Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bermula dari tepung terigu

Sudwikatmono mulai meniti karirnya dari tepung terigu PT Bogasari Flour Mills. bisnisnya semakin menanjak. ia tidak mendapat fasilitas khusus apapun meski ia adik presiden RI.

4 Februari 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KALAU ada pengusaha yang paling aktif di awal tahun 1989 ini, orang itu adalah Sudwikatmono. Dalam satu bulan terakhir, Dwi -- panggilan akrabnya -- tampak sangat sibuk meresmikan berbagai perusahaannya, baik yang baru maupun yang sekadar melebarkan sayap. Belum lama berselang, lelaki yang berkantor di Wisma Indocement -- kadang kala juga di Wisma Metropolitan -- muncul di layar TV, ketika meresmikan kompleks bioskopnya yang baru di Pamulang. Lantas, dua pekan silam, dia pulalah yang meringankan langkah lima menteri untuk meresmikan Bumi Serpong Damai, kota yang kabarnya akan sama besar dengan Bandung. Lima menit setelah peresmian itu, Dwi terbang mengejar Wapres Sudharmono ke Bengkulu. Kali ini untuk meresmikan Perusahaan Tambang Batubara milik PT Bukit Sunur. Tiga hari sepulang dari Bengkulu, di Kuningan Jakarta Selatan, Kantor cabang Bank Surya Indonesia yang baru -- dengan simbol huruf D bersayap -- telah menanti juga untuk diresmikan. Bank Surya memang belum populer di kalangan pengusaha Jakarta. Tapi di pusatnya, Surabaya, telah tersiar kabar, bank inilah yang akan menangani pengelolaan Bursa Efek Surabaya, yang akan dibuka April depan. Tapi sederetan kegiatan di atas baru sebagian saja dari semua aktivitas bisnis Dwi. Hanya dengan mengukur kegiatan itu saja. tampaknya sangat pantas jika Sudwikatmono dicatat sebagai satu dari 10 pengusaha terkemuka di Indonesia. Selain yang diuraikan di atas, ia juga dikenal sebagai direktur merangkap pemegang saham di pabrik tepung terigu PT Bogasari Flour Mills. Posisi yang menentukan juga dijabat Dwi di Indocement, PT Metropolitan Kencana (bisnis perumahan dan perkantoran), Supermarket Golden Truly, Importir film-film Mandarin, plus mengelola bioskop kelas menengah ke atas di berbagai kota. Agaknya, satu momen penting dalam karier bisnis Dwi ialah ketika ia mendapatkan relasi yang juga berinsting bisnis, yakni Liem Sioe Liong. Perusahaan pertama yang didirikannya bersama Om Liem adalah PT Hanurata-bergerak dalam perdagangan kopi, lada, karet, tengkawang, kopra, gula, dan beras. Entah kenapa, Dwi maupun Liem meninggalkan perusahaan yang baru dibentuknya itu. Dan mereka berempat -- bersama Djohar Sutanto dan Ibrahim Risyad menggarap usaha sejenis yang lebih besar, dengan nama PT Waringin Kencana. Kebetulan, Waringin ditantang oleh banyak pesaing. Dalam bisnis kopra, muncul PT Sinar Mas. Di sektor karet dan kopi, muncul pengusaha kuat dari Lampung, Ahmad Bakrie, yang mendirikan Bakrie and Brothers. Akhirnya, terpaksa Waringin dilego pada PT Gajah Tunggal. Tapi Dwi tetap pasang mata jeli. Melihat kebutuhan terigu dalam negeri masih dipenuhi oleh hasil impor, tahun 1969 ia mengajukan permohonan untuk mendirikan pabrik sendiri. "Karena berbagai pertimbangan strategis, permohonan kami langsung direstui oleh Presiden," ujar Dwi. Bogasarilah yang akhirnya menjadi tulang punggung Dwi, hingga bisa melesat sejauh sekarang. Dengan produksi total yang hampir mencapai 2 juta ton. Bogasari mengucurkan banyak laba. Kuncinya,"Setiap keuntungan yang diperoleh selalu kami reinvestasi yang dinikmati hanya bonusnya," ujarnya. Tapi bagaimana seorang Dwi bisa melihat prospek berbagai peluang bisnis? "Bukan saya, tapi istri saya yang lebih pintar dalam bisnis," katanya merendah. Apakah suksesnya tak ada sangkut paut dengan sang kakak, yang Presiden RI? Dengan sigap ia membantah, "Saya tidak mendapat fasilitas khusus apa pun. Semua pengusaha punya kesempatan yang sama."Budi Kusumah, Moebanoe Moera, Tri Budianto Sukarno

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum