Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kafe artistik bernuansa Studio Ghibli di kawasan Jakarta Selatan bernama Bukanagara Coffee and Roastery jadi sorotan publik belakangan ini. Penyebabnya karena kafe yang dimiliki oleh produser film, Willawati, ini telah menunggak gaji karyawannya selama berbulan-bulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Informasi ini mulanya disebarkan oleh salah satu rekan dari karyawan Bukanagara lewat cuitan di media sosial X-nya, @japoota. Dalam cuitannya yang kemudian berkembang viral itu, ia menyebut bahwa temannya menjadi salah satu karyawan yang gajinya telat dibayarkan oleh manajemen kafe.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski ditempa isu tak mengenakkan, Tempo melihat Bukanagara Coffee and Roastery tetap buka seperti biasa, pada Rabu lalu, 8 Mei 2024. Terpisah, pemilik kafe sekaligus CEO PT Kakiatna Indonesia, Willawati mengatakan bahwa dirinya merasa tidak perlu mengklarifikasi apa pun atas kabar yang sedang ramai beredar mengenai bisnisnya.
Tempo kemudian mendapat cerita dari salah satu karyawan Bukanagara Coffee and Roastery, Panji (nama samaran). "Keterlambatan (pembayaran) gaji itu sudah ada sejak 2022 sampai saat ini," katanya ketika dihubungi, Rabu, 8 Mei 2024.
Namun, menurut dia, biasanya pihak manajemen hanya telat membayar gaji karyawannya dalam hitungan hari. Pembayaran gaji karyawan paling telat adalah satu bulan.
Barulah pada tahun lalu, keterlambatan pembayaran gaji karyawan Bukanagara Kafe semakin menjadi-jadi. Tak hanya telat, pembayaran gaji karyawan juga dicicil oleh perusahaan.
"Sampai lewat tiga bulan, September hingga November dicicil. September-Oktober lunas di Desember. Gaji November itu dibayarkan dengan cara dicicil pada Maret (2024), cicilan pertama Rp 2 juta dan cicilan kedua Rp 2,4 juta," katanya.
Ia menuturkan, untuk gaji di bulan Desember tahun lalu, hingga hari ini masih belum dibayarkan oleh manajemen kafe. Menurut dia, karyawan yang ditunggak gajinya ini juga dialami oleh mayoritas karyawan dari seluruh toko Bukanagara Coffee and Roastery. Seperti diketahui, selain di Graha CIMB Niaga, kafe ini juga dibuka di beberapa tempat lain.
Akibat dari telatnya pembayaran gaji karyawan, ia mengatakan bahwa sejumlah rekan sejawatnya memutuskan untuk berhenti bekerja atau resign. Ia menyatakan, sebelumnya manajemen kafe tidak pernah melarang karyawan untuk mengundurkan diri. "Dipersilakan. Jika yang tidak bisa bertahan, untuk resign," katanya.
Sementara bagi karyawan yang masih ingin bertahan, manajemen menginstruksikan supaya kafe tetap harus buka. "Apa pun kondisinya. Diizinkan tidak masuk, tetapi yang jelas store harus tetap buka," ucapnya.
Ia menilai tuntutan itu memberatkan para karyawan. Sebab, gaji yang belum dibayar membuat karyawan tidak memiliki ongkos untuk berangkat kerja.
"Yang memberatkan barista karena kami cari cara untuk tetap bisa masuk (kerja) dan menoleransi barista yang tidak punya ongkos untuk tidak masuk," ujarnya.
Dengan alur kerja yang seperti itu, menurut dia, membuat shift kerja jadi berantakan. Tak jarang dalam satu hari operasional, hanya ada satu karyawan yang bekerja.
Bak jatuh tertimpa tangga, karyawan yang gajinya ditunggak oleh manajemen juga tidak mendapatkan sedikit bantuan, baik moral maupun material oleh perusahaan. "Untuk kawan-kawan yang lain banyak yang berusaha cari pinjaman ke mana-mana agar bisa masuk kerja, begitu pun dengan saya," ucapnya.
Di tengah ketidakpastian kapan gajinya bakal dibayarkan oleh manajemen, ia mengatakan bakal tetap bertanggung jawab sebagai karyawan Bukanagara Coffee and Roastery. "Karena saya berusaha profesional."