Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perusahaan Badan Usaha Logistik (Perum Bulog) Novi Helmy Prasetya mengungkap saat ini jumlah serapan beras masih jauh dari target yang ditugaskan. “Sampai dengan saat ini kurang lebih 190.000 ton (beras yang diserap),” kata Novi dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Senin, 3 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan Bulog mendapat penugasan untuk menyerap hingga 3 juta ton setara beras sepanjang 2025. Dari capaian itu berarti Bulog baru menyerap sebanyak 6,3 persen dari target pemerintah. Rendahnya realisasi penyerapan setara beras oleh Bulog juga terlihat bila dibandingkan dengan proyeksi produksi beras secara nasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Novi, dari proyeksi produksi beras nasional sebanyak 30 juta ton, Bulog hanya mampu mengelola 10 persen atau 3 juta ton. “Bulog dalam penugasan hanya bisa menyerap 10 persen dari produksi dalam negeri, tapi kami pastikan harganya Rp 6.500,” ujar Novi.
Dalam pemaparan dan sesi tanya jawab dengan anggota Komisi VI DPR RI, Mayor Jenderal TNI aktif itu tak menyebutkan alasan mengapa serapan beras oleh Burog rendah. Namun, Novi mengungkap bahwa Bulog masih kekurangan gudang untuk menyerap setara beras hingga 3 juta ton.
Saat ini gudang Bulog telah digunakan menyimpan 1,9 juta ton beras yang terdiri dari cadangan beras pemerintah dan beras komersil. Novi menuturkan kapasitas gudang Bulog adalah sebesar 3,6 juta ton. “Stok (beras) sekarang yang ada 1,9 juta ton jadi space (tersedia) 1,7 juta ton. Kurang 1,3 juta ton,” ujarnya.
Terhadap kekurangan itu Novi menyebut Bulog telah menjalin kerja sama dengan berbagai mitra baik dari unsur swasta maupun pemerintah. “Untuk memenuhi kekurangAn space gudang Bulog kerja sama dengan mitra swasta, BUMN Pangan dan ada gudang-gudang TNI ada di sana yang kita kerjasamakan.”
Tak hanya menggandeng mitra untuk menyelesaikan masalah penyimpanan beras, Novi juga meminta bantuan kepada Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) untuk menggunakan dryer guna mengeringkan gabah petani.
Langkah itu dipilih Novi sebagai strategi untuk mencapai target penyerapan setara 3 juta ton beras. ”Bulog mempunyai sentra penggilingan padi di 10 lokasi produksi beras namun dryer yang dimiliki Bulog tidaklah cukup,” ucapnya menjelaskan alasan.
Sebelumnya Kepala Divisi Hubungan Kelembagaan Perum Bulog Epi Sulandari melaporkan, perusahaannya telah menyerap sebanyak 91.964 ton setara beras hingga 16 Februari 2025. Capaian ini sama dengan 3,07 persen dari target sebesar 2 hingga 3 juta ton setara beras pada tahun ini.
"Kalau dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, memang Januari-Februari sudah meningkat beberapa kali lipat," ujar Epi dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri) yang ditayangkan secara daring, Senin, 17 Februari 2025.
Han Revanda berkontribusi pada penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Risiko Menempatkan Tentara Aktif di BUMN