Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

BMKG Sebut Ada Awan Cumulonimbus Sebelum dan Setelah Sriwijaya Air Lepas Landas

BMKG menyatakan terdapat awan kumulonimbus di langit Jakarta sebelum dan saat pesawat Sriwijaya Air SJ 182 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta.

3 Februari 2021 | 16.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas memeriksa serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ182 di Posko Sar Bersama Sriwijaya Air di Terminal JICT 2, Jakarta, Kamis, 21 Januari 2021. Operasi pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021 resmi dihentikan setelah sebelumnya diperpanjang sebanyak dua kali. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta – Ketua Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)  Dwikorita Karnawati mengatakan terdapat awan CB alias cumulonimbus di langit Jakarta sebelum dan saat pesawat Sriwijaya Air SJ 182 lepas landas atau take off dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju Pontianak. Awan CB merupakan awan tebal yang menjulang vertikal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Namun awan mulai meluruh seiring dengan berkurangnya intensitas hujan dan meningkatnya jarak pandang,” ujar Dwikorita dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR, Rabu, 3 Februari 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan analisis Citra Satelit Himawari, suhu puncak awan berkisar -43 derajat Celcius hingga -48 derajat Celcius. Selain di Jakarta, awan Cumulonimbus juga terlihat berada di jalur penerbangan yang membentang di sekitar Jawa bagian barat yang bergerak ke arah tenggara.

Meski demikian, Dwikorita memastikan area yang dilintasi pesawat berlogo Ri-Yu itu bukan wilayah awan signifikan. Pesawat juga tidak berada di area hujan serta bukan merupakan area turbulansi.

Temuan ini diukur dari sumber pelacakan posisi pesawat melalui FlightRadar24, yang menampilkan maskapai berada dalam posisi ukuran desibel atau dbz yang rendah. Ia pun memastikan pada ketinggian 11 ribu kaki atau posisi pesawat Sriwijaya berada tidak terdapat potensi icing.

“Potensi icing tidak ada pada ketinggian permukaan sampai 11 ribu feet. Potensi icing berada di 16 ribu sampai 27 ribu feet,” ucapnya.

Sriwijaya Air SJ-182 yang membawa 50 penumpang dan 12 awak pesawat jatuh di Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021. Dalam operasi SAR, tim gabungan menemukan 325 kantong potongan tubuh korban, 68 kantong serpihan kecil pesawat, dan 55 bagian badan pesawat.

Tim SAR telah menghentikan evakuasi terhadap korban dan bangkai pesawat Sriwijaya Air setelah 13 hari pencarian. Operasi dilanjutkan oleh KNKT untuk mencari memori kotak hitam berupa CVR untuk keperluan investigasi. KNKT akan menyelesaikan laporan awal investigasinya dalam 30 hari setelah kecelakaan terjadi.

 

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, Francisca mulai bergabung di Tempo pada 2015. Kini ia meliput untuk kanal ekonomi dan bisnis di Tempo.co.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus