USAHA untuk membuahi telur wanita dalam tabung percobaan sudah
dimulai sejak tahun 1940-an. John Rock dari Amerika Serikat,
seorang dokter kandungan dan pionir pil KB ketika itu melaporkan
bahwa ia dan teman-sejawatnya berhasil membuahi telur dalam
tabung percobaan. Namun pertumbuhan telur tersebut bukanlah
sebagai hasil pembuahan oleh sperma, melainkan disebabkan oleh
pertumbuhan insidentil dari telur. Sama halnya dengan yang
dikerjakan Daniele Petrucci dari Itali pada tahun 1950-an,
ketika ia berhasil membesarkan telur menjadi embrio sampai
berumur 29 hari dalam tabung. Tapi embrio itu kemudian ia
hancurkan sendiri, karena katanya "tumbuh menakutkan". Dan
seluruh penelitian ia hentikan karena dikutuk Vatikan.
Baru pada tahun 1960-an para peneliti memaklumi bagaimana
caranya membuahi telur binatang menyusui dengan sperma dalam
tabung percobaan. Metode pembuahan tersebut ditemukan oleh MC
Chang dari Worcester Foundation for Experimental Biology di
Shrewsbury dan CR Austin dari Universitas Cambridge.
Penemuan-penemuan yang baru terbatas pada pembuahan telur
binatang, mulai tikus sampai kelinci itu kemudian memperoleh
kelanjutan yang mengejutkan ketika Steptoe dan Edwards dari
Inggeris pada tahun 1969 mengumumkan bahwa mereka sudah bisa
membuahi telur wanita dengan sperma laki-laki. Pengumuman itu
kontan dapat tantangan dari para pendeta kolot. Untuk meredakan
kecemasan orang ketika itu kalau kalau mereka sedang
mengembangkan tehnik untuk menghidupkan bayi dalam tabung,
Steptoe menjelaskan bahwa tujuan penelitian mereka adalah sangat
berbeda dari anggapan yang tengah beredar. "Semua yang sedang
kami kerjakan adalah untuk menolong para ibu yang tak bisa
mendapat anak karena saluran indung telur mereka tak berfungsi,"
katanya.
Dan 25 Juli lalu anak pertama dari sistim Steptoe-Edwards ini
telah lahir untuk membahagiakan pasangan suami isteri Brown yang
sudah bertahun-tahun menunggu sang anak. Dari London, Pembantu
TEMPO Gabriel Gay melaporkan:
Kota kecil Oldham yang biasanya tenang tiba-tiba saja dibanjiri
para wartawan, juru potret dan kameramen dari seluruh penjuru
dunia. Di penghujung Juli kota yang berpenduduk 227.000 orang
yang selama ini hampir-hampir tak pernah didengar di luar
Inggeris, dalam sekejap muncul di hampir setiap surat kabar dan
jadi buah bibir hampir setiap orang di seluruh dunia.
Di kota kecil inilah lahir bayi tabung pertama di dunia, namanya
Louise Brown. Kelahirannya sebenarnya terlalu cepat sepuluh
hari. Karena ibunya, Lesley Brown pada bulan terakhir
kehamilannya menderita penyakit toxemia atau keracunan darah
yang kemudian disusul dengan kekurangan hormon. Maka Patrick
Steptoe dan Robert Edwards memutuskan untuk membedah dan
mengeluarkan orok yang jalan kehidupannya memang agak ganjil.
Sudah 9 tahun lamanya kedua orang itu kawin, tapi tak seorang
anak pun yang mau datang. John (38 tahun) sang ayah, memang
sudah mempunyai anak perempuan berumur 17. Tapi itu dari
perkawinannya yang pertama. Padahal ia dan isterinya Lesley
kepingin punya anak dari hubungan perkawinan mereka. Berangkat
ke dokter, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Nyonya Brown (30
tahun memang tak bakalan dapat melahirkan, karena fallopian
(saluran indung telur) tersumbat. Telurnya tak bisa mencapai
uterus, (rahim) di mana spermatosoa sang suami biasanya menunggu
untuk membuahi, dan memungkinkan satu kehidupan.
Masturbasi
Tapi menurut Steptoe dan Edwards yang sudah 12 tahun melakukan
penelitia terhadap kemungkinan pembuahan di luar kandungan,
pasangan suami isteri itu bisa saja memperoleh anak. Sebab
soalnya hanya saluran indung telur yang tersumbat sedang
selebihnya tak ada persoalan.
Mula-mula Nyonya Lesley Brown dirangsang dengan hormon untuk
meranumkan telur di dalam indung telurnya (ovary). Kemudian
telur itu diambil. Jangan lupa, untuk mencapai indung telur itu
tidaklah mudah. Hanya dengan alat yang disebut Laparoscope, yang
penemuannya juga dirintis Steptoe, pekerjaan tersebut bisa
terlaksana. Alat tersebut dimasukkan melalui sebuah torehan pada
dinding perut Lesley dan dengan Laparoscope itu Dr. Steptoe
mengintip telur dalam indung telur tersebut.
Dengan sebuah jarum berongga yang ujungnya mirip ujung jarum
pentul, telur-telur itu dikeluarkan dari sarangnya. Sebutir
telur kemudian diletakkan di dalam tabung yang berisi serum
darah dan zat-zat gizi, ke dalam tabung itu dimasukkan pula
sperma John Brown, sang suami, untuk membuahi telur isterinya.
Menurut kabar sperma itu diperoleh dengan jalan masturbasi.
Spermatozoa sang suami yang banyak itu dan bentuknya seperti
kecebong berenang-renang dalam tabung tersebut dan menyerbu
telur tadi. Setelah telur itu bersatu dengan salah satu
spermatozoa dan pembuahan terjadi, ia dipindahkan pula ke tabung
yang lain, yang juga berisi serum darah dan zat-zat gizi. Konon
pemindahan-pemindahan tersebut memerlukan ketelitian yang amat
saksama. Dalam waktu tiga sampai enam hari kemudian telur yang
telah dibuahi itu membagi diri, menciptakan segumpal sel yang
disebut blastocyst.
Setelah Lesley diberi hormon lagi untuk mempersiapkan
kandungannya, maka blastocyst itu kemudian dimasukkan ke dalam
kandungannya itu. Buah itu ditempelkan pada dinding rahim. Sejak
saat itulah buah tadi mengalami perkemhangan yang lumrah,
sebagaimana semua orok memulai hidupnya. Dari dinding rahim
tersebut buah tadi memperoleh makanan. Dan di situlah ia
memperoleh perkembangan yang amat mendebarkan. Mendapatkan
tangan dan kaki, pokoknya seluruh anggota tubuh serta otak.
Semua usaha yang paling sulit -- mulai dari pengambilan telur,
pembuahan di dalam tabung laboratorium, sampai pada
pencangkokan blastocyst pada dinding rahim -- kabarnya tidak
dilakukan di rumah sakit Oldham, tapi pada sebuah gedung tua,
kurang lebih satu mil dari sana. Di sebuah laboratorium lengkap
yang dibiayai oleh Steptoe sendiri dengan hasil usahanya
melakukan pengguguran yang syah menurut hukum.
Dalam pertemuan pers setelah kelahiran bayi tabung tersebut, Dr
Steptoe dan Edwards mengatakan bayi tersebut, pada mula
pembuahannya berjalan baik. Pembedahan untuk mengeluarkan bayi
itu mereka lakukan karena keracunan darah yang menyerang ibunya
begitu pula kekurangan hormon yang menyusui kemudian. Operasi
penyelamatan itu mereka lakukan setelah mereka yakin betul
jantung, otak, ginjal dan bagian-bagian lain tubuh si bayi yang
masih dalam kandungan itu, memang betul-betul normal dan cukup
kuat.
Menjelang tengah malam, Louise Brown, sang bayi, lahir dengan
pipi yang tembem. Berat 2,24 kg. "Cantik. Warna kulitnya bagus.
Tidak merah dan tak berkeriput," kata ayahnya John Brown
menyambut. Steptoe dan Edwards nampaknya tidak begitu emosionil
karena keberhasilan tersebut. Mereka malahan memperingatkan
kepada para wanita untuk jangan terlalu banyak berharap terhadap
pertolongan macam itu. "Jelas bahwa pertolongan tersebut tidak
akan tersedia untuk semua orang," katanya.
Fasilitas yang mereka gunakan sangat kurang, katanya, dan sama
sekali tidak akan menampung pasien lagi. Mereka sekarang sedang
bekerja keras untuk membangun fasilitas yang lebih baik untuk
melanjutkan penelitian mereka.
3 Yang Lestari
Kekurang-sempurnaan fasilitas kerja mereka agaknya bisa ditarik
dari beberapa kegagalan yang mereka alami. Beberapa saat sebelum
Lesley Brown mereka tangani, sebuah berkala kedokteran mengutip
Steptoe mengatakan bahwa dari 60 pencangkokan telur yang sudah
dibuahi ke dinding rahim, hanya 3 yang menunjukkan kelestarian.
Satu bertahan sampai 9 minggu sedang yang lain hanya dua minggu.
Mengapa begitu sedikit hasilnya? Paling tidak ada tiga sebab.
Pertama, karena kesulitan memindahkan telur yang sudah dibuahi
di tabung percobaan ke dalam rahim. Kedua, karena kekacauan
chromosome yang belum terungkap yang menyebabkan telur rusak
sebelum sempat membesar di dinding rahim. Ketiga, pengaruh
hormon yang diberikan untuk meranumkan telur. Perlengkapan yang
lebih baik yang sedang dipersiapkan Steptoe dan Edwards agaknya
untuk memperkembangkan tehnik dan mengecilkan faktor-faktor
penyebab tersebut.
Bagi Steptoe dan Edwards, bayi Louise Brown memang sudah lama
ditunggu-tunggu. Selama dua belas tahun mereka melaksanakan
berbagai percobaan untuk sampai pada taraf membuat kehamilan
dengan perkawinan telur dan sperma di dalam tabung. Tak jelas
berapa banyak wanita yang terlibat dalam percobaan mereka, tapi
hanya ibu Louise satu-satunya yang berhasil hamil sempurna.
Untuk dunia kedokteran sukses mereka merupakan kemajuan yang
penting. Apalagi nanti kalau ternyata anak tersebut sehat
walafiat sampai dewasa. Tentu sangat berguna untuk menolong kaum
ibu yang tak bisa mendapatkan anak, karena saluran indungnya
tersumbat. Di Inggeris jumlah ini cukup besar, belum lagi dari
negeri lain. Di Amerika Serikat diperhitungkan 10% wanita yang
kawin tapi tak bisa mendapatkan anak. Sekitar 3% dari jumlah itu
mandul hanya karena saluran indung telur yang tersumbat.
Sementara kalangan agama nampak tak keberatan terhadap cara
pembuahan tersebut selama yang punya telur dan sperma memang
punya hubungan perkawinan sah. Cuma kalau anak tersebut cacad
nantinya siapa yang bertanggungjawab. Orang tua, dokter atau
pemerintah yang mengizinkannya?
BOKS
Perjalanan Telur Itu
=====================
1. Dengan alat laparoscope yang dimasukkan lewat torehan kecil
pada perut, telur diambil dengan memakai jarum berongga.
2. Telur itu kemudian diletakkan ke dalam tabung kaca berisi
serum darah dan zat-zat gizi.
3. Jika telur tadi sudah dibuahi, dipindahkan ke tabung lain
yang berisi serum darah dan zat gizi. Selama tiga sampai enam
hari telur yang sudah subur itu membagi diri dan menciptakan
gumpalan sel blastocist.
4. Setelah wanita yang punya telur disuntik hormon untuk
mempersiapkan rahimnya, blastocist tadi dipindahkan ke dinding
rahim. Di situ ia menjalani proses kehamilan yang lazim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini