Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

CEO Whitesky Aviation, Denon Prawiraatmadja: Bisnis Helikopter Bergeser ke Pasar Retail

PT Angkasa Pura II (Persero) dan PT Whitesky Aviation memperluas cakupan layanan pengantaran penumpang dengan menggunakan helikopter yang dikenal sebagai Helicopter City Transportation atau Helicity.

8 Maret 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
CEO Whitesky Aviation, Denon Prawiraatmadja. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Bisnis helikopter terkena dampak penurunan bisnis minyak dan gas.

  • Whitesky membidik 1.600 penumpang per bulan.

  • Tarif penerbangan yang ditawarkan Rp 8-20 juta untuk sekali perjalanan.

PT Angkasa Pura II (Persero) dan PT Whitesky Aviation memperluas cakupan layanan pengantaran penumpang dengan menggunakan helikopter yang dikenal sebagai Helicopter City Transportation atau Helicity. Selain di DKI Jakarta, layanan yang dimulai pada akhir 2017 itu kini dikembangkan untuk menerbangi wilayah Banten dan Jawa Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kami bisa mengantar penumpang dalam waktu 15-45 menit. Sangat efisien dari sisi waktu, tenaga, dan psikologis bagi penumpang,” kata Chief Executive Officer Whitesky, Denon Prawiraatmadja, kepada wartawan Koran Tempo, Fransisco Rosarians; dan fotografer Muhammad Hidayat, di Heliport Captain Toos Sanitioso, Cengkareng, pada Jumat lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengapa Whitesky Aviation terjun ke bisnis penyewaan helikopter untuk pasar retail?

Ada pergeseran pasar di bisnis penyewaan helikopter. Secara alami, helikopter selalu berkaitan dengan industri minyak dan gas. Perusahaan-perusahaan menggunakan sistem kontrak dalam menyewa helikopter untuk transportasi dan evakuasi medis. Namun kebutuhan tersebut menurun seiring dengan melemahnya industri minyak dan gas bumi.

Whitesky pun turut merasakan dampak pada beberapa kontrak kerja dengan sejumlah perusahaan tambang di Balikpapan. Hal ini juga yang membuat Whitesky kemudian mengembangkan penyewaan retail. Bukan tiba-tiba, karena sejumlah perusahaan helikopter besar di Kanada, Brasil, dan Australia pun bertahan karena industri retailnya sangat pesat.

Sebagian besar negara maju sudah mengembangkan penggunaan helikopter untuk berbagai keperluan, seperti transportasi, evakuasi, penanganan bencana, penyelamatan, dan medis. Amerika Serikat mempunyai 12 ribu unit helikopter, Brasil 2.800 unit, serta Prancis dan Australia sekitar 2.000 unit. Bahkan, di Brasil  sebanyak 800 unit helikopter digunakan untuk keperluan transportasi antardua kota besarnya, yaitu Sao Paulo dan Rio de Janeiro. Indonesia sebagai negara kepulauan justru belum menggunakan helikopter secara maksimal.

Berapa besar potensinya?

Kami memulai bisnis ini dengan menyewa lahan Angkasa Pura II sebagai heliport pada 2017. Ketika itu, Bandar Udara Soekarno-Hatta memiliki catatan penumpang hingga 60 juta orang per tahun. Pembangunan Terminal 4 akan menaikkan jumlah penumpang hingga 100 juta orang per tahun. Berdasarkan data kami, sebanyak 20 persen di antaranya atau 120-200 ribu orang merupakan penumpang kelas bisnis. Target kami adalah 10 persen dari penumpang kelas bisnis, yaitu 12-20 ribu orang per tahun atau sekitar 1.600 orang per bulan.  

Bagaimana realisasinya? 

Sebelum masa pandemi, sekitar 2019, kami bisa mengantarkan 4-10 penumpang per bulan. Sebenarnya, saya bisa saja menetapkan target kerja perusahaan beberapa kali lipat dari itu. Tapi, semua rencana buyar akibat pandemi Covid-19. Pemesanan penumpang berhenti. Saya yakin ini hanya sementara. Begitu pandemi selesai, semua akan kembali berkembang.

Pilot mengoperasikan Helicity di Heliport Cengkareng, Tanggerang, 5 Maret 2021. TEMPO/Muhammad Hidayat

Helicity menawarkan tarif Rp 8-20 juta per perjalanan. Apakah tidak terlalu mahal? 

Kalau bicara nominal, tentu akan dianggap sebagai transportasi mewah atau mahal. Tapi, penumpang itu banyak jenisnya. Pada beberapa tahun terakhir, banyak investor asing atau pengusaha yang mengeluhkan kondisi jalan raya ketika harus rapat atau menghadiri acara di Jakarta. Kami hadir sebagai pilihan. Kami bisa mengantar ke 72 titik di Jakarta, Banten, Bogor, Bekasi, Cirebon, dan Bandung. Hanya perlu waktu 15-45 menit. Jadi, orang bisa datang melalui Bandara Soekarno-Hatta, kami antar ke Grand Hyatt (lokasi helipad Helicity), lalu kembali ke bandara. Semua efisien.

Pada November-Desember lalu kami mendapat empat pemesanan untuk kebutuhan medis, mengantar pasien, tapi bukan pasien Covid-19. Kami menawarkan jasa dengan tarif Rp 80-100 juta. Hal pertama yang mereka tanyakan ke kami bukan soal biayanya, melainkan berapa menit Helicity bisa mengantar ke Jakarta.

Apa saja rencana bisnis Whitesky yang terhenti akibat pandemi?

Perlu digarisbawahi bahwa ini bukan batal atau berhenti. Hanya tertunda karena seluruh prosesnya masih berjalan. Salah satunya adalah penyewaan hanggar heliport kepada perusahaan produsen helikopter. Ada beberapa negara yang sempat tertarik membangun bengkel dan kantor di sini (tapi batal). Cukup dimaklumi karena mereka juga kesulitan untuk masuk ke Indonesia.

Rencana pembelian 30 unit helikopter buatan perusahaan asal Amerika Serikat, Bell Helicopter, juga terus berjalan. Kami sudah memiliki kesepakatan kerja sama pembelian dengan perusahaan tersebut. Pengadaannya akan dilanjutkan seiring dengan pertumbuhan permintaan dari Helicity.

Apa saja yang sedang dikembangkan di Bandara Soekarno-Hatta?

Kami sedang mengurus izin dan negosiasi dengan Angkasa Pura II soal jalur khusus bagi penumpang Helicity dari dan ke Bandara Soekarno-Hatta. Harapannya, kami diberi jalur khusus agar penumpang bisa langsung ke pesawat (dari lounge heliport). Pilihan lainnya, kami membangun ruang tunggu khusus di bandara. Tentu saja ini nilai investasinya akan sangat mahal. Belum tepat untuk kondisi pasar yang masih seperti saat ini.

Angkasa Pura II akan membuka heliport di beberapa bandara, seperti Kertajati dan Bali. Apakah Whitesky berminat berinvestasi di sana? 

Rencana yang kami dengar memang akan ada pembangunan heliport di Bali. Kalau Kertajati, belum ada informasinya. Pada dasarnya, kami saat ini sedang berfokus mengembangkan pasar di Bandara Soekarno-Hatta. Kami sedang memperluas titik antar-jemput yang saat ini terdiri atas helipad dan openair (lapangan, halaman, atau ruang terbuka lainnya). Kami sudah sempat berbicara dengan PT Angkasa Pura I (pengelola bandara di Bali). Ada wacana dan pembicaraan sebelum masa pandemi. Tapi sekarang terhenti. 

*** 


Biodata

Tempat dan tanggal lahir: Jakarta, 17 September 1972

Pendidikan
- SMP Negeri 109 Jakarta
- SMA Negeri 12 Jakarta
- Universitas Trisaksi Jakarta (Arsitektur)

 

Karier

- Chairman of Non-schedule Flight for Indonesia National Air Charter Association (INACA)

- Vice Chairman of an Air Transportation in Indonesia Chamber of Commerce (Kadin)

- Chairman of INACA

- CEO Whitesky Group

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus