Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ditendang tarif bis kota

Inflasi pada bulan juli naik menjadi 1,54%. tarif bis kota dan oplet naik. juga 29 bahan makanan dan pakaian. dana masyarakat menumpuk di bank. pasar modal belum menarik minat. (eb)

27 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SESUDAH berhasil ditekan selama beberapa bulan terakhir ini, inflasi pada bulan Juli kemarin tiba-tiba melonjak menjadi 1,54%. Ini satu tingkat yang tertinggi sejak Januari. Dengan demikian inflasi selama tahun ini sampai Juli sudah mencapai 6,4%. Jadi masih lebih rendah dari tingkat 9,6% selama periode yang sama tahun lalu. Dan tingkat pertahun juga sudah turun dari 12,2% pada bulan Mei, menjadi 10,9% Juli ini. Faktor utama di belakang lonjakan inflasi bulan Juli tersehut ternyata kenaikan sebagian besar harga bahan makanan. Dari 29 bahan makanan yang terdapat dalam indeks 62 bahan dan jasa, 22 bahan makanan naik harganya, 6 tak mengalami perobahan harga, dan hanya harga minyak kelapa yang turun. Harga beras naik dengan 0,2% dan harga beberapa bahan pokok lainnya seperti gula, teh, daging, susu naik antara 2 - 3% Kopi dan telur bahkan naik dengan hampir 8%. Sementara kalangan menduga kenaikan harga ini disebabkan karena dihapuskannya "pungli" yang ironisnya justru menaikkan biaya pengangkutan. Dan naiknya biaya pengangkutan ini juga agaknya yang merupakan penyebab kenaikan indeks harga bahan-bahan lainnya: indeks harga bahan pakaian naik dengan 1,18%. Kenaikan tarip bis kota dan oplet sebanyak 25% - seperti yang diputuskan Gubernur DKI 6 Juli kemarin -- merupakan penyebab utama kenaikan indeks bahan lain denRan 1,33%. Satu atau dua bulan mendatang ini, nampaknya sulit bagi pemerintah untuk mengendalikan laju inflasi. Lebaran sudah di ambang pintu. Seperti biasanya ini menimbulkan tekanan terhadap persediaan beberapa bahan makanan tertentu, eperti telur dan gula dengan adanya kenaikan permintaan. Tekanan juga terjadi pada bahan pakaian, tapi nampaknya ini tak menimbulkan masalah serius. Dana Menumpuk Demikian pula musim kering sudah berlangsung, dan kemungkinan besar beberapa jenis palawija akan mengalami kemunduran produksi dan ini akan ikut mendorong indeks biaya hidup ke atas. Dengan sendirinya sulit bahwa inflasi pada Agustus dan September akan bisa dibendung. Siklus yang sama rupanya juga terjadi tahun lalu, di mana inflasi Agustus dan Septelnber merupakan tingkat yang paling tinggi selama setahun. Yang menjadi pertanyaan adalah: Akan, berhasilkah inflasi ditekan menjadi hanya 10%, seperti yang menjadi sasaran pemerintah? Salah satu alat yang digunakan untuk menekan inflasi ini biasanya adalah kebijaksanaan kredit ketat. Ini nampaknya masih terus berlangsung. Jumlah kredit yang diberikan bank-bank peserta clearing Jakarta selama kwartal kedua ini hanya naik dengan 2,. Kenaikan pada kwartal ke empat tahun lalu dan kwartal pertama tahun ini masing-masing adalah 6% dan 4%. Jadi memang terjadi penciutan perkembangan kredit bank, dan ini agaknya faktor yang mengerem laju inflasi tahun ini dibanding dengan tahun lalu. Di lain pihak arus dana yang menumpuk di bank jauh melebihi kemampuan bank dalam menyalurkan kredit. Selama kwartal pertama tahun ini rekening giro di bank-bank peserta clearing Jakarta bertambah 23% jauh melebihi jumlah kredit yang disalurkannya. Ini jelas merupakan beban yang tak kecil bagi bank yang bersangkutan. Untuk mengurangi arus dana ini beberapa bank pemerintah malah sejak Maret kemarin sudah tak menerirna deposito berjangka lebih dari 6 bulan, sekalipun hal ini tak pernah diputuskan secara resmi oleh Bank Indonesia. Demikianlah selama kwartal pertama ini, deposito berjangka 18 bulan dan setahun merosot dengan masing-masing 26% dan 13%. Sedang deposito berjangka 6 bulan naik dengan 29%. Ada dugaan ini merupakan tindakan yang disengaja. Maksudnya untuk menggiring dana yang berlebihan di masyarakat dari deposito berjangka ke tempat yang selama ini lebih dikehendaki pemerintah: Pasar Modal. Tapi selama bunga dari deposito masih lebih menarik dari prospek keuntungan pembelian saham, maka orang tentunya masih lebih menyukai deposito. Maka bukan mustahil sebentar lagi bunga deposito berjangka akan diperkecil lagi, seperti pernah dikemukakan Menteri Ekuin Prof. Widjojo Nitisastro belum lama berselang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus