Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu marketplace populer, Bukalapak, mengumumkan penutupan penjualan produk fisik karena fokus pada produk virtual seperti pulsa prabayar, token listrik, paket data, BPJS sampai PPN.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada Produk Virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan Produk Fisik di Marketplace Bukalapak," demikian pengumuman di blog resmi Bukalapak, Selasa, 7 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bukalapak menyatakan, perubahan ini akan berdampak pada usaha Pelapak. "Kami berkomitmen untuk membuat proses transisi ini berjalan sebaik mungkin," katanya.
Layanan penjualan produk fisik baru ditutup pada 9 Februari 2025 pukul 23:59 WIB, namun pelapak tidak bisa mengunggah produk baru per 1 Februari 2025.
Semua pesanan yang belum diproses hingga 2 Maret 2025 pukul 23:59 WIB akan dibatalkan secara otomatis oleh sistem. Dana dari pesanan yang dibatalkan akan dikembalikan kepada pembeli melalui BukaDompet.
Bukalapak didirikan pada 2010 oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Muhamad Fajrin Rasyid sebagai lokapasar untuk memfasilitasi para pelaku UMKM.
Bukalapak memimpin penetrasi digital di kalangan warung di Indonesia dengan persentase mencapai 56% berdasarkan hasil studi Nielsen pada tahun 2022. Hingga Mei 2023, Bukalapak melayani sedikitnya 130 juta pengguna dan 16,8 Juta mitra UMKM, serta memproses rata-rata lebih dari dua juta transaksi harian.
Pada Januari 2020, Rachmat Kaimuddin tampil sebagai CEO baru Bukalapak, menggantikan Achmad Zaky yang mengundurkan diri. Nugroho Herucahyono dan Fajrin Rasyid menyusul mengundurkan diri. Kepergian para pendiri Bukalapak diiringi dengan perubahan strategi perusahaan.
Pada 27 Juli 2021, Bukalapak resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). IPO Bukalapak sebesar US$1,5 miliar adalah yang terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia, sekaligus pencatatan perdana saham pertama oleh unicorn teknologi di bursa efek di Asia Tenggara.
Namun, empat bulan berselang, Rachmat Kaimuddin mengundurkan diri demi mengejar kariernya di pemerintahan. COO Bukalapak, Willix Halim mengambil alih sebagai CEO.
Sepanjang 2022, Bukalapak membukukan laba bersi Rp1,9 triliun, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar Rp1,6 triliun. Jumlah pelapak 16 juta, naik dari 11 juta di tahun sebelumnya.
Namun pada akhir 2024, Bukalapak mengumumkan rencana PHK karyawan di 2025. Hal itu dilakukan seiring kerugian selama beberapa tahun terakhir serta rencana penutupan sejumlah lini bisnis perusahaan.
Rencana PHK tersebut diharapkan bisa selesai pada dua kuartal mendatang atau pada 2025. Namun, AVP Media and Communications Bukalapak, Fairuza Ahmad Iqbal mengatakan hingga saat ini belum ada ketetapan jumlah karyawan yang akan mengalami PHK. Berdasarkan laporan keuangannya, per 30 September 2024 Bukalapak memiliki 1.219 karyawan.
Sebelumnya, CEO Bukalapak Willix Halim, mengatakan perusahannya akan mengubah pendekatan operasional dan segmen bisnis yang terfokus usai mengalami kerugian beruntun. Bukalapak akan berfokus pada bisnis inti yang meliputi Mitra Bukalapak, Gaming, Investment, dan sejumlah layanan di Retail.
Bukalapak telah mengumumkan hasil keuangan tidak diaudit untuk kuartal pertama yang berakhir pada 30 September 2024. Pada kuartal III-2024, berdasarkan perhitungan dengan earning before interest, taxes, depreciation, and amortization (EBITDA) Bukalapak masih mencatatkan kinerja keuangan perseroan minus Rp168 miliar.
“EBITDA yang disesuaikan pada Kuartal III-2024 masih negatif di angka minus Rp168 miliar yang mana tidak sejalan dengan target profitabilitas di tahun 2024,” kata dalam keterangan tertulisnya pada Rabu, 30 Oktober 2024.
Hammam Izzuddin berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Pilihan editor AHY Kumpulkan Para Menteri Teknis, Rapat Koordinasi dan Evaluasi Menjelang 100 Hari Kerja Pemerintahan Prabowo