Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Bitcoin pada hari ini turun dari level US$ 38.124,91 atau sekitar Rp 548,3 jutaan pada hari kemarin ke US$ 37.236,89 atau Rp 535,5 jutaan. Hal yang sama terjadi pada Ethereum yang jeblok dari US$ 2.563,85 atau Rp 36,9 jutaan menjadi US$ 2.545.3 atau Rp 36,6 jutaan pada Senin petang WIB, 31 Januari 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Perhitungan tersebut berdasarkan pantauan selama 24 jam terakhir di situs coinmarketcap.com. Sedangkan kurs rupiah mengacu pada hari ini di harga Rp 14.353,65 per dolar Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan pelemahan dua aset kripto tersebut pada hari ini terjadi walau sebelumnya sempat rebound dan bertahan di zona hijau. Penurunan Bitcoin dan aset kripto lain seiring mendekatnya perayaan Imlek.
“Koreksi Bitcoin dan kripto lainnya pada hari ini karena investor cenderung cash out jelang libur perayaan Tahun Baru Cina atau Imlek,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulisya pada Senin, 31 Januari 2022.
Berdasarkan coinmarketcap.com, koin Tether sempat menguat tipis pada hari ini pukul 09.35 WIB. Sedangkan sisanya justru berbalik melemah.
Menurutnya, para investor aset digital ini juga memanfaatkan momen dengan membeli harga terendah buy on dip). Karena melihat beberapa waktu ke belakang koreksi aset kripto terus berlangsung.
Ibrahim mengatakan, sentimen rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed masih mempengaruhi. Selain itu juga investor khawatir dengan potensi pengetatan kebijakan moneter dari bank sentral Amerika Serikat tersebut.
Tetapi Ibrahim juga memantau, para analis lain memperkirakan koreksi harga akan berakhir. “Neberapa analis mengatakan bahwa koreksi di pasar kripto diprediksi cenderung akan berakhir, setidaknya pada awal Maret 2022 setelah The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps."
Saat ini investor cenderung berupaya mengurangi risiko atas penurunan harga. Ibrahim juga melihat kekhawatiran atas inflasi global yang meninggi.
Ia menilai inflasi masih panas membuat beberapa bank sentral di dunia, terutama negara maju, mau tidak mau menaikkan suku bunga acuan agar inflasi meredam. Dampak regulasi cryptocurrency dilihat juga oleh investor, karena regulator di beberapa negara bereaksi terhadap industri kripto.
Sisi teknikalnya, para pembeli (trader) Bitcoin sudah mempertahankan titik support di level terendah pada 24 Januari lalu di level US$ 32.900. Lalu Ibrahim melihat trader bertahan di atas US$ 35.000 selama beberapa hari terakhir.
“Momentum jangka pendek membaik pada grafik intraday, yang dapat membuat pembeli tetap aktif,” kata Ibrahim.
Tetapi ia melihat indikator jangka Panjang masih cenderung netral (bearish) yang bisa membatasi kenaikan di zona resistance US$ 40.000 – 43.000.
Saat ini Relative Strength Index (RSI) pada grafik mingguan mendekati level over sold, serupa dengan yang terjadi pada Maret 2020. Tetapi kali ini grafik bulanan memperlihatkan tekanan jual yang kuat dan dapat mempertahankan tren jangka menengah di Bitcoin.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.