MODAL setornya satu bulan lagi akan menjadi Rp 6 milyar - naik
dari Rp 1 milyar pada akhir 1977. Tidak disangsikan lagi bahwa
PT Overseas Express Bank (OEB)membuat satu kejutan dalam bisnis
perbankan nasional. Sekarang OEB masih belum menjadi bank
devisa, tapi itu hanya soal waktu baginya. Persyaratan Bank
Indonesia sudah hampir dipenuhinya.
BI, misalnya, mensyaratkan supaya calon bank devisa memiliki
modal setor Rp 3 milyar. Soal modal ini rupanya gampang bagi
OEB. Sebab para pendukungnya sudah menjamin malah untuk
terkumpul sampai dua kali lipat yang disyaratkan BI.
Bahwa harus merger, oke. OEB sudah 6 kali melakukan penggabungan
usaha. Terakhir dilakukannya 6 Pebruari dengan "menelan" PT Bank
Perkembangan Pelayaran Indonesia (Jakarta) dan PT Bank Kerajinan
Pejuang Kemerdekaan Medan). Sebelum itu, BPPI sudah "menelan"
pula PT Bank Kalimantan (Banjarmasin).
OEB sendiri, yang kini menjadi induk, adalah nama baru yang
lahir 20 Mei 1974 setelah bergabungnya 3 bank --PT Bank Kota
Asri (Surabaya), PT Berjabat Banking Corp. Ltd (Jakarta) dan PT
Bank Parahyangan Ekonomi. Tahun 1976, OEB menambah kekuatan
dengan "mencaplok" PT Bank Indako (Medan).
Kini OEB sudah mempunyai 5 cabang: Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya dan Medan. Segera akan dibukanya pula cabang di
Ujungpandang atau Samarinda, guna memenuhi persyaratan BI untuk
menjadi bank devisa yang sedikitnya harus punya 2 cabang di
luar Jawa. Sebenarnya OEB berhak membuka 6 cabang baru lagi
setelah menempuh merger sekian banyak.
Bahwa harus 50% pribumi, itu pun oke. OEB sudah membuktikannya
baik dalam hal modal maupun pengurus. Jadi, menurut I. Nyoman
Moena, OEB "sudah berada di ambang pintu" untuk menjadi bank
devisa. Namun permohonan baru akan dimajukannya kepada BI
sekitar akhir Maret. Satu-satunya masalah, jika ada, mungkin
jumlah kekayaan (asset) OEB yang ditaksirnya Rp 19 milyar, tapi
harus dinilai kembali oleh satu perusahaan penilai yang ditunjuk
BI.
Sebagian besar nasabahnya bergerak di bidang perdagangan. Karena
belum menjadi bank devisa, OEB bekerjasama dengan Bank of Tokyo
dan Chase Manhattan untuk keperluan impor. Dengan kedua bank
asing itu OEB juga menyalurkan kredit bersama ke luar Jakarta.
Dari 14 orang pemegang sahamnya yang utama, nama Adam Malik,
kini Ketua DPR, berada dalam urutan pertama. Orang kantor pusat
OEB di Jl. Pecenongan, Jakarta Pusat, kelihatan cerah dan santai
berbicara. "Bisa diatur."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini