Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berkah Buah Wormald

Pabrik alat-alat pemadam api Australia di Surabaya ini merata punya harapan bisa bersaing dengan merek-merek lain setelah adanya kenop 15. Hubungan baik dengan instansi ikut menentukan pasaran. (eb)

27 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKARANG ini memang musim penghujan. Tapi buat para pengusaha alatalat pemadam kebakaran itu tak jadi soal. Belakangan ini, terutama setelah timbulnya rentetan kebakaran besar yang melalap berbagai pasar di Indonesia, dagangan mereka mulai laris uga. Bagi Wormald International Indonesia, pabrik alat-alat pemadam api Australia di Surabaya, saat itulah yang memang ditunggu-tunggu. Bukan karena Pasar Turi dan Pasar Blauran, keduanya di Surabaya, tahun lalu habis dilanda api. Tapi, seperti kata direktur Wormald Bayu Santoso, ada perhatian yang lebih besar dari pemerintah. "Di Indonesia ini setelah terjadi kebakaran biasanya orang baru sadar," katanya. Di Surabaya, pihak pemda kini aktif mengadakan latihan pemadaman kebakaran, mulai dari RT-RW, pemilik kios sampai tempat hiburan dan kelab malam. Kegiatan pemda itu dengan sendirinya merupakan reklame baik buat Wormald. Timbul harapan penjualan yang tadinya rata-rata. cuma l.OO0 buah setahun ak?n naik. Pabrik alat-alat pemadam api standar satu-satunya di Indonesia itu mulai beroperasi sejak 1974. Tapi setelah mengeluarkan jutaan dollar, toh pabriknya yang berkapasitas 150.000/tahun itu berjalan seret. Meskipun, untuk mensuplai pasaran di Asia, Wormald Indonesia mendapat porsi ekspor 1.000 buah alat pemadam kebakaran, setiap bulan. Bisa dimengerti bila induknya di Australia measa kecewa. Mereka tadinya mengira, dengan membuka pabrik di sini, biaya produksi bisa ditekan dan harga jual pun bisa lebih bersaing. Tapi nyatanya, teori itu tak berlaku di Indonesia. Alat pemadam kebakaran impor seperti Hatsuta, Graviner, American Lafrance ternyata memaksa Wormald untuk membagi pasarnya di Indonesia. Tapi yang paling besar merebut pasaran adalah Yamato dari Jepang. Menurut Ade Nasution, pengusaha muda alat-alat itu di Jakarta, merek Yamato menguasai 60% dari pasaran. Harganya pun, seperti diakui Bayu Santoso, bisa Rp 2.500 lebih murah dari Wormald. Demikian serunya persaingan alatalat pemadam kebakaran itu, sehingga selain harga, soal hubungan baik itulah yang ikut menentukan pasaran. Kalau Wormald mungkin beken di Surabaya maka banyak lembaga pemerintah di Jakarta yang memakai American Lafrance, salah satu produk sejenis yang dipasarkan perusahaan di mana Ade duduk sebagai pimpinannya. Selain soal kebakaran yang membawa bekah itu, adalah Kenop-15 yang seakan memberi darah baru buat Wormald. Sampai sekarang 60% komponen produksinya masih tergantung dari impor. Tapi adanya Kenop-15 itu membuat Bayu Santoso merasa punya harapan bisa bersaing melawan Yamato yang 100% impor. Apakah buatan Australia-Surabaya itu akan mampu menyaingi Yamato, itu tergantung pula dari kepintaran dagang. Tapi pelan-pelan Wormald tampaknya mulai merayu kembali Pertamina. Sebelum mendirikan pabrik di Surabaya, Wormald rupanya berharap bisa memperoleh jatah di Pertamina yang memang butuh banyak alat-alat pemadam kebakaran yang berstandar internasional. Harapan itu ternyataan gagal. Menurut sebuah sumber Pertamina itu disebabkan mereka lebih menyukai merek Unsula (AS), yang dimasukkan lewat perusahaan Unsulindo, masih milik orang-orang Pertamina juga. Alkisah, setelah krisis Pertamina, hubungan dengan Unsula pun terputus. Maka masuklah Wormald -- yang di Australia menguasai 90% dari pasaran -- melamar sebagai gantinya. Lamaran memang belum diterima. Sekalipun saat ini adalah Wormald itulah yang dipercaya untuk mereparasi Unsula, yang waktu itu konon didatangkan dalam jumlah besar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus