Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bisnis Sepekan

15 Februari 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IMF dan Perimbangan Pusat-Daerah

Akhirnya, Freeport Indonesia setuju menaikkan royalti. Terhitung sejak awal tahun ini, Freeport akan membayar royalti 3-7 persen untuk tembaga (dua kali lipat semula) dan 3-9 persen untuk emas dan perak (tiga kali lipat semula). Dengan kenaikan ini, setoran royalti Freeport kepada pemerintah akan bertambah antara US$ 50 juta dan US$ 70 juta setahun.

Agaknya, kenaikan ini merupakan kemenangan Kuntoro Mangkusubroto. Sebelumnya, Menteri Pertambangan dan Energi ini mengancam tak memberikan izin peningkatan produksi Freeport dari 160.000 ton menjadi 300.000 per hari, sebelum perusahaan itu bersedia menaikkan royalti dan membereskan persoalan lingkungan. Kuntoro sempat dianggap mbalelo lantaran tak mematuhi disposisi Presiden Habibie membantu Freeport.

Kini, muluskah urusan Freeport? Tidak juga. Setelah menaikkan royalti, Freeport masih harus melakukan reboisasi atas lahan bekas tambang. Perusahaan yang bermarkas di New Orleans itu sudah bersedia melakukannya pada tahun 2001, tapi Kuntoro meminta agar dipercepat tahun ini.

Heinz Masuk ABC

Perusahaan kecap Amerika Serikat, HJ Heinz, mengambil alih mayoritas saham produsen makanan Indonesia, ABC Central Food Industry. Kedua perusahaan tak menyebut berapa nilai transaksi. Namun seorang sumber mengatakan, untuk membeli 65 persen saham ABC, Heinz membayarnya US$ 150 juta. "Situasi Indonesia memang sulit. Tapi kami melihat prospek dalam jangka panjang," kata Eksekutif Heinz, Lowell Gruman, kepada The Asian Wall Street Journal.

Transaksi ini menjadi penting karena ABC merupakan perusahaan keluarga yang masih bertahan sampai sekarang. Sebagai produsen kecap, saus, sambal, dan minuman yang punya pangsa pasar kuat, ABC sering "dirayu" untuk dicaplok perusahaan raksasa lain, terutama mereka yang punya koneksi politik kuat.

Mengapa ABC akhirnya "menyerah"? Presdir ABC, Kogan Mandala, membantah akuisisi Heinz dilakukan karena ABC kesulitan duit. Penjualan saham ini, kata seorang sumber, benar-benar karena ABC ingin berkembang lebih pesat.

Garuda Puasa di Musim Haji

Masa paceklik Garuda Indonesia terus berlanjut. Bahkan di musim haji, ketika biasanya Garuda panen, kini harus dilalui dengan "puasa". Perusahaan penerbangan nasional itu tak lagi menikmati guyuran keuntungan seperti biasanya.

Sedikitnya ada tiga sebab mengapa Garuda harus melalui musim haji tahun ini dengan gigit jari. Pertama, harga tiket penerbangan haji disunat, dari biasanya US$ 1.700 kini cuma US$ 1.200. Kedua, jumlah penumpang haji yang akan diangkut pun merosot. Jika tahun-tahun sebelumnya penumpang haji selalu melebihi kuota (200 ribu), kini cuma 60 ribu.

Sudah begitu, ini yang ketiga, jumlah yang sedikit itu harus pula dibagi dengan maskapai lain. Untuk pertama kalinya dalam sejarah penerbangan haji, Saudia Airlines akan ikut mengangkut jemaah haji Indonesia. Rencananya, perusahaan penerbangan Arab Saudi itu akan membawa hampir sepertiga dari jumlah penumpang haji Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus