Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Dari Swasembada ke Antara

Tranggono menyerahkan jabatan pemimpin umum, pemred & penanggung jawab LKBN Antara kepada Bakir Hasan, pemimpin umum majalah Swasembada. Di masa Tranggono, Mutu berita merosot. (md)

26 Oktober 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANTARA mendapat pimpinan baru lagi. Selasa pekan ini, Tranggono menyerahkan jabatan pemimpin umum, pemimpin redaksi, dan penanggung jawab Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara kepada penggantinya, Bakir Hasan. Dengan begitu, Tranggono, 54, cuma dua tahun satu bulan memegang jabatan puncak itu. Pergantian yang agak mendadak itu, serta masa jabatan yang pendek tersebut, dengan sendirinya menimbulkan tanda tanya. Namun, tak ada penjelasan resmi yang tuntas. Menteri/Sekretaris Negara Sudharmono akhir pekan lalu pada A. Luqman dari TEMPO hanya menjelaskan, "Kita melihat Antara sangat penting sebagai kantor berita nasional. Jadi, kita berharap supaya terus maju. Kita berharap agar anggaran yang diberikan pemerintah bisa efektif dan efisien dimanfaatkan untuk pembangunan pers nasional, khususnya Antara." Seorang pejabat tinggi lain menerangkan, pergantian pimpinan Antara untuk meningkatkan kualitas kantor berita itu. "Ada tiga alasan untuk mengganti Tranggono: kepemimpinan, mutu, dan keuangan. Untuk kemajuan Antara, ketiga hal itu harus dibenahi," ujarnya. Buat sebagian karyawan Antara, kepergian Tranggono dirasakan sebagai kehilangan. "Kok begitu cepat masa kepemimpinan Pak Tranggono ini. Saya merasa kehilangan. Pak Tranggono itu baik sekali: memperhatikan kesejahteraan karyawan, manusiawi, dan memberikan saran secara langsung di meja," kata seorang karyawati Antara. Di bidang organisasi, menurut sejumlah karyawan, di bawah Tranggono hubungan pusat dengan daerah lebih baik. Hubungan luar negeri dengan kantor-kantor berita ASEAN diperkukuh, dengan terbentuknya Anex (Asean News Exchanges). "Juga ada peningkatan kesejahteraan karyawan. Antara lain, eselon III sekarang mendapat mobil. Di samping itu, ada pula hadiah ulang tahun, hadiah Lebaran, serta kenaikan gaji," kata seorang wartawan Antara. Sebagai kantor berita nasional, jangkauan Antara sebetulnya cukup lumayan. Saat ini ia menerbitkan 8 buletin berbahasa Indonesia dan 7 yang berbahasa Inggris. Di seluruh Indonesia ada 51 surat kabar dan 10 majalah pelanggan, serta sekitar 2 ribu pelanggan perorangan. Antara juga melayani kebutuhan foto hasil karya wartawannya sendiri di dalam negeri dan kiriman foto luar negeri dari kantor berita Reuter. Namun, penerimaan terbesar - kabarnya sekitar Rp 300 juta - berasal dari penjualan informasi tentang ekonomi dan keuangan hasil kerja sama Antara dengan Reuter Monitor Service dan Associated Press Dow Jones Telerate. Kantor berita dengan 425 karyawan dengan cabang di 27 provinsi dan secara organisatoris berada di bawah Sekretariat Negara ini masih menerima subsidi pemerintah. Untuk 1984/1985 ini subsidi Rp 700 juta. Dengan kantornya yang megah di tingkat 19 dan 20 di Wisma Antara yang dihuninya sejak 1981, Antara sebetulnya mengesankan sebagai kantor berita yang bonafide. Sebuah sumber menyebutkan, meski kesejahteraan karyawan di masa kepemimpinan Tranggono semakin baik, bobot berita yang dihasilkan LKBN Antara makin merosot. Keluhan tentang hal ini memang telah berlangsung lama. Banyak koran daerah langganan Antara yang jengkel karena pemberitaan kantor berita yang telah berusia 48 tahun itu dinilai banyak yang dangkal dan sumir. Sering ada berita penting yang tak dilaporkan Antara, atau ditulis sangat pendek. Kantor berita ini juga dianggap terlalu banyak menyiarkan pidato dan kunjungan pejabat. Pencerminan ketidakpuasan itu tampak tatkala Februari lalu delapan koran daerah mendirikan kantor perwakilan bersama di Jakarta dengan sejumlah wartawan yang tugas utamanya meliput peristiwa-peristiwa besar di Jakarta dan mengirimkannya pada koran anggota. Orientasi berita Antara memang cenderung mandek dan kurang berkembang. "Seharusnya Antara juga memikirkan atau mencoba melihat keinginan para konsumennya. Itu yang harus dicari," kata J. Widodo, Redaktur Pelaksana Kompas, koran terbesar di Indonesia dengan oplah hampir 500 ribu eksemplar. Penggunaan bahan berita dari Antara di Kompas, kata Widodo, "sangat minim". Toh Kompas tetap berlangganan Antara sekadar sebagai "sumber informasi". Meski berita Antara kurang mendalam, sesekali ia bisa membuat kejutan. Misalnya ulasannya mengenai ABRI menjelang HUT ABRI 5 Oktober lalu yang berjudul Pancawindu ABRI, Kesiapan Menjaga Rumah Gaduh. Tulisan ini kabarnya menjengkelkan banyak kalangan yang menganggapnya "tidak layak ditulis oleh sebuah kantor berita pemerintah". Seorang wartawan Antara malah menyebutkan, pemuatan tulisan itulah yang ikut mendorong terjadinya pergantian kepemimpinan Antara pekan ini. Tranggono sendiri menolak mengungkapkan kelemahan Antara di bawah kepemimpinannya dengan alasan, "Itu rahasia dapur saya." Marsekal pertama TNI-AU dan sarjana hukum lulusan Universitas Airlangga ini dengan sengit membantah desas-desus bahwa pencopotannya dari kepemimpinan Antara karena ada kaitannya dengan masalah keuangan. "Kalau saya dikatakan menyalah-gunakan dana, itu tidak benar. Buktinya apa? Keadaan rumah saya juga tetap seperti ini dari dulu," katanya, pada Gatot Triyanto dari TEMPO. "Saya datang ke Antara dengan menunjukkan muka, dan pergi pun saya juga menampakkan punggung. Jadi, saya 'kan tidak pergi dengan sembunyi-sembunyi," ujar bekas Sekjen Pertina itu. Pengganti Tranggono, Bakir Hasan, 49, belum bersedia berkata banyak tentang tugasnya yang baru. "Saya belum dapat menjawabnya sekarang. Sebab, saya ini, masuk gedung Antara saja belum pernah," kata orang Pekalongan, sarjana ekonomi UI 1965 yang meraih gelar M.B.A. di Universitas Wisconsin, AS, ini. Bakir Hasan, yang selama belasan tahun aktif sebagai dosen tetap di FE UI, mempunyai sedikit pengalaman di bidang pers. Ia kini menjabat pemimpin umum majalah Swasembada dan juga wakil pemimpin redaksi majalah Manajemen dan Usahawan Indonesia yang diterbitkan Lembaga Manajemen UI. Kepindahannya ke Antara menyebabkan ia harus melepaskan jabatannya sebelumnya sebagai Sekretaris Menteri Urusan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri. "Tetapi saya akan merangkap sebagai staf ahli Menteri Sekretaris Negara," katanya. Susanto Pudjomartono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus