Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bisnis Sepekan

19 September 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cemex Gagal Menguasai Semen Gresik

NIAT Cemex menguasai mayoritas saham Semen Gresik sementara terganjal. Perusahaan semen Meksiko yang memegang 25 persen saham Gresik itu tadinya ingin menambah sahamnya sampai 51 persen—sehingga menjadi mayoritas. Semula Menteri Negara Pendayagunaan BUMN, Tanri Abeng, sudah setuju. Itu sebabnya Cemex merancang pemindahan kantor pusat operasinya di Asia dari Singapura ke Jakarta. Perusahaan semen terbesar ketiga di dunia itu juga berniat melipatgandakan kapasitas Semen Gresik dari 1,8 juta ton menjadi 8 juta ton per tahun. Pendek kata, Cemex berniat betul menguasai bisnis semen Indonesia.

Tapi sikap Tanri berubah ketika ada tekanan kuat dari anggota DPR dan warga Sumatra Barat. Tanri dituntut agar mempertahankan saham pemerintah di Semen Gresik supaya tetap mayoritas, sehingga DPR dan warga Minang tak perlu khawatir Semen Padang, anak perusahaan Semen Gresik, bakal jatuh ke tangan Cemex. Tanri tadinya memang setuju menjual 34 persen saham pemerintah kepada Cemex. Tapi, gara-gara diprotes itulah niat Cemex akhirnya tak kesampaian. Atau ada penyebab lain?

  Dua Lapangan Minyak Baru Pertamina

Setelah lama tidak ”mencari minyak”, diam-diam Pertamina sedang mengembangkan dua lapangan minyak baru di Sumatra Selatan. Produksi dua lapangan minyak baru itu, Tepus dan Sopa, akan mencapai puncaknya, yaitu 30.000 barel per hari, tahun 2001. ”Lokasinya tak jauh dari fasilitas yang dimiliki Pertamina,” kata Kepala Direktorat Eksplorasi dan Produksi Pertamina, Priyambodo Mulyosudirjo, seperti dikutip Reuters. Sumur Sopa sekarang sudah dalam masa uji-coba dan tak lama lagi akan disusul Tepus.

Selama ini Pertamina hanya sibuk dalam pekerjaannya sebagai mandor minyak dan penyalur bahan bakar minyak. Akibatnya, produksi minyak mentahnya tak bertambah-tambah dari 30 ribu barel per hari. Jika ditambah dengan kontrak kerja sama (joint operation), produksi minyak mentah Pertamina paling hanya 60 ribu barel per hari, masih jauh dari produksi minyak mentah nasional yang mencapai 1,3 juta barel. Rupanya, lantaran dituduh ”enak sebagai mandor” itulah kini Pertamina kembali ke lapangan.

  Deflasi, tapi Tahun Belum Habis

Tak terbayangkan sebelumnya, Indonesia bisa menekan angka inflasi hingga di bawah satu persen sampai Agustus lalu. Bahkan, untuk tahun anggaran 1999/2000, yang terjadi bukan inflasi, melainkan deflasi minus 3,24 persen. Ini bisa terjadi karena selama enam bulan berturut-turut Indonesia mencatat deflasi. Melihat kondisi tahun lalu, sulit membayangkan inflasi Indonesia bisa ditekan sampai di bawah dua digit. Maklumlah, inflasi tahun lalu memang gila-gilaan, yaitu mencapai 77,63 persen.

Menurut Ketua Biro Pusat Statistik (BPS), Sugito Suwito, rendahnya inflasi tahun ini merupakan koreksi (leveling-off) terhadap tingginya inflasi pada 1998. Jika tidak ada kejadian yang luar biasa, inflasi tahun ini bisa ditekan di bawah lima persen. Tapi ada beberapa kejadian penting dalam empat bulan terakhir tahun ini, di antaranya Sidang Umum MPR. Kalau Indonesia bisa melewatinya dengan mulus, inflasi boleh jadi bisa di bawah tiga persen. Sebaliknya, kalau terjadi kerusuhan, angka itu bisa sampai lima persen, tetap masih lebih rendah daripada kondisi perekonomian normal.

Yang juga melegakan, di tengah rentetan deflasi itu, geliat perekonomian mulai terlihat. Paling tidak, ada tiga indikasi yang bisa dipakai untuk melihat itu, yakni naiknya kebutuhan listrik, penjualan mobil dan semen yang terus meningkat dari bulan ke bulan. Kebutuhan listrik sudah naik melewati posisi 1997, di atas 10.000 megawatt per hari. Penjualan mobil juga menunjukkan trend membaik. Bulan lalu, ada 11.473 unit mobil yang terjual, naik sedikit dibandingkan dengan Juli, sebesar 10.591 unit. Angka itu dua kali lipat dibandingkan dengan penjualan pada bulan yang sama tahun lalu.

Sudah mulai pulihnya perekonomian negara tetangga juga mendorong konsumsi semen. Ekspor semen Indonesia pada Juli 1999 mencapai 885 ribu ton, naik 287 persen dibandingkan dengan Juli tahun sebelumnya. Hanya, penjualan semen di dalam negeri sedikit turun, menjadi 1,62 juta ton, dibandingkan dengan 1,7 juta ton pada Juli 1998. Sehingga, secara keseluruhan penjualan semen Indonesia naik 24 persen menjadi 2,5 miliar ton.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
Ā© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum