Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Center of Economic and Law Studies (Celios) merilis laporan China-Indonesia Provincial Index. Laporan ini menunjukkan mengenai seberapa besar pengaruh China di setiap provinsi di Indonesia pada berbagai bidang. Pada bidang ekonomi, pengaruh China terbesar berada di Provinsi Jawa Tengah (Jateng).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Skor pengaruh ekonomi China di Jawa Tengah sebesar 100 persen. "Kesimpulannya Jawa Tengah muncul sebagai pusat aktivitas ekonomi China di Indonesia disebabkan oleh besarnya perdagangan dan investasi," kata Peneliti Celios Lay Monica Ratna Dewi dalam pemaparannya di Fairmont Hotel, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 22 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Monica mengatakan Provinsi Jateng berkolaborasi dengan China di sektor ekonomi secara ekstensif. Hal ini dibuktikan di antaranya dengan banyaknya investasi China di Kawasan Industri Batang (Batang Industrial Park) dan Kawasan Industri Kendal (Kendal Industrial Park)
Faktor pendukung lain yang menyebabkan banyaknya Investasi China di Jawa Tengah adalah besaran upah bagi pekerja-pekerjanya yang tergolong masih cukup terjangkau (affordable). "Ini (upah yang cukup terjangkau) mungkin salah satu yang menarik investasi China di sana (Jateng)," ucap Monica.
Selain itu, faktor politik juga mempengaruhi investasi di Jawa Tengah. Monica menyebutkan—pada masa kepemimpinan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah—adanya kedekatan partai politik pendukungnya dengan China. "Jadi dinamika politik juga mempengaruhi cara mereka untuk memutuskan di mana mereka akan berinvestasi," ujarnya.
Selanjutnya: Selanjutnya, pengaruh ekonomi China di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra)....
Selanjutnya, pengaruh ekonomi China di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Sulawesi Tengah (Sulteng) , Papua Barat, dan Kalimantan Utara (Kaltara) menyusul dengan skor 83,33 persen. Hal ini didorong oleh besarnya investasi China pada pertambangan nikel di Sulteng dan Sulbar, bahan bakar minyak (BBM) dan gas di Papua Barat, dan pembangunan infrastruktur, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA) Kayan untuk mendukung Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kaltara.
Adapun rata-rata nasional dari 38 provinsi skor pengaruh ekonomi China di Indonesia adalah sebesar 47,37 persen. Berdasarkan pola dalam laporan tersebut, Monica meneruskan, China berinvestasi di daerah-daerah yang memiliki sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) dengan upah yang terjangkau.
Penghitungan skor ini secara metodologis, lanjut Monica, didasarkan pada tiga indikator evaluasi.Proses pengumpulan data dilakukan pada April-Juli 2024. Adapun dataset yang terkumpul pada rentang tahun 2000-2024.
Indikator evaluasi pertama adalah mengevaluasi apakah China merupakan mitra dagang utama di setiap provinsi. Kedua, mengevaluasi apakah entitas bisnis besar di provinsi-provinsi tersebut merupakan anggota kamar dagang China atau terafiliasi dengan aliansi China seperti Silk Road Chamber of International Commerce dan Belt and Road Industrial and Commercial Alliance.
Terakhir, mempertimbangkan apakah pemerintah daerah di provinsi-provinsi tersebut telah memberikan kelonggaran regulasi atau mendirikan zona ekonomi khusus untuk menarik investasi dari China.
Selain pengaruh di bidang ekonomi, laporan tersebut juga menunjukkan pengaruh China di tujuh bidang lainnya, yaitu akademik, media, kebijakan luar negeri, politik lokal, kemasyarakatan, penegakan hukum, dan teknologi.