Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Dari Arloji hingga Jet Pribadi

Perusahaan gadai swasta terus berinovasi untuk bertahan di tengah kompetisi. Membidik segmen atas bisa, bermain di kelas bawah pun kena.

26 Mei 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Suasana kantor Sarana Gadai Prioritas di Jakarta./Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebuah ruangan berukuran sekitar 2 x 3 meter ditata apik. Buku-buku katalog jam tangan supermewah, permata, dan berlian berjajar rapi di sebuah rak. Sofa minimalis melengkapi lounge elegan di Suite 2306, lantai 23, Wisma GKBI, Jakarta, itu. Itulah kantor PT Sarana Gadai Prioritas, salah satu pegadaian swasta di Jakarta.

Konsep pegadaian swasta ini memang berbeda dibanding usaha gadai umumnya. Pada Rabu, 22 Mei lalu, Tulus Widodo, Direktur Sarana Gadai Prioritas, memamerkan ruangan demi ruangan yang jauh dari kesan rumah gadai. Ruang transaksinya lebih mirip dengan ruang kerja bos, sementara di rumah gadai umumnya berupa loket, bahkan ada yang dipasangi jeruji.

Sarana Gadai membidik nasabah prioritas. Tulus menjelaskan, bisnisnya menyasar kalangan menengah-atas yang tak terlayani oleh lembaga lain, termasuk PT Pegadaian (Persero), badan usaha milik negara di sektor ini. Pertimbangannya: pasar segmen ini sangat besar dan belum tergarap. “Kebutuhan dana jangka pendek terjadi pada siapa saja, bukan hanya kelompok menengah-bawah.”

Industri gadai kian tumbuh subur. PT Pegadaian, yang selama lebih dari seratus tahun menjadi pemain tunggal, kini kebanjiran pesaing. Ratusan pelaku swasta meramaikan bisnis ini. Otoritas Jasa Keuangan, lembaga yang mengatur bisnis gadai, memperkirakan saat ini terdapat 585 perusahaan yang beroperasi. Tapi, berdasarkan data per 30 April 2019, cuma 26 perusahaan di antaranya yang telah mengantongi izin. Adapun 72 lainnya berstatus terdaftar.

Pendatang lain adalah PT Pusat Gadai Indonesia. Dalam situs resmi, manajemen mengklaimnya sebagai perusahaan gadai swasta terbesar di Indonesia yang berstatus terdaftar. Berdiri sejak 1996 di Surabaya, Pusat Gadai melebarkan bisnis dengan membuka cabang pertama di Jakarta pada 2006. Kini perusahaan telah memiliki lebih dari seratus cabang di wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Surabaya, dan Bali.

“Kami swasta terbesar dari sisi omzet, total outlet, dan nasabah,” ucap Claher Prastian, Manajer Bisnis Pusat Gadai Indonesia, Rabu, 22 Mei lalu. Ia menerangkan, perusahaan bisa eksis karena mengutamakan kenyamanan nasabah dan keamanan barang yang dijaminkan. Ia memastikan barang-barang milik nasabah diasuransikan, sesuai dengan ketentuan OJK. “Keamanan barang yang paling diinginkan masyarakat.”

Claher menambahkan, perusahaan berfokus mengembangkan bisnis di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Sejauh ini, belum ada rencana “melompat” keluar. Pertimbangannya, pasar di kawasan ini cenderung konsumtif. Misalnya setiap orang memiliki telepon seluler atau gawai lebih dari satu unit.
Hal ini sejalan dengan operasi Pusat Gadai, yang menerima produk elektronik. Selain ponsel, barang yang bisa menjadi jaminan adalah komputer jinjing alias laptop, televisi jenis light-emitting diode, dan kamera jenis refleksi lensa tunggal (SLR), juga tentu saja buku pemilik kendaraan bermotor atau BPKB.

Saat ini Pusat Gadai tidak menerima perhiasan emas karena harus memiliki penaksir yang berpengalaman untuk menilai harganya. Alasan lain: perlu tempat penyimpanan khusus. Perusahaan juga mempertimbangkan persaingan. “Berat berkompetisi dengan pemain hijau,” tutur Claher. “Pemain hijau” yang dimaksud adalah PT Pegadaian, perusahaan negara yang berdiri sejak April 1901. Adapun Pusat Gadai, yang warna gerainya serba biru, biasa disebut “pemain biru”.

Pemain lain yang juga sedang aktif berekspansi adalah PT Super Gadai Indonesia. Warna gerai yang dominan merah membuat orang kerap menyebutnya “si merah”. Gerai si merah dan si biru seperti berkejaran. Di mana ada si biru, tak jauh dari situ si merah dibuka. Tapi namanya tak ditemukan dalam data perusahaan yang telah mengantongi izin ataupun perusahaan berstatus terdaftar di OJK. Sama seperti si biru, si merah menerima barang jaminan berupa ponsel, laptop, televisi, dan BPKB mobil atau sepeda motor.

Pelanggan Pusat Gadai, Claher menceritakan, kebanyakan ibu rumah tangga. Sebagian lain adalah mahasiswa, mengingat lokasi outlet berada di sekitar kampus. “Mungkin mahasiswa kos yang belum menerima kiriman dari orang tua,” ucapnya. Rata-rata mereka meminjam dana selama dua pekan dengan bunga pinjaman 5 persen. Bila jangka waktu pinjaman lebih panjang, hingga sebulan, tingkat bunga naik menjadi 10 persen.

SARANA Gadai Prioritas didirikan oleh bankir senior, Arwin Rasyid. Terakhir ia menjabat Direktur Utama Bank CIMB Niaga dan pensiun pada 2016. Sebelumnya, ia menjadi Direktur Utama PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk periode 2005-2007.

Arwin Rasyid/Dok.TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

Dihubungi pada Jumat, 24 Mei lalu, Arwin bertutur, ide membangun bisnis gadai tercetus sejak 2012. Saat itu, ketika masih di CIMB Niaga, ia menerima kunjungan seorang pemain bisnis gadai kakap asal Amerika Serikat yang menjalankan usaha di Miami. Sang kolega mengungkap potensi bisnis gadai di Indonesia yang sangat besar. Keduanya berbincang panjang. “Saya pikir dia bisnis gadai biasa. Ternyata khusus untuk kalangan atas,” ujarnya kepada Tempo.

Di Negeri Abang Sam, Arwin melanjutkan, bisnis gadai papan atas itu menerima lima kategori barang, yaitu kapal pesiar, jet pribadi, lukisan mewah, arloji mewah, dan perhiasan. Arwin terperanjat. Bagaimana bisa jet pribadi dan kapal pesiar menjadi jaminan? “Intinya, dia bilang, orang kaya itu enggak beda dengan orang biasa,” katanya. Orang menggadaikan mobil mungkin mendapat US$ 5.000, sementara orang kaya menjaminkan jet pribadi beroleh US$ 5 juta. Alasannya sama: mendadak butuh likuiditas selama satu-dua pekan.

Ide itu mengendap seiring dengan berjalannya waktu. Sebab, regulasi saat itu belum membuka peluang bagi swasta untuk masuk ke sektor ini. Tapi diam-diam Arwin mencoba menjajaki bisnis gadai untuk kalangan atas. Setelah ia pensiun dari CIMB Niaga, mimpi itu pun direalisasi. Ia menggandeng mantan Kepala Rahn (Gadai) CIMB Niaga, Tulus Widodo, beserta timnya yang telah lama berkecimpung di industri ini. Tulus sebelumnya berkarier di PT Pegadaian (Persero), kemudian sempat menggarap usaha gadai milik PT Bank Danamon Tbk.

“Boleh dibilang kami yang pertama menawarkan kantor gadai yang nyaman, seperti di bank prioritas, proses cepat, dan menerima barang-barang yang luar biasa nilainya,” tuturnya, bangga. Ia mencontohkan barang jaminan yang diterimanya antara lain balok emas yang nilai gadainya Rp 5 miliar, jam tangan bernilai gadai miliaran rupiah, serta mobil Rolls-Royce. Sarana Gadai Prioritas juga melayani kalangan menengah-bawah yang membutuhkan pinjaman di bawah Rp 250 juta.

Adapun di Pusat Gadai Indonesia, warga yang datang adalah kelas bawah yang benar-benar membutuhkan dana cepat. Menjelang Lebaran, gerai si biru tak diserbu nasabah. Menurut Claher Prastian, gerainya ramai ketika mendekati tahun ajaran baru sekolah. “Banyak orang tua yang menggadaikan barang untuk keperluan anaknya masuk sekolah baru.” Rata-rata mereka meminjam Rp 1,5 juta, maksimal Rp 10 juta.

Untuk mengikat konsumen, perusahaan meluncurkan program member loyalty. Nasabah mendapat poin atas transaksinya. Untuk setiap kelipatan Rp 1.000 pinjaman, nasabah mendapat satu poin. Nantinya, poin bisa ditukar dengan hadiah seperti voucher belanja, voucher makan, atau penambahan pinjaman. Pada 2018, perusahaan menggelar undian berhadiah mobil Honda Mobilio. Tahun sebelumnya, undian berangkat umrah dihadiahkan kepada satu orang.

Tahun ini, perusahaan berfokus mengembangkan sistem transaksi pembayaran melalui akun virtual agar nasabah tak perlu datang ke gerai untuk membayar. “Kami juga sedang mengembangkan aplikasi mobile,” ucap Claher.

Adapun Sarana Gadai akan menambah gerai baru di Jakarta. Arwin belum memutuskan lokasinya, tapi ada kemungkinan di Kelapa Gading, Jakarta Timur, atau Pantai Indah Kapuk di Jakarta Utara. Ia juga tengah menjajaki peluang membuka gerai di Singapura bersama seorang mitra asal Negeri Singa. Di sana, modalnya besar menurut aturan. Arwin harus menyetorkan modal Sin$ 2 juta.

RETNO SULISTYOWATI, PUTRI ADITYOWATI 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Retno Sulistyowati

Retno Sulistyowati

Alumnus Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Bergabung dengan Tempo pada 2001 dengan meliput topik ekonomi, khususnya energi. Menjuarai pelbagai lomba penulisan artikel. Liputannya yang berdampak pada perubahan skema impor daging adalah investigasi "daging berjanggut" di Kementerian Pertanian.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus