Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta- Industri perbankan mulai beradaptasi dengan skenario normal baru atau new normal sesuai dengan arahan pemerintah dengan mengutamakan ketentuan protokol kesehatan. Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Pahala Nugraha Mansury berujar implementasi new normal diawali dengan pembukaan kembali seluruh outlet cabang perseroan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Kami tetap akan menyesuaikan dengan kebijakan dari pemerintah pusat dan daerah terkait dengan operasional jaringan kantor kami,” ujar Pahala, seperti dikutip Koran Tempo edisi Senin 8 Juni 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pahala menjelaskan untuk melayani nasabah, BTN akan memasang akritlik pada unit-unit yang berhubungan langsung dengan nasabah bank, seperti teller service, customer service, dan cosumer loan service. Penanda jarak pun dipasang pada wilayah antrean, kursi nasabah, ruang ATM, dan berbagai area lain yang sering diakses, guna memastikan pemenuhan aturan jaga jarak (physical distancing). Adapun waktu operasional kantor turut disesuaikan yaitu Senin hingga Jumat, dengan jam layanan pukul 09.00 – 15.00 waktu setempat.
Antisipasi serupa juga dilakukan oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Direktur Utama Bank Mandiri, Royke Tumilaar mengatakan protokol yang diterapkan di jaringan kantor cabang antara lain meliputi kewajiban penggunaan masker, pelaksanaan pengecekan suhu tubuh, penempatan hand sanitizer, hingga penggunaan sarung tangan untuk pegawai front office.
“Operasional cabang akan beroperasi, meski demikian nasabah disarankan untuk melakukan transaksi keuangan melalui electronic channel Bank Mandiri seperti Mandiri Online,” kata Royke.
Royke berujar pembaharuan pun telah dilakukan pada aplikasi Mandiri Online, seperti melengkapinya dengan fitur biometric login yaitu fingerprint scan dan face recognition guna menjamin keamanan transaksi. “Di versi terbaru juga dapat menampilkan seluruh informasi simpanan atau pinjaman pengguna secara terperinci,” ujarnya. Royke memastikan invoasi fitur serta produk akan terus dilakukan untuk memudahkan nasabah dalam mengakses layanan perbankan.
Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk, Daniel Budirahayu mengiyakan perihal urgensi pengembangan layanan perbankan digital di masa normal baru. “Kami mencatat lonjakan penggunaan e-channel selama periode wabah, harapannya transaksi berbasis digital ini semakin bertumbuh sehingga berdampak pada pos pendapatan berbasis komisi (fee based income) bank ke depan” katanya.
Saat ini, Tak hanya nasabah individu yang dimanjakan dengan layanan digital, Bank Ina pun tengah menyiapkan platform e-banking untuk nasabah segmen bisnis atau korporasi. “Fokus kami selain jumlah transaksi juga jumlah nasabah, jadi kami harus mempersiapkan perangkat dan platformnya, teknologi informasi harus diperkuat,” ujar Daniel.
Direktur Jaringan dan Layanan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, A. Solichin Lutfiyanto mengatakan preferensi transaksi masyarakat sejatinya telah mulai bergeser ke digital sejak sebelum pandemi. “Hal itu tercermin dari jumlah kantor BRI dari tahun ke tahun yang terus menyusut, sehingga kami berancang-ancang untuk mengevaluasi jumlah dan peran kantor yang ada saat ini,” katanya.
Jumlah kantor BRI pada akhir kuartal 1 2020 sebanyak 9.582 kantor, atau berkurang 1.030 kantor dalam lima tahun terakhir. Strategi yang digenjot perseroan pun akan lebih banyak berbasis integrasi layanan digital, salah satunya melalui aplikasi BRImo untuk pembukaan rekening simpanan, aplikasi SABRINA untuk layanan contact center, dan aplikasi CERIA untuk pengajuan pinjaman digital.
Foto 
