paribas, dan Deutsche Bank-bersedia memberikan pinjaman. Bila sudah berproduksi, Medco dan Otoritas Investasi Libya bakal menerima pendapatan 13,7 persen. Selebihnya masuk kantong pemerintah Libya. Hilmi menargetkan, pada tahap awal produksi 2014, ladang di Ghadames bisa menyemburkan berkah 50 ribu barel minyak per hari.
Namun performa laporan keuangan Medco tak begitu kinclong. Sepanjang 2009, laba bersih Medco jeblok 93,14 persen, menjadi US$ 19,23 juta dari semula US$ 280,2 juta. Produksi minyaknya hingga Agustus lalu 30 ribu barel per hari, padahal dua tahun lalu sempat 45 ribu barel per hari.
Di tengah macetnya proyek Medco-seperti gas Donggi-Senoro dan pembangkit panas bumi Sarulla di Sumatera Utara-pengembangan Area 47 menjadi salah satu harapan. "Bila sudah berproduksi, bisa signifikan mendongkrak kinerja keuangan," kata Syaiful Adrian, analis Ciptadana Sekuritas, kepada Fery Firmansyah dari Tempo. Persentase kenaikannya, menurut perhitungan analis Sinarmas Sekuritas, Alfiansyah, bisa dua kali lipat. Keberhasilan di Libya juga bisa mendorong saham Medco lebih atraktif di lantai bursa, yang ditutup Rp 3.900 per lembar pada Jumat sore pekan lalu.
Yandhrie Arvian
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo