DANA Moneter Internasional, yang lebih dikenal dngan singkatan
IMF, larusan saja mendapat tambahan kekuasaan. Ketika berkumpul
di Bretton Woods, Amerika Serikat, pada tahun 1944, para
pendirinya pasti tidak membayangkan bahwa IMF akan jadi
demikian berpengaruh. Kini dilengkapi oleh Witteveen facility,
IMF pada hakekatnya mulai memegang peranan sebagai bank sentral
dunia, walaupun secara resmi tidaklah ia disebut demikiln.
Kekuasaan baru itu didorong oleh situasi moneter dunia terutarna
sejak Hendrikus Johannes Witteveen, 56 orang Belanda diangkat
menjadi managing director yang mengepalai IMF pada tahun 1973.
Telah terjadi resesi ekonomi yang melanda negara-negara
industri. kenaikan harga minyak OPEC yang mengakibatkan banyak
negara berkembang mengalami defisit dan inflasi di mana-mana.
Semua itu membuat hutang membubung, terutama pada bank-bank
komersiil seperti Citibank, Chase Manhattan dan Morgan Guaranty
yang nampaknya, sulit menarik pembayaran kembali dari
negara-negara yang menderita defisit. Jika ini dibiarkan
berlarut, pasti goncang lagi keuangan dunia. Maka Witteveen
melepas gagasan supaya IMF diberi kekuatan untuk bisa secara
darurat meminjamkan uang. Tapi dia pun menetapkan persyaratan
yang keras. Pokoknya, tiap negara peminjam harus melllatuhi
persyaratan IMF itu.
Tahun lalu gagasan itu dirasakan makin mendesak untuk
dilaksanakan. Amerika Serikat terutama sekali mendukungnya.
Kebetulan Inggeris dan Itali sangat bergantung pada bantuan IMF
untuk menatasi defisit neraea pembayaran mereka. Dan IMF
ternyata berhasil membuat kedua negara itu patuh. Negara-negara
lain, tentu saja, dianggap akan sama patuhnya terhadap IMF dalam
keadaan terdesak.
Batasi Ekspansi
Maka awal Agustus ini, Witteeen bisa meyakinkan para utusan
dari 7 negara Barat (dipimpin AS) dan 7 negara OPEC (dipimpin
Saudi Arabia) dalam suatu pertemuan yang sudah lama
dinanti-nantikan di Paris. Keempatbelasnya sepakat untuk
mengumpulkan dana $ 10 milyar guna keperluan IMF. Dengan dana
baru itu, walaupun tidak sebanyak yang diharapkan ($ 16 milyar)
semula, IMF akan bisa lebih didengar. Mulai September ini
Witteveen facility akan lebih dirasakan pengaruhnya.
IMF akan terus memberi pinjaman neraca pembayaran dikenal dengan
istilah stan by -- sebagaimana dilakukannya sejak tahun ]950-an
kepada para anggotanya (kini 131 negara nonkomunis). Tapi
berbeda dengan dulu. IMF untuk seterusnya meminta kepada negara
peminjam Supaya ada kesungguhan menekan inflasi, mengurangi
defisit anggaran secara berangsur dan menyesuaikan pendapatan
dan pengeluaran, serta ekspansi moneter supaya dibatasi.
Melakukan ekspansi moneter dengan anggaran defisit untuk
mengembangkan ekonomi rupanya tidak bisa diterima IMF lagi.
Pokoknya IMF mau membuat negara peminjam supaya memegang teguh
disiplin anggaran.
Mexico, Brazil, Zaire dan Peru adalah contoh negara defisit
yang belakangan ini selalu diberitakan sukar untuk
didisiplinkan. Hutang mereka sudah demikian besar hingga tidak
mungkin mampu lagi untuk membayar kembali jika tanpa kredit
baru. Bank-bank komersiil besar yang sudah meminjamkan sampai $
550 minyak tahun lalu nampaknya mulai kuatir dan enggan memberi
kredit baru kepada negara negara defisit.
Indonesia adalah juga negara peminjam namun tak ada disebutkan
kesulitannya dengan IMF. Tapi bukanlah tidak ada sama sekali
pengaruh IMF pada Indonesia. Buktinya, laporan IMF selalu turut
menentukan sikap bantuan tahunan IGGI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini