SATU kapal berbendera Panama berbobot mati 10 ribu ton sempat
dua hari bersandar di dermaga 110 Karena tak membawa dokumen
yang sah, syahbandar melarang kapal itu membongkar muatannya,
5.000 ton batu Phosphat. Dan sesudah terkatung-katung lima hari
di Lampu I (luar pelabuhan Belawan, dekat Medan), kapal MV
Easack (18 September) akhirnya berlayar menuju Singapura.
Muatan MV Easack mulai dicurigai ketika pihak bea cukai
menemukan dokumen (B/L) Phosphat itu tak menyebut nama pelabuhan
asal. Nakodanya yang berkebangsaan Israel tak pula mau
memperlihakan log book -- buku yang memuat catatan harian
nakoda sejak kapal berangkat dari pelabuhan asal sampai tiba di
tempat tujuan - kepada syahbandar. Maka kemudian kapal tadi
diusir dari dermaga, dan diperintahkan menetap di Lampu I.
Dalam keadaan tak menentu, mendadak Kantor Wilayah Bea-Cukai
Belawan menerima berita teleks dari Yordania yang menjelaskan
Phosphat itu bukan berasal dari kerajaan tersebut. Pesan teleks
itu, tentu saja, mengagetkan. Sebab di peti kemas yang memuat
batu Phosphat gelondongan tadi jelas tertera label Jordanian
Origil.
Berita tersebut rupanya dikirim oleh Jordanian Phosphate Mines
yang juga memberitahukan hal itu kepada Kedutaan Besar RI di
Damaskus, dan Tim Koordinasi Kegiatan Ekspor Timur Tengah di
Jakarta. Menurut perusahaan itu, yang tampaknya telah
memata-matai keberangkatan kapal tersebut, batu Phosphat tadi
sesungguhnya berasal dari Israel--negeri yang tak punya hubungan
diplomatik dengan Indonesia.
Departemen Luar Negeri, dan Depar temen Perdagangan dan
Koperasi, tentu saja, tak ingin kepentingan dagang dan politik
Indonesia jatuh di dunia Arab hanya karena Phosphat itu. Maka
kedua instansi itu--lewat Ditjen Perhubungan Laut--memerintahkan
agar Surat Keagenan Umum MV Easack dicabut, dan kapal itu segera
angkat jangkar dari Belawan.
Batu Phosphat adalah bahan baku pembuatan pupuk. Transfos SA,
yang berkedudukan di Amsterdam, pensuplai komoditi itu,
bertanggung jawab mengirimkannya hingga pelabuhan tujuan
(Belawan). "Kami mengimpor Phosphat ini dari Belanda dengan
membuka L/C," kata sumber di PT Rolimex Corp, Jakarta. "Jadi,
jika barang itu tidak sampai di gudang maka kami akan meminta
uang yang telah dibayarkan."
Rolimex biasanya mengimpor pupuk dari Eropa Barat. Menurut
rencananya, baru Phosphat itu akan dilempar ke pasar bebas,
mungkin ke Pusri, Palembang atau Kujang, Cikampek.
Ketika didesak Departemen Perdagangan dan Koperasi, importir
tadi tak bisa menunjukkan certificate of origin, tanda bukti
asal komoditi bersangkutan. Sementara PT Bahtera Adiguna yang
mengageni kapal itu mengaku asal-usul muatan Easack bukanlah
urusannya. "Kami hanya mengatur kapal keluar, dan masuk
pelabuhan saja," kata sumber di Bahtera cabang Medan. Untuk
keperluan itu, perusahaan ini menyetorkan Rp 3,3 juta kepada
Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) Belawan. Tapi sesudah kapal
itu diusir, uang itu akan dikembalikan lagi kepada Bahtera.
Batu Phosphat yang ligali dari Gurun igev, memang merupakan
bahan tambang utama Israel di samping Potash dan Bromine.
Yordania sendiri merupakan eksportir batu Phosphat no. 3 di
dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini