DIALOG di Washington, seperti diduga semula, agak berhasil dalam
arti kata untuk lebih menggairahkan perhatian AS terhadap ASEAN.
Presiden Carter, misalnya disebut dalam komunike bersama minggu
lalu, "menguatkan lagi dukungan AS untuk tujuan dan aspirasi
ASEAN."
Hasil dialog kedua itu, sesudah di Manila (September 1977),
tidak mengagetkan. Tidak pula bisa segera dirasakan manfaatnya
oleh ASEAN. Tapi kedua pihak jelas sudah menambah lagi pasar
kerjasama untuk masa depan. Contoh:
Pemerintah AS akan mempcrmulah sektor swastanya untuk meluaskan
investasi dan kontak bisnis di ASEAN. Untuk itu, badan-badan
resminya seperti Overseas Private Investment Cooperation (OPIC)
dan Exim Bank akan dikerahkannya. Satu Dewan Bisnis ASASEAN akan
dibentuk pula oleh Kamar Dagang masing-masing pihak.
Partisipasi AS dalam proyek bersama ASEAN di bidang pertanian
dan pendidikan umumnya, serta dalam usaha mencegah bahaya
narkotik.
Kedua pihak akan berkonsultasi secara berkala bila perlu
tentang berbagai soal komoditi yang menyangkut ke pentingan
(dagang) bersama.
Mengenai soal komoditi dan perdagangan, AS dinyatakan mendengar
permintaan ASEAN untuk memperoleh dasar preferensi, supaya
lancar ekspor ASEAN ke pasaran AS. Tapi sekian jauh AS tampaknya
masih enggan untuk memberikan preferensi dagang secara regional.
AS kuatir kalau kelompok regional lain meminta hal yang sama.
Selama ini AS cuma memberi preferensi itu secara bilateral, dan
ada anggota ASEAN memang memperolehnya. Tapi tidak untuk
Indonesia, hanya karena Indonesia menjadi anggota OPEC, yang
membuat Kongres AS sangat keberatan sejak terjadinya embargo
minyak 1973.
Perjoangan ASEAN supaya AS menerima gagasan regonal stabe juga
mendapat perhatian tapi belum dikabulkannya. Gagasan itu
bertujuan menjamin stabilisasi harga supaya pendapatan dari
komoditi ekspor tidak berkurang.
Namun AS berjanji untuk secara aktif turut merundingkan soal
Common Fund (yang selama ini macet dalam dialog Utara-Selatan
dan forum UNCTAD). Dana Bersama itu juga merupakan tuntutan para
anggota ASEAN di samping Dunia Ketiga umumnya untuk menjamin
pendapatan komoditi ekspor.
Bahwa AS punya perhatian terhadap Dana Bersama itu, Menlu
Pilipina Carlos P. Romulo kemudian mengatakan dalam konperensi
pers, ASEAN "berterimakasih pada Amerika Serikat." Dengan
demikian dikatakannya AS "membukakan pintu" bagi ASEAN.
Romulo adalah jurubicara delegasi ASEAN, di mana ikut sembilan
Menteri lainnya, termasuk dua dari Indonesia (Widjojo Nitisastro
dan Radius Prawiro). Ketika dialog dibuka, Romulo berkata: "Kami
datang ke sini untuk bermusyawarah, bukan untuk mengemis. Untuk
mencapai persetujuan bilamana mungkin, bukan untuk meminta belas
kasihan . . . Untuk mengesankan pada rakyat Amerika bahwa ASEAN
pantas untuk diperkuat demi kepentingan kita bersama."
Tapi apakah rakyat Amerika terkesan? Carter, kalangan Kongres
dan bisnis di Washington memang. Kalangan pers tidak. Lihat The
New York Times yang begitu berpengaruh memberitakan pembukaan
dialog itu di halaman 4, dan Washington Post di halaman 20,
sedang The Wall Street Journal edisi nasional tidak memuatnya
sama sekali tapi edisi Asia-nya (5 Agustus) menonjolkannya di
halaman depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini