PASAR untuk kendaraan niaga--terutama bis--terasa semakin ketat.
Terutama bersaing merk British Leyland, Volvo, Mercedes-Benz,
Fuso, dan Tata. Sampai kini, Mercedes-Benz memimpin dalam
penjualan bis single decker (berlantai satu).
PT German Motor Manufacturing, perakit produk Daimler-Benz, baru
saja meresmikan penggunaan pabrik barunya di desa Wanaherang,
Gunung Putri, Bogor. Kapasitasnya setiap tahun 8.00a kendaraan
(6.000 truk, 750 bis, dan 1.250 sedan). Sudah 21 ribu unit truk
dan bis dipasarkan PT Star Motor Indonesia (SMI). Agen tunggal
Daimler-Benz itu sudah 10 tahun hadir di sini.
Truk dan bis, kata Presdir SMI, T. Pawitra, memang merupakan
tulang punggung bagi pendapatan perusahaan. Karena alasan
itulah, menurut dia, perusa haan ini berusaha terus meningkatkar
produksi truk dan bis, kendati permintaan turun 34% tahun ini,
dia mengharapkan tahun depan pasar kembali sehat.
Pemerintah tetap merupakan pembeli terbesar bis berlantai satu
(tipe 0306N berharga Rp 22 juta), kata Pawitra. Sudah ratusan
bis keluaran SMI dimanfaat kan oleh PPD (Perusahaan Pengangkutan
Daerah) di Jakarta. Tapi untuk bs double decker (berlantai
dua), tarnpak pemenntah menginginkan Volvo, dan British Leyland.
Sejak 1975, PT Ismac, sudah merakit 300 bis merk Volvo (Swedia),
berlantai satu dan dua. Tahun ini PT Central Sol Agency, agen
tunggal Volvo, mendapat pesanan mensuplai 180 bis berlantai dua
(Rp 76 juta per buah), dan 40 bis berlantai dua (Rp 27 juta per
buah) dari Departemen Perhubungan. Satu-satunya pasar untuk bis
berlantai dua memang pemerintah. "Di situ kami bersaing sekali
dengan Leyland," kata Omas Mardjuki, Manajer Departemen Bis CSA.
PT Java Motor merupakan pelopor di Jakarta untuk bis bertingkat
(sejak 1966). Agen tunggal Leyland (Inggris) itu tahun ini
mendapat pesanan Departemen Perhubungan 180 bis bertingkat -
dengan harga Rp 76 juta per buah-dibanding tahun lalu hanya 100.
Tapi berbeda dengan CSA, Java Motor tidak menjual bis berlantai
satu.
Memberikan pelayanan purna jual, Star Motor, Central Sole
Agency, dan Java Motor -- ketiganya menyediakan kebutuhan suku
cadang dalam jumlah memadai. Star Motor bahkan membangun
organisasi workshop dengan menempatkan ahli perawatan
berkebangsaan Jerman Barat dan Indonesia untuk PPD. "Soal
pemeliharaan itu juga soal manusianya," kata Pawitra. "Mengurus
bis tanpa suatu ketrampilan khusus tidaklah mudah."
DALAM persaingan keras itu, CSA akan memasarkan bis berlantai
satu Turbo Charged Model yang, menurut Omas Mardjuki, mampu
mengurangi pencemaran akibat pemakaian solar, dan menghemat
pemakaian bahan bakar sampai 18%. Tapi, katanya, bis jenis ini
akan menghadapi lawan kuat dari Mercedes-Benz."
Memang mercy unggul, kata Arif Budiman, pengusaha bis Kramat
Jati (Bandung). Dia menggunakan 27 bis mercy tipe OF, dan 27 bis
Fuso tipe BM, melayani trayek Bandung--Jakarta--Merak, dan
Jakarta--Cirebon--Tegal.
Menurut Apay Suparjo, pengusaha bis Bukit Mulya (Bandung), mercy
irit dalam pemeliharaan, dan jarang rewel-kendati harga barunya
terasa mahal. Bis merk itu, tambah Arif Budiman, bisa
dioperasikan dalam jangka 4 tahun. Artinya selama masa 4 tahun
itu, modal awal dan pemeliharaan sudah bisa kembali. "Jika bis
itu dijual (sekitar Rp 4 juta), uang sebesar itu merupakan
keuntungan bersih," sambung Arif Budiman.
Untuk memperbesar penjualannya, Star Motor memberikan kemudahan
-seperti kredit -- kepada pengusaha bis antarkota. Pengusaha
seperti Apay Suparjo sudah memanfaatkan kemudahan itu lewat
dealer. "Kredit lewaL bank terlalu bertele-tele," katanya.
Ia bisa memperoleh dalam waktu singkat (kurang dari tiga bulan)
kredit lewat dealer, tanpa jaminan pula. Tapi bunganya cukup
tinggi: 2% per bulan untuk jangka waktu 18-24 bulan. Sementara
suku bunga bank adalah 1,6% per bulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini