Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Daftar Masalah Kereta Cepat, dari Investasi Bengkak sampai Tanah Lempung

Kereta cepat Jakarta-Bandung yang digarap PT Kereta Cepat Indonesia-Cina (KCIC) menghadapi berbagai masalah dalam proyek pembangunannya.

14 Januari 2022 | 14.16 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Penampakan bagian dalam terowongan 1 proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di Jakarta, 28 Juni 2020. Kereta api kecepatan tinggi ini diklaim dapat memangkas perjalanan dari sebelumnya lebih dari tiga jam menjadi sekitar 40 menit dengan kecepatan 350 kilometer per jam. Xinhua/Du Yu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, JakartaKereta cepat Jakarta-Bandung yang digarap PT Kereta Cepat Indonesia-Cina (KCIC) menghadapi berbagai masalah dalam proyek pembangunannya. Belum dua tahun terhitung sejak 2020, setidaknya ada empat kendala besar yang mengganggu proses penyelesaian proyek jumbo tersebut.

  1. Proyek menimbulkan banjir dan kemacetan

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau PUPR sempat menginstruksikan untuk menghentikan sementara waktu proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung pada Maret 2020. Penyebabnya karena proyek ini menyebabkan banjit di Jalan Tol Jakarta - Cikampek dan menimbulkan  kemacetan serta mengganggu kelancaran kelancaran logistik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelumnya KCIC mengklaim melakukan tindakan preventif terhadap kondisi cuaca ekstrem dengan mengidentifikasi risiko-risiko yang berkaitan dengan aspek lingkungan. KCIC juga menyatakan telah melakukan langkah-langkah strategis sehingga pembangunan bisa tetap berlangsung dengan lancar.

  1. Investasi kereta cepat membengkak hingga Rp 27 triliun

Pada pertengahan 2021, biaya investasi kereta cepat membengkak sekitar Rp 27,17 triliun. Manajemen saat itu menjelaskan penyebab utama cost overrun adalah konstruksi atau EPC dan pembebasan lahan. Pembebasan lahan untuk proyek sepur cepat sulit lantaran jalur yang dilalui sangat luas dan melewati daerah komersial.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bengkaknya biaya itu juga disumbang oleh biaya pendanaan atau financing cost. Keterlambatan proyek menyebabkan beban keuangan berupa bunga selama konstruksi membengkak. Di samping itu, biaya head office dan pra-operasi pun melar.

Kenaikan biaya EPC diestimasikan sebesar US$ 0,6 miliar sampai dengan US$ 1,2 miliar, kenaikan biaya pembebasan lahan sekitar US$ 0,3 miliar, kenaikan biaya head office dan pra-operasi US$ 0,2 miliar, kenaikan biaya pendanaan US$ 0,2 miliar, dan kenaikan biaya lainnya US$ 0,05 miliar.

Dengan demikian, estimasi cost overrun ini adalah sekitar US$ 1,4 miliar sampai US$ 1,9 miliar atau sekitar Rp 27,17 triliun, dari rencana awal US$ 6,07 miliar. Dari pembengkakan biaya itu, pihak Indonesia yang terdiri dari konsorsium perusahaan BUMN, diperkirakan harus menanggung Rp 4,1 triliun.

  1. Tiang kereta cepat timpa ekskavator

Tiang kereta cepat menimpa ekskavator pada awal Desember lalu. Kejadian itu terekam dalam sebuah video dan berkembang viral itu. Ekskavator ini dioperasikan untuk membongkar tiang rel kereta cepat.

Presiden Direktur PT Kereta Cepat Indonesia Chinaatau PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi menanggapi video pendek yang memperlihatkan proses pembongkaran tiang atau pier head di proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.

"PT KCIC tidak mentolerir adanya kesalahan konstruksi yang melebihi dari toleransi yang dipersyaratkan," ujar Dwiyana dalam keterangan tertulisnya. 

Dwiyana menjelaskan pada awalnya, Tim Quality PT KCIC dan Konsultan Supervisi CDJO menemukan pergeseran alignment pekerjaan pilad di salah satu lokasi pekerjaan. Tim dan konsultan kemudian menginstruksikan kontraktor membongkar tiang rel kereta cepat untuk dibangun kembali sesuai spesifikasi teknis yang sudah ditetapkan.

  1. Tanah lempung ganggu proyek kereta cepat

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan baru-baru ini menyinggung soal masalah tanah lempung di lokasi pembangunan kereta cepat. Luhut menduga kalau struktur tanah di lokasi proyek banyak tanah lempung bisa mengganggu proyek.

Ia pun kemudian meninjau pengerjaan terowongan (Tunnel 2) kereta cepat Jakarta-Bandung di Desa Bunder, Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Namun setelah melihat langsung, ia menilai kondisi tanah lempung semakin baik dan terus diantisipasi.

"Lokasi tanah di sekitar Tunnel 2 sedikit lempung, tapi itu dapat diatasi dengan baik," kata Luhutt.

Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia Cina atau KCIC Dwiyana Slamet Riyadi sebelumnya menjelaskan ada sejumlah kendala dalam penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung. Salah satunya adalah kendala dalam pembangunan tunnel 2 atau terowongan yang bakal dilalui kereta.

"Ini lebih ke kondisi geologinya, karena masuk clay soil area (tanah liat)," kata Dwiyana.

Menurut dia, seluruh infrastruktur yang dibangun di proyek ini memang harus bisa menopang kecepatan kereta yang mencapai 350 kilometer per jam. Sehingga, sesuai aspek pembangunan harus dilakukan dengan cermat. "Harus presisi dan ketat," tuturnya.

FRANCISCA CHRISTY ROSANA | CAESAR AKBAR

BACA: KCIC Ungkap Kendala Tanah Lempung Kereta Cepat, Titik Tersulit dan Mudah Lapuk

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiscus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus