Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat transaksi digital banking meningkat pesat sebesar 31,83 persen secara year on year (yoy). Uang elektronik pun tumbuh sebesar 17,90 persen yoy pada Mei 2023. Transaksi Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) seperti Kartu ATM/D dan Kartu Kredit juga tumbuh 8,31 persen yoy.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Adopsi QRIS semakin meluas, tecermin pada penambahan jumlah pengguna dan merchant QRIS," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Dewan Gubernur yang digelar secara virtual pada Kamis, 22 Juni 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tercatat jumlah pengguna QRIS melonjak menjadi 35,8 juta. Sedangkan total merchant QRIS kini mencapai 26,1 juta. Total volume transaksinya sebesar 744 juta. Menurut dia, pertumbuhan ini sejalan dengan pengembangan fitur QRIS di domestik dan antarnegara.
Akseptasi BI-Fast juga terus meningkat. BI mencatat nilai transaksi BI-Fast pada Mei 2023 mencapai Rp 462 triliun dengan volume transaksi sebesar 161,2 juta. Sementara itu, jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) pada Mei 2023 tumbuh 4,5 persen yoy, sehingga menjadi Rp972 triliun.
Di sisi lain BI menyatakan akan terus memastikan ketersediaan uang rupiah dengan kualitas yang terjaga di seluruh wilayah NKRI. Langkah yang disiapkan antara lain melanjutkan kerja sama kelembagaan dalam pengedaran uang rupiah ke daerah 3T (Terluar, Terdepan, Terpencil).
Sementara itu, Perry mengungkapkan ketahanan sistem keuangan, khususnya perbankan masih tetap terjaga. Permodalan perbankan kuat dengan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 25,54 persen pada April 2023.
Adapun risiko kredit perbankan dinilai terkendali, tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang rendah, yaitu 2,53 persen (bruto) dan 0,78 persen (neto) pada April 2023. Likuiditas perbankan pada Mei 2023 tetap terjaga, dipengaruhi oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 6,55 persen yoy.
Hasil stress test Bank Indonesia juga menunjukan ketahanan perbankan yang kuat. BI mengatakan akan terus memperkuat sinergi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam memitigasi berbagai risiko ekonomi domestik dan global yang dapat mengganggu ketahanan sistem keuangan.