Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memprediksi suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau Fed Fund Rate akan turun menjadi 3,5 persen pada 2025 mendatang. Sebelum itu, kata Perry, di akhir tahun 2024 ia memprediksi FFR akan turun menjadi 4,5 persen dari posisi saat ini, yakni 4,75-5,0 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sejumlah bank sentral juga sudah menurunkan suku bunga,” kata Perry dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR pada Rabu, 6 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perry menilai, kebijakan penurunan suku bunga salah satunya dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik dunia yang intens setahun terakhir. Termasuk, salah satunya konflik-konflik yang terjadi di Timur Tengah.
Menilik ke belakang, Bos BI itu mengatakan pergerakan penurunan suku bunga bank-bank sentral sejumlah negara maju belum terlihat pada awal 2024 lalu. Namun, pada triwulan III, sejak The Fed menurunkan suku bunga, sejumlah bank sentral kemudian merespons dengan langkah serupa.
Seperti diketahui, BI memutuskan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6 persen pada 18 September 2024 lalu. Keputusan saat itu, kata Perry, konsisten dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi pada 2024 dan 2025 yang terkendali sesuai penetapan pemerintah, penguatan dan stabilitas nilai tukar rupiah, dan perlunya upaya memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional.
Selanjutnya, suku bunga acuan dipertahankan di level 6 persen pada Rapat Dewan Gubernur 17 Oktober 2024. Saat itu, Perry mengatakan langkah mempertahankan suku bunga acuan BI dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Perry menegaskan, fokus kebijakan moneter jangka dekat adalah menjaga stabilitas rupiah di tengah ketidakpastian global.
Ke depan, menurut Perry, BI akan terus memantau ruang penurunan suku bunga acuan. Namun, dengan tetap memperhatikan prospek inflasi nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi.
"Kebijakan makro ekonomi dan sistem pembayaran juga terus diarahkan untuk mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," kata Perry.