Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEORANG polisi lalu lintas memergoki empat orang berboncengan tanpa helm di atas satu sepeda motor pula. Tak sempat menyetop mereka, polisi itu segera memotret identitas sepeda motor itu dengan telepon selulernya. Foto tersebut dia kirimkan lewat pesan multimedia (MMS) ke pusat data di kepolisian. Hasilnya? Surat izin mengemudi pengendara sepeda motor tadi langsung diblok dan hanya bisa diaktifkan lagi setelah dia mengikuti sidang di pengadilan.
Polisi di atas menggunakan e-Sim saat bertugas. Inilah perangkat lunak ciptaan Hendro Surono, mahasiswa Universitas Bina Nusantara (Binus), Jakarta, semester enam. Dengan e-Sim, tilang-menilang bisa diproses lewat ponsel berbasis Android. E-Sim menjuarai Innovative Ideas on Mobile Application Competition. Kompetisi perangkat lunak dan aplikasi lokal untuk ponsel ini diselenggarakan oleh Binus dua pekan lalu. ”Proses tilang tak lagi ribet, buktinya juga jelas,” ujar Hendro kepada Tempo di Jakarta pekan lalu.
Produksi perangkat lunak ponsel memang sedang marak. Teknologinya murah, segmen konsumennya luas. Kreatornya pun beragam, dari mahasiswa hingga pengusaha; dan mampu mengalirkan fulus. E-Sim dan Ease Shopping—juara kedua kontes aplikasi di Binus—belum dikomersialkan. Tapi puluhan aplikasi lokal sudah sukses menembus pasar konten ponsel.
Sebut saja, IM-Ku, peranti obrolan (chatting) produksi PT InTouch Innovate Indonesia dan Nexian Messenger besutan PT Metrotech Jaya Komunika. Kedua peranti lunak lokal itu sudah meraup untung ratusan juta rupiah. Pemakainya meningkat. IM-Ku, misalnya. Sejak diluncurkan 17 Juli lalu, konsumennya terus bertambah. ”Hingga bulan ini, penggunanya sudah lebih dari 30 ribu,” kata Kendro Hendra, Direktur Utama InTouch dan perancang IM-Ku.
Peranti lunak karya Kendro ini cukup laris lantaran punya sejumlah kelebihan, antara lain satu paket dengan ponsel murah dan mudah digunakan. Pemakainya tak perlu punya e-mail, tapi cukup menambahkan nomor telepon teman mengobrolnya. Ada 14 merek ponsel, termasuk yang kelas atas, seperti Nokia dan BlackBerry, yang kompatibel dengan aplikasi IM-Ku.
Nexian Messenger—program obrolan lain—juga tak kalah menarik. Aplikasi lokal ini menjadi andalan Nexian bersaing di segmen ponsel murah. Cara pakainya mirip BlackBerry Messenger, tapi pengguna harus memasukkan nomor identitas pribadi (PIN) rekannya sebelum mengobrol. ”Fitur ini menjadi nilai tambah besar dalam telepon seluler kami,” ujar Manajer Teknik Nexian Isnur Rochmad.
Produsen peranti lunak ponsel sedang bergairah akhir-akhir ini. Pemicunya ponsel murah buatan Cina yang kian marak sejak tahun lalu. Pangsa pasar ponsel murah sekitar 30 persen dari total pangsa ponsel nasional. Ini membuat pengembang peranti lunak ngiler membuat berbagai aplikasi. Apalagi teknologi ponsel kelas bawah (low end) tak kalah dibanding standar ponsel pintar.
Menurut Ketua Indonesian Mobile & Online Content Provider Association (IMOCA) Harya Wirasma, banyak produsen peranti lunak menambah lini usaha. Dari merekayasa program permainan khusus gadget, membuat pengunduh berita, hingga melansir lagu-lagu nada dering. ”Mereka semakin kreatif,” ujarnya.
Jumlah pemainnya juga bertambah. Harya memperkirakan sejak tahun lalu muncul seratus lebih perusahaan baru di luar 65 anggota IMOCA. Model bisnisnya beragam. Beberapa menjalin kerja sama bagi hasil dengan operator seluler. Ada yang menawarkan produk gratis atau meminta laba dari iklan yang terpacak pada setiap peranti lunak. Banyak pemrogram memilih menggarap proyek dari produsen ponsel asing. ”Kerja sama dengan produsen asing lebih menguntungkan karena pasarnya jelas.”
MENEMBUS pasar aplikasi ponsel tak semudah membalik telapak tangan. Butuh upaya panjang, perjuangan, juga hoki. InTouch, salah satu perintis industri ini, memulai bisnis sejak 1996 sebagai pemrogram peranti lunak Nokia. Kendro menuturkan perkenalannya dengan pabrikan asal Finlandia itu terjadi secara kebetulan. ”Nokia saat itu mencari pemrogram (programmer), eh, ada kawan yang mengenalkan,” ujarnya.
Proyek perdana Kendro adalah menggarap ponsel komunikator E 9000. Bekas agen pemasaran Apple Incorporated ini lantas merancang beberapa jenis program. Terciptalah AirFax yang bisa menghubungkan ponsel dengan mesin faksimile, perangkat hiburan AirAlbum dan AirRadio, serta peranti AirGuard untuk mendeteksi ponsel yang hilang. ”Program-program ini dibuat berdasarkan pengalaman dan kebutuhan saya sebagai pengguna,” katanya.
Selesai dengan komunikator, kerja sama berlanjut. Hingga 2008, Kendro telah membuat lebih dari seratus peranti lunak untuk Nokia. Aplikasi Setting Wizard dan S80-DataMover, peranti lunak buatannya, paling banyak digunakan Nokia. Peranti lunak ini mendapat lisensi global ponsel berbasis Symbian S60.
Pertengahan tahun lalu, Kendro menyetop pasokan ke Nokia. Pria kelahiran Palembang, 31 Desember 1955, ini kemudian membangun perusahaan sendiri, PT Skybee, yang memproduksi beragam jenis ponsel. ”Program ciptaan InTouch sekarang ditanamkan semua di Skybee,” ujarnya. Awal Juli lalu, Skybee mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia sebagai perusahaan publik.
Nama lain, dari generasi lebih muda, adalah PT Diantara Kode Digital (Better B). Didirikan dua tahun lalu di Jakarta, perusahaan itu kini eksis sebagai pemegang lisensi Research In Motion (RIM), produsen BlackBerry. Hingga kini Better B sudah membuat 25 peranti lunak buat pabrikan asal Kanada itu. Ada yang serius macam FutureMail atau pengatur surat-surat perusahaan. Tersedia pula program lucu semisal Radar Bakmi, yang digunakan melacak 20 toko bakmi terdekat dengan si pemakai. ”Aplikasi konyol semacam itu laku, lo,” ujar pendiri Better B, Kemal Arsjad.
Awalnya tak mudah bagi Better B menjadi rekanan BlackBerry. Kemal yang mengajukan lamaran lewat Internet pada Februari 2008 harus menunggu hingga delapan bulan. ”Kami dicuekin,” ujar pria 34 tahun itu sambil terkekeh.
Peluang mulai terbuka saat RIM menggelar pameran di salah satu mal di Jakarta. Kemal bertemu langsung dengan Manajer Regional Asia Pasifik BlackBerry. Dia diminta memaparkan aplikasi buatannya di Sydney, Hong Kong, dan markas besar RIM, Waterloo, Kanada. ”Sebulan kemudian baru deal,” ujar Kemal.
Menilik besarnya pasar ponsel saat ini, tentu pendapatan para pengusaha digital itu tak kecil. Kemal membocorkan pendapatan Better B dari penjualan peranti lunak setiap bulan sekitar Rp 600 juta. ”Penjualan terbesar terutama program BlackBerry yang dirancang untuk perusahaan,” katanya. Dagangannya dipajang di App World, mal virtual milik BlackBerry.
Pendapatan InTouch dan Nexian lebih besar lantaran sudah berevolusi menjadi pabrik ponsel. Isnur Rochmad memperkirakan hasil penjualan peranti lunak Nexian mencapai sekitar Rp 200 miliar. Angka ini sama dengan lima persen dari total penjualan ponsel Rp 4 triliun. Kendro menaksir penjualan ponsel Skybee plus peranti lunaknya senilai Rp 700 miliar tahun ini.
Operator seluler juga menuai berkah. Presiden Direktur PT XL Axiata, Hasnul Suhaemi, mengatakan nilai penjualan konten tambahan ini mencapai Rp 340 miliar atau dua persen dari pendapatan XL sebesar Rp 17 triliun pada tahun ini. Peranti yang laku terjual, antara lain perangkat obrolan, akses jejaring sosial, dan permainan. ”Jika ditambah nada dering, proporsinya bisa mencapai tiga persen,” ujarnya.
Gurihnya bisnis ini diwarnai persaingan amat ketat. Para pembuat peranti lunak berlomba membangun aplikasi murah dan inovatif agar laku dijual. Mereka juga berebut mengambil lisensi pabrikan internasional. Dua ceruk yang kini jadi rebutan adalah lisensi Nokia yang telah ditinggalkan InTouch. Dan proyek fitur pelengkap iPad dan iPhone, gadget pintar produksi Apple. Produsen kreatif bisa untung berlipat.
Fery Firmansyah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo