Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Dana Segar Situs Maya

21 Maret 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WARNA merah darah mendominasi dinding ruangan seluas sekitar 200 meter persegi itu. Pembatas antardinding puzzle terlihat unik dengan warna hitam-putih. Sebuah tiang bendera Merah Putih menyambut di depan pintu masuk. Kamis siang pekan lalu, puluhan karyawan terlihat sibuk bekerja. Mereka memelototi monitor komputer di kubikel tanpa pembatas.

Itulah suasana kantor Merah Putih Incubator, perusahaan inkubator pertama di Indonesia. Merah Putih merupakan perusahaan yang membesarkan perusahaan baru situs Internet (start up). Merah Putih berinvestasi pada situs-situs maya dan membesarkannya.

Perusahaan yang berkantor di gedung berlantai tiga di wilayah Slipi, Jakarta Barat, ini adalah induk lima situs daring lokal, yaitu krazymarket.com, infokost.net, dailysocial.net, bolalob.com, dan lintasberita.com. ”Kami investasi di situs-situs online lokal yang bagus,” kata Senior Vice President Merah Putih Inc. David Wayne kepada Tempo di Jakarta, Kamis pekan lalu.

Merah Putih maksimal punya 25 persen saham di setiap situs Internet. Pemilik lama dan pendirinya dipertahankan agar situs tetap memiliki semangat yang sama seperti saat didirikan.

Sebagai inkubator, Merah Putih menyediakan server komputer, pemasaran iklan, pencitraan, pengurusan bentuk perusahaan, konsultasi bisnis dan manajemen, serta pengaturan keuangan. Pendiri situs lokal umumnya pemrogram komputer yang minim keahlian berbisnis. ”Pemasukan iklan akan dibagi berdasarkan kepemilikan saham,” ujar Wayne.

Bisnis dunia maya lumayan menggiurkan. Rata-rata pendapatan dari pemasangan iklan di situs perusahaan kecil lokal bisa Rp 50 juta per bulan, perusahaan menengah Rp 300-500 juta per bulan, dan perusahaan besar Rp 4-5 miliar per bulan. Keuntungan tak banyak terpotong lantaran modal dan biaya operasional relatif kecil. Pembuatan iklan sangat sederhana, tak perlu materi fisik.

Pangsa pasar situs online cukup besar. Lihat saja hasil survei The Nielsen Company 2010. Konsumen yang memesan buku lewat situs Internet mencapai 38 persen. Belanja baju, aksesori, dan sepatu 33 persen, pemesanan tiket pesawat 29 persen, peralatan elektronik 27 persen, perangkat komputer 25 persen, dan peranti lunak komputer 15 persen. Itu artinya duit buat pemilik situs Internet di Indonesia. Apalagi pengguna Internet baru mencapai 45 juta orang dari 240 juta penduduk.

Tak mengherankan kalau investor asing dan lokal rajin membeli situs Internet di Tanah Air. Misalnya saja Yahoo!—mesin pencari global—pada akhir Mei tahun lalu mengakuisisi situs koprol.com, jejaring sosial yang memuat segala macam kabar tentang suatu tempat. ”Saya tak menyangka ­koprol.com bisa merebut hati raksasa dunia,” ujar Satya ­Witoelar, pendiri Koprol, kepada Tempo pekan lalu.

East Venture, semacam investor hedge fund, menyuntikkan modal ke disdus.com—situs diskon—dan tokopedia.com. PT Global Mediacom milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo menggandeng Rakuten, situs belanja daring besar di Jepang untuk membikin online mall di Indonesia. Rakuten Indonesia dijadwalkan akan meluncur pada Rabu pekan ini.

Grup Telkom tak kalah gencar. PT Multimedia Nusantara, anak usaha Telkom, mengakuisisi 80 persen saham PT Sigma Citra Caraka, penyedia jasa online dan Internet banking, senilai US$ 35 juta pada Februari 2008. Telkom membangun Mojopia, layanan e-commerce plasa.com. Awal tahun lalu, Telkom mengambil alih 75 persen saham PT Administrasi Medika, situs maya di bidang kesehatan, senilai Rp 128,25 miliar.

Tak berhenti di situ, tahun lalu perusahaan telekomunikasi pelat merah itu juga berpatungan dengan SK Telecom, perusahaan telekomunikasi Korea Selatan. Telkom menyetor modal Rp 51 miliar untuk membangun PT Melon Indonesia. Perusahaan itu membuat melon.co.id, situs musik digital penyedia fitur unduh dan streaming lagu. ”Ini peluang bisnis baru, pertumbuhannya masih bisa ditingkatkan,” kata juru bicara Telkom Eddy Kurnia, Kamis pekan lalu.

Nieke Indrietta, Agoeng Wijaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus