Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berita Tempo Plus

Dari OEB, Bisa Diatur

Pt. overseas express bank sudah berada di ambang pintu untuk menjadi bank devisa karena persyaratan bank indonesia berupa modal setor, harus merger dan harus 50% pribumi sudah terpenuhi. (eb)

25 Februari 1978 | 00.00 WIB

Dari OEB, Bisa Diatur
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
MODAL setornya satu bulan lagi akan menjadi Rp 6 milyar - naik dari Rp 1 milyar pada akhir 1977. Tidak disangsikan lagi bahwa PT Overseas Express Bank (OEB)membuat satu kejutan dalam bisnis perbankan nasional. Sekarang OEB masih belum menjadi bank devisa, tapi itu hanya soal waktu baginya. Persyaratan Bank Indonesia sudah hampir dipenuhinya. BI, misalnya, mensyaratkan supaya calon bank devisa memiliki modal setor Rp 3 milyar. Soal modal ini rupanya gampang bagi OEB. Sebab para pendukungnya sudah menjamin malah untuk terkumpul sampai dua kali lipat yang disyaratkan BI. Bahwa harus merger, oke. OEB sudah 6 kali melakukan penggabungan usaha. Terakhir dilakukannya 6 Pebruari dengan "menelan" PT Bank Perkembangan Pelayaran Indonesia (Jakarta) dan PT Bank Kerajinan Pejuang Kemerdekaan Medan). Sebelum itu, BPPI sudah "menelan" pula PT Bank Kalimantan (Banjarmasin). OEB sendiri, yang kini menjadi induk, adalah nama baru yang lahir 20 Mei 1974 setelah bergabungnya 3 bank --PT Bank Kota Asri (Surabaya), PT Berjabat Banking Corp. Ltd (Jakarta) dan PT Bank Parahyangan Ekonomi. Tahun 1976, OEB menambah kekuatan dengan "mencaplok" PT Bank Indako (Medan). Kini OEB sudah mempunyai 5 cabang: Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Medan. Segera akan dibukanya pula cabang di Ujungpandang atau Samarinda, guna memenuhi persyaratan BI untuk menjadi bank devisa yang sedikitnya harus punya 2 cabang di luar Jawa. Sebenarnya OEB berhak membuka 6 cabang baru lagi setelah menempuh merger sekian banyak. Bahwa harus 50% pribumi, itu pun oke. OEB sudah membuktikannya baik dalam hal modal maupun pengurus. Jadi, menurut I. Nyoman Moena, OEB "sudah berada di ambang pintu" untuk menjadi bank devisa. Namun permohonan baru akan dimajukannya kepada BI sekitar akhir Maret. Satu-satunya masalah, jika ada, mungkin jumlah kekayaan (asset) OEB yang ditaksirnya Rp 19 milyar, tapi harus dinilai kembali oleh satu perusahaan penilai yang ditunjuk BI. Sebagian besar nasabahnya bergerak di bidang perdagangan. Karena belum menjadi bank devisa, OEB bekerjasama dengan Bank of Tokyo dan Chase Manhattan untuk keperluan impor. Dengan kedua bank asing itu OEB juga menyalurkan kredit bersama ke luar Jakarta. Dari 14 orang pemegang sahamnya yang utama, nama Adam Malik, kini Ketua DPR, berada dalam urutan pertama. Orang kantor pusat OEB di Jl. Pecenongan, Jakarta Pusat, kelihatan cerah dan santai berbicara. "Bisa diatur."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus