Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Target Ekonomi 2005 Tak Tercapai
HARAPAN pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tak tercapai. Perekonomian Indonesia tahun lalu hanya tumbuh 5,6 persen. Lebih kecil dari target pertumbuhan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2005 Perubahan sebesar 6 persen.
Meski begitu, Kepala Badan Pusat Statistik, Choiril Maksum, menyatakan pertumbuhan terjadi di hampir semua sektor ekonomi. Sektor pengangkutan dan komunikasi menyumbang pertumbuhan tertinggi, yakni 12,97 persen. Diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 8,57 persen, serta sektor bangunan 7,34 persen.
Tahun ini pemerintah menargetkan pertumbuhan 6,2 persen dalam APBN 2006. Kepala analis ekonomi dan pasar Citigroup untuk AsiaPasifik, Yiping Huang, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Tahun Anjing Api ini bakal lebih cepat ketimbang negaranegara tetangga. Huang juga memperkirakan, tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI rate) akan menyentuh 13 persen pada pertengahan tahun ini. ”Di penghujung tahun, bunga baru akan turun menjadi 11 persen,” katanya.
Fitch Turunkan Peringkat Indonesia
BERBEDA dengan Standard & Poors, Fitch justru menurunkan peringkat prospek (outlook) utang Indonesia dari positif menjadi stabil. Lembaga pemeringkat internasional itu menyatakan, penurunan peringkat disebabkan oleh peningkatan defisit anggaran negara dan rendahnya aliran modal asing ke Indonesia. Ini berdampak pada ketidakseimbangan neraca keuangan Indonesia tahun ini.
Fitch menyarankan Indonesia mendorong masuknya modal asing dengan cara mereformasi struktur kebijakan yang mendukung iklim investasi dan peningkatan ekspor. ”Langkah ini harus segera dilakukan pada 20062008,” kata Direktur Asosiasi Fitch, Ai Ling Ngiam, pekan lalu.
Keputusan Fitch ini disesalkan kalangan ekonom dan pejabat Indonesia. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati termasuk yang kecewa. Menurut ekonom Citigroup, Anton Gunawan, tindakan Fitch aneh dan telah menghilangkan kepercayaan masyarakat. Apalagi, lembaga pemeringkat sejenis justru menaikkan peringkat utang Indonesia. ”Tindakan Fitch ini tidak masuk akal,” ujarnya
Harga Pupuk Bakal Naik
PEMERINTAH berencana menaikkan harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi, setelah dua tahun bertahan dalam harga tetap. Saat ini harga eceran tertinggi masih Rp 1.050 per kilogram. ”Kenaikan harga pupuk itu mungkin terjadi pada musim tanam kedua tahun ini,” kata Menteri Pertanian, Anton Apriyantono, kepada Tempo di Jakarta pekan lalu.
Sebagai bahan pertimbangan, Anton telah meminta Kementerian Negara BUMN mengaudit laporan biaya produksi pupuk dari produsen. Menurut Direktur Pemasaran PT Pupuk Sriwidjaja, Boo Kuntohadi, idealnya HET pupuk naik 10 persen.
Dia mengingatkan kenaikan HET tak mungkin dihindari karena ada berbagai macam kenaikan harga, terutama harga bahan bakar minyak, dan meledaknya pabrik pupuk petrokimia Gresik. Menurut perhitungan Direktur Institute for Development of Economic and Finance, Fadhil Hasan, HET pupuk subsidi yang layak saat ini adalah Rp 1.300 per kilogram.
Mantan Pejabat GlobalCom Diperiksa
PROSES pemeriksaan terhadap dugaan tindak pidana korupsi dalam proyek telepon Internet, atau yang dikenal sebagai voice over Internet protocol (VoIP), di PT Telkom Tbk terus berjalan.
Polisi telah menahan empat pejabat Telkom. Mereka adalah Komarudin Sastra (mantan Direktur Operasional dan Pemasaran Telkom), Dodi Sudjani (mantan kepala divisi jaringan), Endi Prijanto (mantan kepala proyek VoIP), dan John Welly (direktur sumber daya manusia).
Status tersangka juga dikenakan pada tiga mantan pejabat GlobalCom. Mereka adalah David Lazarus Simbar (mantan Komisaris Utama PT Infoasia Sukses Mandiri, perusahaan induk GlobalCom), Noviana Halim (mantan Wakil Dirut PT Infoasia), dan Agus Pranoto Legono (mantan Direktur Teknis GlobalCom).
Namun, pimpinan perusahaan ini menolak menyerahkan tiga mantan pejabatnya menjadi tersangka. ”Kami akan kooperatif kalau polisi juga kooperatif dengan tidak menahan mereka,” kata kuasa hukum GlobalCom, Henry Yosodiningrat, di Jakarta, pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo